Cak Anam (kanan) dan KH Saifuddin Zuhri.

SURABAYA | duta.co – Nama almaghfurlah KH Saifuddin Zuhri sering disebut Cak Anam (Drs H Choirul Anam) dalam berbagai acara. Menurutnya, andil KH Saifuddin Zuhri sangat besar pada dirinya. Karena dialah yang ‘membakar’ semangatnya untuk terus menulis.

“Itu sering disampaikan ke kita, bahwa, KH Saifuddin Zuhri itu pejuang, motivator ulung dalam pergerakan. Ada kalimat yang selalu dikutip Cak Anam dari KH Saifuddin Zuhri: ‘Ini tugasmu, jangan berhenti menulis’,” demikian Mokhammad Kaiyis, Pemred Duta Masyakarat, menirukan pesan Cak Anam saat persiapan mengenang 40 hari Cak Anam, di rumahnya Perumahan Kutisari Indah Barat, Surabaya, Rabu (15/11/23).

Menurut anggota Dewan Kehormatan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jatim ini, hal yang sama disampaikan Cak Anam usai merampungkan buku biografi almaghfurlah Mbah Wahab (KH Abdul Wahab Chasbullah, Hidup dan Perjuangannya). Suatu ketika, dalam perjalanan ke pesantren Tambak Beras, Jombang, Cak Anam sempat mengisahkan ‘tugas’ menulis dari KH Saifuddin Zuhri.

Katanya, dia pernah dipanggil khusus KH Saifuddin Zuhri di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat. Tidak dijelaskan, kapan? Intinya, KH Saifuddin minta agar anak-anak muda NU gemar menulis. Cak Anam pun mengaku banyak membaca pikiran-pikirannya. Dalam buku ‘Kaleidoskop Politik di Indonesia’ karya KH Saifuddin Zuhri, jilid 1, Cak Anam juga memberi catatan di pinggir tulisan tersebut.

“Aneh juga di negara kita. Punya pemerintahan kuat, tetapi tidak didukung oleh rakyat. Apa rakyat kita sudah begitu pendiam?,” begitu tulis Cak Anam di pinggir tulisan KH Saifuddin Zuhri bertajuk ‘PENAMPANGAN SPREKTUM POLITIK PADA PPP, PDI DAN GOLKAR’ yang terbit di media Kompas edisi 29 Maret 1979.

Untuk itu, Cak Anam mengajak generasi muda — khususnya warga NU — gemar menulis. Apalagi banyak penulisan sejarah negeri ini yang masih bengkok, menafikan kontribusi kiai dalam kemerdekaan. KH Saifuddin Zuhri, katanya, suka mengumpulkan anak-anak muda untuk bangkit, bergerak dan menulis. “Koran Duta Masyarakat, sebelum dibredel juga menjadi media perjuangan beliau,” pesannya.

Cak Anam juga menyebut negeri ini memiliki hutang budi kepada KH Saifuddin Zuhri. Katanya, bersama para pahlawan pejuang kemerdekaan, santri kelahiran 1 Oktober 1919 di Sokaraja Tengah, Banyumas, Jawa Tengah itu menumpahkan seluruh kekuatan untuk kemerdekaan bangsa.

Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU itu telah berjuang mengusir penjajah sebagai pengamalan ajaran agama untuk mempertahankan tanah air tercinta (hubbul wathan minal iman). Mungkin tak banyak yang tahu kiprah perjuangan KH Saifuddin Zuhri karena memang tak terungkap dalam buku pelajaran sejarah di bangku sekolah.

Kesan para sahabat tentang Cak Anam dituangkan dalam catatan khusus. (FT/IST)

Masih soal KH Saifuddin Zuhri, ia pernah menjabat sebagai Ketua Ansor Daerah Jawa Tengah Selatan dan Majelis Konsul NU Jawa Tengah, serta komandan Hizbullah Kedu. Ini melekat erat pada diri KH Saifuddin Zuhri yang oleh Belanda dianggap ancaman eksistensinya sehingga ditetapkan sebagai buron pada tahun 40-an. Bersama dengan anak istrinya yang sedang hamil tua, ia menyusuri tebing yang curam dan licin selama sebulan dengan melewati lebih dari 22 desa sebagai tempat berlindung dari Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, banyak terobosan dilakukan. Saat menjadi menteri agama kesepuluh, lelaki bergelar Profesor Luar Biasa IAIN Sunan Kalijaga ini mengembangkan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di sembilan provinsi di Indonesia yang masing-masing memiliki cabang di kota atau kabupaten.

Namanya tercatat menjadi koresponden surat kabar Pemandangan yang terbit di Jakarta. Di Solo, yang saat itu menjadi kota pusat pergerakan, ia banyak meliput peristiwa politik. Juga membantu surat kabar berbahasa Jawa Darmogandul serta Kantor Berita Antara.

Selain ke koran-koran tersebut, tulisannya dikirim ke Berita Nahdlatoel Oelama yang waktu itu dikelola KH Mahfudz Siddiq di Surabaya dan Suara Ansor. Puncak karirnya dalam bidang jurnalistik, ketika memimpin Duta Masyarakat, koran yang diterbitkan Nahdlatul Ulama. Untuk Cak Anam dan para pejuang NU, Lahum al fatihah. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry