JAKARTA | duta.co – Tamat sudah, permainan politik ‘menggoyang pencapresan’ Anies Rasyid Baswedan yang selama ini beredar di media. Hari ini, Senin (30/1/23), secara mendadak, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengumumkan sikapnya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Majelis Syura PKS Dr Mohamad Sohibul Iman, setelah ia mendapat amanah dari Ketua Majelis Syura PKS Dr Habib Salim Segaf Al Jufri dan juga Presiden PKS KH Ahmad Syaikhu yang kini berada di Istanbul, Turki.
“Ada apa ini? Sehingga PKS merasa urgen untuk menyampaikan keputusan tersebut secara mendadak, padahal sikap resmi partai ini sudah terancang akhir Februari 2023 nanti,” demikian komentar warganet.
Entah, yang jelas, dua amanah yang disampaikan Sohibul Iman itu, ia dapatkan setelah (merasa perlu) ‘memburu’ Ketua Majelis Syura PKS Dr Habib Salim ke Istanbul, Turki agar bisa bertemu dan mendapat arahan soal koalisi dan pencapresan Anies Baswedan.
Dua pesan itu, disampaikan kepada keluarga besar PKS secara khusus, dan juga kepada masyarakat Indonesia secara umum. “Pertama, sebagaimana yang ditunjukkan dalam tim kecil koalisi partai-partai pendukung Bapak Anies Rasyid Baswedan, PKS konsisten menjadi bagian dari partai-partai pengusung Bapak Anies Rasyid Baswedan di Pilpres 2024,” ujarnya.
Dengan demikian, jelasnya, Koalisi Perubahan yang terdiri dari Paertai NasDem, PKS, dan Partai Demokrat sudah memenuhi Presidential Threshold 20 persen. “Kedua, PKS akan menyampaikan dukungan eksplisit organisatoris kepada Bapak Anies Rasyid Baswedan sebagai Bacapres 2024-2029 pada Rapat Majelis Syura PKS, bersamaan dengan rapat kerja nasional DPP PKS pada 24 Februari 2023,” kata dia.
Namun, tambahnya, tidak menutup kemungkinan deklarasi resmi dukungan Anies sebagai capres itu dilakukan sebelum tanggal tersebut. Hal itu menyesuaikan dinamika politik nasional. “Terutama setelah Ketua Majelis Syura PKS dan Presiden PKS kembali ke Tanah Air setelah umrah pada Jumat 3 Februari 2023,” katanya.
Restu Istana atau Saling Tekan?
Dinamika politik di Jakarta, memang, berjalan super cepat. Jumat (27/1/23), tim kecil dari Partai Demokrat, PKS dan NasDem telah mengadakan pertemuan di kediaman Anies Baswedan. Usai pertemuan, malamnya, sekitar pukul 21.40 wib petinggi PKS (Ketua Majelis Syura dan Presiden PKS) terbang ke Istambul, Turki dengan agenda tersendiri.
Senin (30/1), hari ini, santer berita soal pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketum NasDem Surya Paloh. Bahkan diberitakan Jokowi sempat mengantar Surya Paloh sampai ke halaman usai bertemu di Istana Negara. Tindakan Jokowi sampai mengantar Surya Paloh ini ternyata memiliki multi makna. Apa maksud Jokowi?
Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno memberikan analisis terkait gestur Jokowi mengantar Surya Paloh hingga halaman Istana Negara usai bertemu 1 jam 30 menit. Dia awalnya memberikan gambaran hubungan antara Jokowi dan Surya Paloh.
“Jokowi dan Surya Paloh itu bagai adik dan kakak. Hubungannya baik dan bahkan sangat dekat. Dulu, NasDem sering pasang badan paling depan jika ada yang lantang menyerang Istana. Bahkan, ketika ada partai internal koalisional pemerintah yang kadang genit dengan kebijakan Jokowi, NasDem tetap dukung penuh. Jadi, kedekatan keduanya sangat sulit dipisahkan,” kata Adi Prayitno saat dihubungi detik.com, Senin (30/1/2023).
Namun, Adi menyebut itu merupakan hubungan yang ada di masa lalu. Kini, kata dia, keduanya banyak diisukan tidak akur, terlebih ketika Surya Paloh memutuskan bermanuver dan mendukung Anies Baswedan maju Pilpres 2024.
“Itu cerita masa lalu tentu saja, sekitar 7 tahun sejak Jokowi dan NasDem kerjasama di Pilpres 2014. Kini memang keduanya dipersepsikan tak akur hanya karena manuver NasDem usung Anies maju Pilpres 2024. Sangat nyata hubungan keduanya renggang dan bahkan bersitegang. Sudah jadi rahasia umum Jokowi dan Surya Paloh hubungannya panas dingin. Persisnya lebih banyak panasnya ketimbang dinginnya,” ucapnya.
Adi lantas membahas terkait gestur Jokowi yang mengantar Surya Paloh hingga ke halaman Istana Negara usai keduanya berbincang. Dia menyebut salah satu makna yang paling jelas adalah Jokowi hormat terhadap Surya Paloh.
“Jika betul klaim Elite NasDem yang menyatakan Jokowi antar Surya Paloh hingga halaman depan, tentu ini bentuk respek Jokowi ke Surya Paloh. Setidaknya secara personal Jokowi dan Surya Paloh tak soalan apapun,” jelasnya.
Selain itu, Adi melihat gestur tersebut menunjukkan keduanya seperti sudah berdamai secara politik. Padahal, kata dia, beberapa saat lalu Jokowi sempat tidak mau dipeluk oleh Surya Paloh.
“Minimal dari gestur tubuh keduanya bisa disebut sudah ‘islah’ secara politik. Karena sebelumnya Jokowi terlihat tak mau dipeluk Surya Paloh dan bahkan tak hadir ke ultah NasDem. Itulah orang jawa, sekalipun ada gemuruh politik seringkali tak ditampakkan di muka umum,” ujarnya.
Benarkah pencapresan Anies Baswedan sudah mendapat restu dari Jokowi? Atau sebaliknya, sehingga PKS perlu melakukan manuver dadakan? Wallahu’alam. (mky,berbagai sumber)