“Setelah mengaji, salat subuh berjamaah dipimpin Ustad Saharuddin yang bersuara merdu. Prosesi inti Tadabbur Alam pun dimuai. Semua peserta diminta mencari objek alam tertentu, bisa ikan, batu, pohon, bunga, daun dan sebagainya.”
Oleh Isfandiari MD
ALLAH berfirman dalam Alquran, ”Dan kepunyaan Allah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap, disitulah ‘wajah’ Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (Rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Pijakan ini ‘menyertai’ momen Tadabbur Alam yang digagas Prof Dr KH Nasaruddin Umar, MA bersama timnya dalam Nasaruddin Umar Offiice (NUO).
Momen ini merupakan ajang silaturahmi dan memberikan pengalaman batin untuk bercengkerama lebih akrab dengan sang Pencipta melalui keindahan alam semesta termasuk mahkluk mahluk ciptaannya.
Kiai Nasaruddin sangat telaten membina santri-santrinya di tengah kesibukan sebagai Imam besar Masjid Istiqlal. Apalagi tugas kenegaraan beliau sebagai Menteri Agama RI periode ini. Alhamdulillah Tadabbur Alam sudah sampai di gelombang ke 8 seperti yang diselenggarakan di wisata alam Saung Dolken, Sentul Bogor (22-24 November 2024) kemarin.
Moment 3 hari ini terasa sangat bermakna bagi peserta yang hadir. Hari pertama diisi dengan tausiyah Kiai Mas’ud Halimin tentang tangga kataqwaan. Intinya memberikan pemahaman pada kita untuk selalu berikhtiar meningkatkan ketaqwaan agak lebih dekat kepada Allah dari mulai insan Muslim, Mu’min, Muhsin sampai Mukhlis.
Paparan Kiai melahirkan sebuah semangat agar semua peserta terus meningkatkan kualitas keimannya untuk mencapai tangga ketaqwaan tertinggi. Tausiah yang sangat bermanfat juga diisi Kiai Faried Saenong, MA. Msc, PhD staf ahli Kiai Nasaruddin. Beliau lulusan S3 Australian National University dan chairman NUO Foundation. Ia membahas soal dunia tasawuf yang banyak berbicara ikhwal kejernihan jiwa.
Sangat berkesan saat sesi bersama Kiai Haji Nasaruddin Umar. “Kami diminta untuk berbaring dalam ruang gelap dan dibimbing untuk merenung membayangkan masa-masa lalu, kekecewaan, amarah, kesedihan dan hal-hal yang tidak menyenangkan.”
Lewat arahan Sang Kiai, hal itu dicoba dilepaskan, dibuang jauh agar mendapatkan ketenangan jiwa. Masing-masing peserta mengalami hal yang beragam, tergantung kepekaan dan olah rasa mereka masing-masing.
“Momen itu sungguh sangat berkesan.” Saya (Isfandiari MD), adalah salah satu peserta. Beberapa peserta banyak yang mengalami kondisi psikologis yang dalam untuk bisa melepaskan dendam-dendam masa lalu dan menghadapi masa kini mendatang dengan lebih lapang. Jiwa menjadi lebih tenang, fokus dan bisa lebih mendekatkan diri pada sang pencipta.
Setelah semalaman mengaji, salat subuh berjamaah dipimpin Ustad Saharuddin yang bersuara merdu, prosesi inti Tadabbur Alam pun dimuai. Semua peserta diminta mencari objek alam tertentu, bisa ikan, batu, pohon, bunga, daun dan sebagainya.
Masing-masing diminta memilih objek yang dijumpainya dan fokus kepada objek itu.”Peserta diminta mengambil wudhu, Untuk wanita yang sedang haid tidak apa-apa asal membersihkan jiwa dan pikirannya. Kemudian peserta melakukan salat 2 rakaat, intinya salat hajat memohon pencerahan melalui tadabbur alam setelah diawali salat dhuha terlebih dahulu,” jelas Mirasari dan Abiprayadi Riyanto, tim relawan panitia event ini.
“Kami diminta mendatangi objek tertentu, diamati dan dihayati lalu mengulang kalimat, subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha ilallah walahu akbar,” kata saya yang saat itu memilih objek seekor burung kakatua yang ada di resort Dolken.
Peserta-peserta lain memilih objek beragam. Ibu Dokter Endang Johani SpM atau akrab disapa dokter En Jo, misalnya, salah satu peserta yang ‘bercakap-cakap’ dengan tanaman merambat di lokasi mengaku bisa berkomunikasi batin dengan mahluk Allah itu. Sampai ia menciptakan sebuah puisi yang indah dan dibacakan di forum hari diskusi hari kedua.
“Puisi ibu sungguh indah walau dibuat spontan dalam waktu beberapa jam saja. Bolehkan puisi ini kami pakai untuk moment momen Tadabbur alam selanjutnya?” kagum Kiai Mas’ud dan diperbolehkan oleh sang pembuat puisi.
Di hari kedua ini, Prof Nasaruddin terpaksa pamit karena ada tugas kenegaraan ke Saudi Arabia selaku Menteri Agama RI. Namun, acara tetap berlangsung dengan lancar, diisi tausiah-tausiah bermanfaat termasuk tata cara pemulasan jenazah yang dibimbing tim NUO.
Uniknya, pagi sebelum berangkat pulang, kami melakukan Yoga bersama untuk kesehatan dan pikiran yang semakin jernih. Ditemani alam yang indah asri, udara sejuk dan suara alam yang melahirkan harmoni.
Tadabbur Alam kali ini memang banyak melahirkan kesan mendalam. Peserta yang hadir terdiri dari berbagai latar belakang dan profesi. Semua merasakan hangatnya persaudaraan insaniah, saling memberi masukan dan merasa berkesan atas bimbingan Prof Nasaruddin yang dengan telaten memberikan arahan kepada santri-santrinya walau dengan jadwal yang sangat padat sebagai Imam Mesjid Istiqlal apalagi sebagai Menteri Agama RI. Alhamdulillah.. termakasih! (*)
*Isfandiari Mahbub Djunaidi adalah Wakil Sekjen PBNU