Tampak Suko Sudarso (kiri) dan moderator diskusi Dr Zulkifli. (FT/MKY)

SURABAYA | duta.co – Pilpres 2019 harus menjadi pintu perubahan ke arah yang lebih baik. Ini lantaran pasca reformasi, nasib bangsa Indonesia tidak lebih baik, justru semakin amburadul. Amandemen UUD 1945 ditambah ‘gagal pahamnya’ para pemimpin nasional, membuat Indonesia semakin terpuruk.

“Tidak sekedar ganti orang, tetapi juga harus paham bagaimana menata bangsa ini. Kita yakin Prabowo lebih paham bagaimana mengembalikan jati diri bangsa ini,” demikian disampaikan Suko Sudarso (Sukarnois, aktivis GMNI 1966) dalam diskusi publik bertajuk ‘Perubahan 2019 untuk Pemulihan Kedaulatan dan Keutuhan NKRI’ yang digelar HU Duta Masyarakat dan Pengurus Besar Pergerakan Penganut  Khitthah Nahdliyah (PB PPKN), Sabtu (16/3/2019) di Graha Astranawa, Surabaya.

Menurut Suko, ada tiga hal penting untuk mengawal perubahan tersebut. Pertama adalah kembali ke UUD 1945 (yang asli), di mana saat ini UUD 945 yang asli sudah diobrak-obrik (amandemen) oleh para politisi.

“Dan tidak cukup itu. Kedua, harus ada reformasi agraria, di sini kita butuh pemimpin yang paham, karena ini bukan sekedar bagi-bagi sertifikat. Ketiga, menerapkan TRISAKTI yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam sosial budaya,” tegasnya.

Masih menurut Suko Sudarso, tahun 1948 Bung Hatta sudah berbicara soal reformasi agraria, di mana saat itu dikenal istilah landreform. Begitu juga soal TRISAKTI. Ini semua menjadi landasan bangsa Indonesia untuk bangkit secara ekonomi.

“Kalau negara kaya, baru bisa berdaulat di bidang politik. Kalau tidak, seperti sekarang ini, bisanya cuma menumpuk utang. Karena itu April 2019 ini harus menjadi pintu masuk perubahan ke arah yang lebih baik,” tegasnya.

Bangsa Indonesia, tegas Suko Sudarso, sudah 74 tahun merdeka. Artinya, ini usia yang cukup untuk dewasa dalam memilih pemimpin. Rakyat Indonesia semakin paham siapa yang harus dipilih.

“Bangsa ini semakin dewasa dalam menentukan pilihan, apalagi setelah kita melihat debat kedua Pilpres, rakyat semakin yakin siapa yang layak dipilih. Kita tahu kira-kira siapa calon presiden yang tahu (mengerti soal refomasi agraria red.),” tegasnya dalam diskusi yang dimoderatori Dr Zulkifli ini.

Diskusi ini diawali dengan pembacaan draft maklumat yang disampaikan Drs Choirul Anam (Cak Anam), dihadiri pada kiai dan sejumlah elemen masyarakat. Tampak Letjend Marinir (Purn) Suharto, H A  Mustahid Astari, KH Suyuthi Thoba Banyuwangi, KH Nur Maemon Sumenep, H Nurhadi ST Ketua Umum PB PPKN,  serta perwakilan dari Muhammadiyah, dan tokoh-tokoh nasionalis dari GMNI, dll. (mky)