Tampak Gus Solah (duduk paling kliri) menjelang berlangsungnya halaqah ke-9 KK-26 NU di Pekalongan, Jawa Tengah. (FTMKY)

JOMBANG | duta.co – Setelah dibentuk Komite Khitthah-26 Nahdlatul Ulama (KK-26-NU), pada Rabu, 24 Oktober 2018, di PP Tebuireng, Jombang, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) selalu menyelipkan tugas-tugas penting dalam setiap pertemuannya.

“Ada tiga tugas penting beliau yang disampaikan dalam setiap pertemuan KK-26 NU. Pertama, bebaskan NU dari money politics. Kedua, bebaskan NU dari cengkeraman partai politik tertentu. Ketiga, jadikan NU kekuatan civil society, masyarakat madani. Tidak ke mana-mana, tetapi, ada di mana-mana,” demikian H Agus Solachul A’am Wahib, cucu Almaghfurlah Mbah Wahab Chasbullah kepada duta.co, Senin (3/2/2020).

Menurut Gus A’am Wahib, semangat Gus Solah untuk membumikan khitthah 26 NU, patut ditiru. Sampai-sampai beliau berkenan menjadi Ketua KK-26 NU. Setelah itu, mengagendakan setiap setengah bulan sekali, digelar halaqah KK-26 NU.

“Luar biasa! Semangatnya mengalahkan kita, yang muda-muda. Beliau datang sendiri, mengundangkan langsung KH Tholchah Hasan (Malang) untuk hadir di halaqah KK-26 NU. Alhamdulillah, berkat kerja keras beliau, kita memiliki wejangan-wejangan penting dari Almaghfurlah KH Tholchah,” tambah Gus A’am.

Keprihatinannya terhadap politik uang di tubuh NU, patut diperhatikan. Diakui atau tidak, bahwa, politik uang ini, sudah merambah elit-elit NU. Bukan cuma forum muktamar, konferensi wilayah, cabang, bahkan konferensi anak cabang, tebaran uang telah berhasil merusak idealisme pengurus.

“Ini berkali-kali beliau sampaikan. Sampai-sampai ketika saya usul dibuatkan spanduk hentikan politik uang di Muktamar ke-34 NU di Lampung, beliau sangat setuju. Dalam pandangan beliau, politik uang inilah yang menghancurkan idealisme NU, sehingga jamiyah ini terhempas dari tujuan awal didirikannya,” tegasnya.

Dari PKS Sempat Ditelpon

Dominasi atau bahkan kooptasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kepada NU, jelas Gus A’am, juga sering disebut Gus Solah. Menurut Gus Solah, lanjut Gus A’am, sangat banyak kader NU yang berada di partai lain, dan itu sah-sah saja. NU tidak boleh menjadi bagian dari parpol tertentu. NU bukan organisasi sayap (underbow) PKB.

“Ketika saya datang ke acara maulid di PKS, lalu menjelaskan ke publik, bahwa, PKS ini menjadi korban stigma isu radikal dan wahabi, Gus Solah membenarkan. Saya bahkan ditelpon beliau, sepertinya menugaskan kepada saya agar menjelaskan ke publik soal isu radikal dan wahabi secara benar. Jangan sampai umat Ilam menjadi korban politisasi isu-isu agama,” tegas Gus A’am.

Gus Solah bahkan sempat memberikan warning keras soal politisasi jamiyah NU ini. Itu terjadi saat halaqah ke-6 KK-26 NU di Gedung Pertemuan Batik Pekajangan, Kedungwuni, Pekalongan, Jateng, Rabu (17/7/2019).

Saat itu, Gus Solah menegaskan, kalau ada catatan-catatan M Subhan SD bertajuk “Bangsa Mati di Tangan Politikus”, maka, hal yang sama juga dirasakan NU. “Menurut saya NU Mati di Tangan Politisi,” tegas Gus Solah disambut tepuk tangan ratusan peserta halaqah saat itu.

Nah, kini, jelas Gus A’am, bagaimana kita melanjutkan perjuangan beliau. Mendoakan beliau, semoga seluruh kekhilafannya diampuni Allah swt. amal baiknya diterima. Kita diberi kekuatan meneruskan perjuangannya. Keluarga yang ditinggal diberi ketabahan. Amin. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry