SURABAYA | duta.co — Membumikan nilai-nilai Pancasila saat ini menjadi hal penting dan mendesak. Sebab, di tengah masyarakat Indonesia, masih ada sebagian kelompok belum bisa menerima Pancasila sebagai ideologi Negara. Belum lagi kehidupan berbangsa yang rawan konflik SARA, korupsi membudaya, hukum tumpul dan autis sosial.

“Fenomena tersebut ditengarai lebih karena hilangnya nilai-nilai Pancasila dalam prilaku sosial, keagamaan, kebudayan, ekonomi, hukum dan politik di masyarakat,” demikian diyakini puluhan dosen yang mengikuti kerjasama (net-working) dalam Seminar dan Pelatihan Living Value Education AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan), Sabtu (14/4/2018).

Berangkat dari kondisi kehidupan kebangsaan di atas, maka diperlukan rebumisasi nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat. Dari ide dasar ini kemudian kaum cendekiawan punya tanggungjawab moral untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila uang sudah lama mati suri, melakukan kerjasama (Net Working) dalam Seminar dan Pelatihan Living Value Education AIK.  Kegiatan ini dilaksanakan sejak Kamis sampai Sabtu, 14 April 2018, di UMSurabaya.

Ini merupakan hasil Kerjasama PPAIK UMSurabaya-TAF Foundation- PuSAM UMM. Kegiatan ini diikuti sebanyak 40 Dosen terdiri dari Dosen AIK-PPKN UMSurabaya, Dosen AIK UMSida dan Dosen IAIN Langsa Aceh.

Kegiatan terbagi dalam dua bentuk, yaitu seminar dan pelatihan. Pada Seminar dengan Tema kegiatan “Islam-Pancasila dan Internalisasi Nilai-nilai Kebhinnekaan” dengan narasumber, Dr Budy Munawar Rahman,NA ( Direktur Program TAF), Dr. Zuly Qadir, MA (UMY), Dr. Mahsun, MAg (Warek 3 UMSby).

Pada kesempatan tersebut secara substantif dijelaskan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah selaras dengan nilai-nilai agama-agama yang ada di Indonesia (Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha).

Disampaikan Dr Mahsun, bahwa Muhammadiyah memposisikan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara. Sehingga dasar dan bentuk negara Indonesia sudah final sebagai ahlul ahdi wasyahadah.

Dari kajian tersebut juga ditemukan dua nilai yang perlu dikembangkan di lingkungan UMSurabaya. Pertama, mengembngkan paradigma Inklusif (terbuka), yaitu memiliki keluasan dan ragam alternatif dalam penyikapan persoalan. Kedua, menjadi manusia pembaca, artinya sangat penting untuk di kembangkan tradisi membaca di kalangan dosen dan mahasiswa UMSby. (rls)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry