Prof Dr Moh Ali Aziz (FT/IST)
“Ketika berusaha, gunakah rumus-rumus alamiah atau sunnatullah. Jangan percaya kepada keajaiban, agar profesional. Tapi, ketika memanggil Allah, yakinlah bahwa Allah bisa membuat keajaiban, di luar hukum kausalitas.”
Oleh Moh Ali Aziz

INI pengalaman saya kelima: Sadar setelah bius total di kamar operasi RSUA (Rumah Sakit Universitas Airlangga) Rabu (22/5/24). Saya sangat lemas, menoleh ke kanan dan kiri, tapi tak ada orang, termasuk Dr Tri Asih Imroati, SpPD, K-GEH FINASIM yang menangani saya, karena ia harus melanjutkan tugas mulia lainnya.

Saat itu, saya teringat kisah Terry Wallis, remaja Amerika yang baru sadar setelah 20 tahun koma. “Ajaib. Tak bisa diulang, seperti keberuntungan undian,” kata dokter yang menangani.

Saat itu, satu syaraf pada otak Terry putus akibat kecelakaan 20 tahun silam, dan tiba-tiba tersambung. Seketika itu, ia bisa menghitung angka 1-25, tapi gagal menyebut nama presidennya. Yang disebut adalah presiden 20 tahun yang lewat ha ha ha.

Jadi, koma 20 tahun hanya seperti sedetik. Ya, seperti yang dialami tujuh pemuda dalam gua (ashabul kahfi atau Seven Sleepers) yang tidur selama 309 tahun tapi terasa hanya (terasa) semalam (QS.18: 19).

Mengapa Alquran bicara sesuatu yang irrasional? Atau dengan bahasa yang lebih sopan, “supra rasional” (tak terjangkau akal). Antara lain kisah Maryam, ibunda Nabi Isa. Ia terkejut di kamar yang tertutup, tiba-tiba ada buah segar di luar musimnya. Ketika ditanya oleh Nabi Zakaria, ia berkata, “huwa min ‘indillah (ini langsung dari Allah)” (QS.37:3).

Lalu, ketika melahirkan Isa, tiba-tiba pohon kurma yang kering kerontang tempat Maryam bersandar, menjatuhkan kurma segar (ruthaban janiyya) untuk makanan si bayi (QS. 19: 25). Masih banyak lagi kisah irrasional lainnya dalam Al Qur’an. Jika kisah itu terkait pada kenabian, tak perlu diperdebatkan, sebab, pastilah itu mukjizat.

Tapi, keajaiban pada kisah ini, dialami Maryam, dan ia bukan nabi.

Sekali lagi. Mengapa kisah-kisah demikian disebutkan Alquran? Jawaban saya “hari ini”, kisah ajaib itu adalah pesan untuk saya, “Oh Ali. Believe with certainty, there is always miracle in your life. Be optimistic!”

Wajibkah dipercaya? Wajib, sebab kisah itu ada dalam Alquran. Kafir, jika saya tak percaya.

Ketika berusaha, gunakah rumus-rumus alamiah atau sunnatullah. Jangan percaya kepada keajaiban, agar profesional. Tapi, ketika memanggil Allah, yakinlah bahwa Allah bisa membuat keajaiban, di luar hukum kausalitas.

Sebagai penutup, dengarkan tausiyah Albert Einstein, “There are two ways to live. Live as though nothing is miracle. Live as though everything is miracle.” (Ada dua cara menjalani hidup. Hiduplah seolah-olah tidak ada keajaiban, dan hiduplah seolah-olah dalam segala hal ada keajaiban). Subhanallah!

RSUA, Surabaya, (22/5/2024).

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry