Pimpinan FK Unair berfoto di depan Monumen Kebersamaan Jam 4 Sisi yang ada di halaman FK Unair, Selasa (1/10/2024). DUTA/ist
SURABAYA | duta.co – Halaman kampus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) kini dilengkapi monumen. Yakni Monumen Kebersamaan Jam 4 Sisi.

Tinggi monumen itu sekitar lima meter. Sesuai namanya di atasnya ada empat jam yang semuanya menyala dan berfungsi dengan baik. Kebersamaan karena itu merupakan sumbangsih para alumni FK Unair.

Dari depan, monumen itu terlihat jelas. Tamu dan siapapun bisa berfoto di depannya. “Semua bisa mengabadikannya. Monggo silahkan,” kata Prof Budi Santoso, Dekan FK Unair, usai peresmian, Selasa (1/10/2024).

Jam 4 Sisi ini adalah simbol akan sejarah berdirinya FK sejak zaman dulu. Di sisi depan dan belakang tertulis Universitas Airlangga di jamnya. Sementara di sisi kanan tertulis Dai Gaku (perguruan tinggi kedokteran pada zaman Jepang) dan di sisi kiri bertuliskan Artsen School (NIAS/Nederlandsch Indische Artsen School yang hingga kini sudah berusia 111 tahun.

Prof Budi Santoso mengatakan jam ini mencerminkan perjalanan pendidikan dokter di Surabaya. “Di mana FK Unair ini kampus kedokteran tertua di Indonesia. Dengan jam ini sebagai pengingat perjalanan panjang dan tetap berdiri dan eksis hingga saat ini,” kata Prof Bus, panggilan akrab Prof Budi Santoso.

Jam 4 Sisi ini kata Prof Bus terinspirasi dari jam serupa di Yonsei University Korea Selatan. Di pintu masuk kampus itu berdiri jam 4 sisi dengan gagah. Bisa jadi spot foto selain untuk pengingat perjalanan. panjang pendidikan dokter di Surabaya.

Keinginan mendirikan monumen itu sejak Dies Natalis FK Unair 2023 lalu. Panitia mencari di mana bisa memesan jam seperti di Yonsei University itu.

“Ternyata produsennya di Amerika. Kami hitung terlalu mahal di ongkos kirim. Akhirnya kami menemukan mitra di Jakarta yang bisa mendatangkan itu dari China. Akhirnya setelah proses panjang bisa jadi seperti sekarang ini,” kata dr Linda Astari, ketua tim pembangunan monumen ini.

Selama enam bulan, monumen bisa berdiri tegak. Dengan biaya Rp 600 juta, monumen ini diharapkan bisa menjadi legacy. “Ini sebagai legacy Dies Natalis pada 2023, namun baru diresmikan sekarang mengingat proses pembuatan dan pengiriman serta pemasangan yang membutuhkan waktu,” terang dr Linda. ril/lis

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry