Tim RUMAH SAKINAH dari Kemenag Kota Surabaya. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Menarik! Acara ‘TA’ARRUF’ yang digelar RUMAH SAKINAH, Kementerian Agama (Kemenag) Kota Surabaya untuk mempertemukan para pencari jodoh, Sabtu (8/6/24) di Museum NU, Surabaya, menarik, dan dihadiri 50 lebih peserta dari berbagai wilayah.

“Mereka datang dari berbagai wilayah. Ada yang dari Sukabumi, Jawa Barat. Ada yang sepeda-motoran dari Malang. Dari Gresik, Lamongan, dan Surabaya sendiri. Dari sisi usia, ada duda berusia 65 tahun. Dari strata pendidikan, ada yang S2, ada yang menjadi staf di ITS Surabaya,” demikian disampaikan Nurul Rakhmawati, SAg, Ketua RUMAH SAKINAH besutan Kemenag RI Kota Surabaya kepada duta.co.

Menurut Nurul, mendampingi mereka, para pencari jodoh, memang harus telaten. Tidak boleh grusa-grusu, juga tidak boleh terlalu lemot. Namanya pendampingan, tidak bisa terlalu lama. “Paling lama tiga bulan, kalau sudah klik, mereka harus membangun rumah tangga. Kalau perkenalkan saja butuh waktu setahun, kita tidak mungkin mendampinginya, hanya memberi rambu-rambunya saja,” tegas alumni IAIN Sunan Ampel Surabaya ini.

Hal yang sama disampaikan Suswati Hidayah, SAg. Menurut Bendahara RUMAH SAKINAH ini, sentuhan pendamping sangat dibutuhkan oleh mereka yang merasa sulit mencari jodoh. “Belum lagi yang minder karena keterbatasan tertentu, atau karena karir. Ini harus kita pompa keyakinan dan semangatnya, karena jodoh itu urusan Allah SWT.,” jelas Mbak Sus, panggilan akrabnya.

Masih menurut Mbak Sus, privasi mereka juga harus dijaga. Karena itu, tidak boleh seenaknya melepas nomor HP peserta. “Kita juga tidak punya grup WA. Tidak boleh, ini untuk mengantisipasi masalah personal. Dan Alhamdulillah, semua peserta taat. Ada juga yang lari dari komunitas lain, lalu butuh bimbingan khusus RUMAH SAKINAH,” pungkasnya.

Termakan Mithos

Nurul Rakhmawati juga mengisahkan keluh kesah seseorang dalam membangun berumah tangga. Ada yang termakan mitos. Misalnya karena istrinya mati, lalu kawin lagi, mati lagi. “Ini kemudian oleh anak-anaknya tidak boleh kawin lagi, nanti istri berikunya mati lagi. Padahal itu hanyalah mitos,” tegasnya.

Ada pula yang percaya dengan weton (pasaran) hari. “Kalau ketemu sekian akan sial rumah tangganya. Kalau sekian akan mujur. Ini juga sering menjadi referensi orang, sehingga ikut menentukan prosesi membangun rumah tangga,” urainya.

Masih menurut Nurul, RUMAH SAKINAH juga berusaha meluruskan keyakinan masyarakat yang keliru tentang mitos-mitos tersebut. “In sya Allah bagi calon keluarga RUMAH SAKINAH akan memperoleh pengetahuan yang benar tentang berumah tangga,” pungkasnya.  (mky)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry