Wakil Rektor 1 UINSA, Syamsul Huda. DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Jalur mandiri untuk program studi (prodi) umum, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) membuka dua prodi baru.

Prodi itu adalah Sastra Indonesia yang tergabung dalam Fakultas Adab dan Humaniora dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang tergabung dalam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Dua prodi itu memang baru bisa dilaksanakan di jalur mandiri prodi umum karena surat keputusan (SK) pembukaannya baru diterima pihak UINSA.

Dikatakan Wakil Rektor 1 UINSA, Syamsul Huda, prodi ini memang hanya bisa dilakukan di jalur mandiri karena untuk jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) sudah selesai dilaksanakan.

Sementara seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) baru akan dilaksanakan.

“Tidak nututi untuk ikut dua jalur umum itu. Makanya kami lakukan pertama di jalur mandiri umum dulu. Tahun depan baru ikut SNMPTN dan SBMPTN,” ujar Syamsul Huda kepada media di Twin Tower, Rabu (25/4).

Dibukanya dua prodi ini, kata Syamsul mewakili Rektor UINSA Prof, Abd A’la yang sedang berhalangan, terkait beberapa kerjasama yang dilakukan lembaganya dengan kampus-kampus di luar negeri.

Di mana banyak permintaan dari kampus luar negeri atas dosen dari UINSA yang mengajar Bahasa Indonesia.

“Mungkin banyak yang minat untuk belajar Bahasa Indonesia. Seperti Thailand dan Jerman. Mereka meminta kami ada dosen yang bisa mengajar Bahasa Indonesia di sana,” katanya.

Sementara untuk Pendidikan IPA, karena didasari masih lemahnya mutu pendidikan sains di tingkat pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Khususnya di pondok pesantren. Semua itu, karena kualitas guru IPA juga belum berkualitas.

Untuk itu, UINSA mencoba mencetak lulusan guru Sains yang bisa memaduka atau mengintegrasikan antara pendidikan sains dengan budaya pesantren.

Karena diakui Syamsul yang bisa paham budaya pesantren itu hanya pendidik yang pernah dididik ala pesantren. Sehingga paham bagaimana mendidik anak pesantren untuk paham Sains.

“Contohnya, ada istilah-istilah sains yang tidak dipahami anak pondok. Ketika dijelaskan dengan istilah-istilah keagamaan, sains itu ternyata menarik bagi siswa pondok. Ini yang coba kita didik, agar menghasilkan SDM yang memang dibutuhkan pesantren,” jelasnya.

Untuk dua prodi ini, UINSA membuka masing-masing 30 mahasiswa untuk satu rombongan belajar (rombel).

Jumlah ini adalah jumlah maksimal sehingga UINSA tidakbisa lagi menambahnya. Apalagi semua itu berkaitan dengan fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki.

“Kita memang tidak bisa menerima mahasiswa terlalu banyak. Kisarannya hanya 2.500 mahasiswa total setiap tahunnya. Kami sadar dengan kebertasan fasilitas ini. Kecuali nanti kampus dua di Tambak Sumur sudah jadi,” tandas Syamsul.

Seperti diketahui, UINSA dalam penerimaan mahasiswa baru selalu menempuh jalur Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Agama.

Untuk prodi umum yang berjumlah 17, UINSA menerima 1.628 mahasiswa dengan jalur SNMPT N 30 35 persen, SBMPTN 35 persen dan mandiri 30 persen.

Untuk prodi keagamaan UINSA menerima 2.937 mahasiswa baru. Ada tiga jalur juga yakni  Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN PTKIN) 50 persen, Ujian Masuk PTKIN 30 persen dan jalur mandiri 20 persen.  end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry