
KUDUS | duta.co – Tri Bayu (23), Rabu (19/11/2025) nampak sibuk di ruang colour grading, di teaching factory, SMK Raden Umar Said (RUS), Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Dia berhadapan dengan layar komputer ukuran besar, salah satunya layarnya cekung.
Serius dia mengedit serial animasi Waka Kibo Kids yang tayang di Mentari TV dan kanal YouTube. Karena serial itu merupakan kejar tayang sehingga dia pun harus ngebut mengerjakannya. Waka Kibo Kids adalah animasi karya SMK RUS Kudus. Mereka mengistilahkan itu adalah proyek IP (Intellectual Property).

Bayu adalah staf di teaching factory itu. Dia juga lulusan SMK RUS Kudus yang lulus pada 2020 lalu. Sebelum lulus atau tepatnya di semester lima, dua sudah ditarik menjadi staf di teaching factory itu. “Belum lulus sudah kerja, Alhamdulillah,” kata cowok asli Kudus itu.
Bayu mengaku memang memiliki minat di bidang animasi. Karenanya dia juga beruntung ada sekolah animasi di kota kelahirannya. Sehingga tidak perlu jauh untuk menimba ilmu. “Mungkin karena saya passion-nya di situ jadi saya tekuni dengan sungguh-sungguh, sehingga cepat dapat kerja,” tutur Bayu yang saat ini juga menempuh kuliah Ilmu Komunikasi di kota kelahirannya itu.
Bayu menjadi salah satu dari lulusan SMA RUS Kudus yang beruntung, bisa mendapatkan pekerjaan dengan cepat. Ada ribuan lulusan yang sudah bekerja dan tersebar di berbagai kota, bahkan hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura hingga Jepang.
Riko Andriansyah , salah satu guru mengatakan saat ini sebanyak 70 persen lulusan sudah terserap industri. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu bukan berarti tidak terserap, namun karena lulusan memilih untuk melanjutkan kuliah dan bekerja secara freelance. “Sehingga yang bekerja di industri jadi menurun. Tapi itu pilihan anak-anak,” ungkapnya.

SMK RUS Kudus adalah salah satu dari puluhan sekolah kejuruan di Kota Kudus yang menjadi binaan Bakti Pendidikan Djarum Foundation (BPDF). Dengan menjadi binaan, sekolah ini menjadi salah satu sekolah favorit dan menjadi jujukan anak-anak muda untuk memperdalam keahlian di bidang animasi.
Para siswa tidak hanya berasal dari Kudus dan sekitarnya, namun berasal dari berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga berasal dari Papua.
Moh Wildan, salah satu siswa kelas XII berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur. Dia mengaku sengaja jauh dari keluarga untuk menempuh pendidikan animasi. Karena dia memang berniat untuk menjadi animator handal yang nantinya bisa bekerja di rumah. “Di sini lebih banyak praktiknya, jadi tidak membosankan. Bahkan ada banyak ilmu yang bisa saya dapatkan,” tuturnya
Lebih Banyak Praktik
Riko selaku guru SMK RUS mengaku siswa yang belajar di teaching factory biasanya menggarap proyek-proyek yang diorder klien. Ada banyak proyek yang masuk ke teaching factory. Baik dari klien lokal maupun internasional. Bahkan ada beberapa proyek adalah film animasi internasional dan masuk box office. Seperti Pororo, Barbie dan banyak lagi lainnya.
Proyek inilah yang menjadi nilai plus dan menambah portofolio bagi siswa yang bisa dijadikan rekomendari untuk melamar pekerjaan. “Kami sudah bekerjasama dengan industri animasi, sehingga bisa memudahkan siswa untuk terlibat dalam proyek nasional maupun internasional,” ungkap Riko. lis





































