JAKARTA | duta.co – Setelah ditetapkan oleh Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI sebagai Warisan Budaya Tak Benda tahun 2022 lalu, Shalawat Badar akan mendapatkan angerah penghargaan langsung dari Presiden Joko Widodo. Penyerahan Tanda Kehormatan dari Presiden itu akan diberikan di Istana Negara, Jakarta pada Rabu, 14 Agustus 2024 pukul 09.00 WIB.

Saiful Islam Ali, putra bungsu KH. Ali Manshur Shiddiq, Sang Pencipta Shalawat Badar menyatakan pihaknya, Sabtu (10/8) ini sudah dihubungi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur perihal tersebut. KH. Ali Manshur Shiddiq akan menjadi salah satu penerima tanda kehormatan yang diberikan oleh Presiden setiap menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaaan RI. “InsyaAllah saya akan berangkat ke Jakarta, mendampingi Kiai Syakir, putra sulung Kiai Ali Manshur yang akan menerima tanda kehormatan dari Presiden,” ungkap Gus Saiful.

Shalawat Badar ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) atas usulan Gubernur Jawa Timur, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan diterima sebagai salah satu WBTBI ini tertuang dalam sertifikat Nomor 2194/F4/KB.08.06/2022 tertanggal 21 Oktober 2022. Shalawat Badar diciptakan di Banyuwangi pada 1962 oleh KH Ali Manshur yang saat itu menjadi Ketua PCNU Banyuwangi, menyusul kebuntuan politik pasca dibubarkannya Konstituante oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Saat itu situasi politik memanas, dan ancaman perpecahan bangsa begitu nyata, yang puncaknya terjadinya kudeta yang gagal oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). “Dari liriknya, jelas ditangkap bahwa Shalawat Badar merupaka bentuk ikhtiar batin dari seorang ulama Indonesia agar umat dan bangsa ini diselamatkan dari berbagai kepedihan dengan berkah Rasulullan dan Ahli Perang Badar,” jelas penulis Buku Biografi KH. Ali Manshur, Sang Penggubah Shalawat Badar ini.

Seperti diketahui, KH. Ali Manshur, selain dikenal sebagai ulama, pengurus NU Banyuwangi, dan pejabat daerah di kementerian Agama, juga termasuk sebagai Anggota Konstituante dari Partai NU. Shalawat Badar dikenal luas di Indonesia, dan menjadi salah satu bagian ritual di mejelis shalawat dan majelis ta’lim, salah satunya yang dipimpin Habib Ali Kwitang, Jakarta. Shalawat Badar juga banyak dibaca di negara-negara muslim di Asia, Afrika hingga Eropa.

KH. Ali Manshur wafat pada 1971, makamnya berada di Kompleks Pendidikan Syiar Islam, lembaga yang didirikannya, di Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban dan kini menjadi salah satu tujuan para peziarah. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry