Dekan FK Unair, Prof. Dr.dr. Soetojo,SpU (K) (kanan) bersama Wakil Dekan I FK Unair, Prof. Dr. dr. David Perdanakusuma, SpBP (K) usai acara halal bihalal di aula FK, Selasa (4/7). DUTA/endang

SURABAYA| duta.co – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) patut berbangga. Karena Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan  (LAM PTKES) memilihnya untuk mengikuti akreditasi internasional World Federation Medical Education (WFME) yang berpusat di London Inggris.

Dekan FK Unair, Prof. Dr.dr. Soetojo,SpU (K) mengatakan FK Unair terpilih untuk mengikuti akreditasi ini dari hasil diskusi banyak pihak. “Ada banyak pertimbangan. Selain FK Unair sudah berusia 104 tahun, juga karena faktor lain. Kalau nanti Unair ini bisa mendapatkan akreditasi internasional, dampaknya bagi Indonesia luar biasa. Universitas di daerah saja bisa mendapatkan akreditasi itu, bagaimana dengan yang universitas di kota besar seperti Jakarta,” ujar Soetojo usai acara halal bihalal dengan jajaran FK Unair di Aula FK Jalan Prof Mustopo, Selasa (4/7).

LAM PTKES akan datang ke FK Unair rencananya pada  Maret 2018 mendatang. Jika ini berhasil maka, FK Unair akan menjadi satu-satunya FK di Indonesia yang memiliki akreditasi internasional dan lulusannya bisa diterima bekerja di seluruh dunia. “Amerika baru dua tahun lalu memiliki akreditasi itu. Kalau ini berhasil FK Unair patut berbangga,” tambahnya.

Untuk menyambut kedatangan asesor dari LAM PTKES ini, ditambahkan Wakil Dekan I FK Unair, Prof. Dr. dr. David Perdanakusuma, SpBP (K), FK Unair tidak melakukan persiapan khusus. Karena nanti yang dinilai adalah hal-hal yang selama ini sudah dilakukan FK. Misalnya melihat dan memotet proses belajar mengajar, mengecek jumlah dosen, jumlah dosen dengan predikat doktor dan guru besar, rumah sakit jejaring dan sebagainya.

“Kita tidak melakukan persiapan apapun. Karena sebenarnya yang dinilai yang kita lakukan sehari-hari,” ungkap dr. David.

Nantinya, kata dr. David, tim asesor dari LAM PTKES akan datang ke FK Unair untuk melihat secara langsung hal-hal yang dibutuhkan. Pihak WFME yang akan menilai kinerja LAM PTKES dalam melakukan monitoring terhadap FK Unair. “Sehingga pihak WFWE tidak langsung berhubungan dengan kita (FK Unair,red). Kita dinilai LAM PTKES dan LAM PTKES nantinya dinilai WFWE. Kalau LAM PTKES dianggap lulus, maka kita pun lulus mendapatkan akreditasi WFWE itu,” jelas dokter ahli bedah plastik ini.

Jika akreditasi itu bisa diraih FK Unair pada tahun depan, maka pada 2019 lulusan FK Unair akan menjadi lulusan yang diakui dunia. Mereka bisa bekerja di mana saja di seluruh Indonesia, tentunya dengan regulasi yang sudah ditetapkan di masing-masing negara. “Secara keilmuan mereka diakui di semua negara. Tapi secara regulasi, sesuai dengan negara tujuan masing-masing,” tukas dr. David.

Tapi, akreditasi itu tentunya memiliki tantangan tersendiri bagi FK Unair. FK Unair harus benar-benar mendidik mahasiswa sehingga bisa layak jual ke luar negeri. Misalnya harus beriorientasi internasional. “Bahasa Inggrisnya juga harus hebat bukan sekadar bisa berbahasa Inggris,” ungkapnya.

Baik Prof. Soetojo maupun Prof. David mengaku sama-sama yakin FK Unair bisa meraih predikat itu. Apalagi, sampai saat ini FK Unair memiliki 520 dosen, di mana 60 dosen bergelar professor atau guru besar, 220 dosen dengan gelar doktor.

Memang masih belum ideal. Namun, ditarget di masa mendatang 40 persen dari total dosen harus bergelar doktor dan 20 persen bergelar professor. Karena itu, FK Unair pun berupaya memberikan beasiswa dan kesempatan bagi para dosen untuk bisa menempuh pendidikan doktoral di dalam maupun di luar negeri. Di antara 29 departemen dan 43 program studi yang ada di FK Unair, masing-masing satu orang mendapatkan kesempatan itu. (end)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry