Dekan FK Unair, Prof Soetojo (kiri) memberikan piagam penghargaan untuk Prof Cristianto B Lumenta di Aula FK Unair, Kamis (13/4). DUTA/endang

 

 

Gandeng Profesor Jerman Keturunan Indonesia untuk Bedah Syaraf

SURABAYA | duta.co – Seluruh kampus di Indonesia baik negeri maupun swasta memacu diri untuk meningkatkan jumlah penelitian yang terpublikasi internasional. Tak terkecuali Universitas Airlangga (Unair). Bahkan, per fakultas di kampus ini, memacu untuk meningkatkan jumlah publikasinya. Salah satunya, Fakultas Kedokteran (FK).

Fakultas Kedokteran (FK) Unair di 2017 ini menarget bisa menghasilkan 162 publikasi terindek scopus. Walau sampai saat ini FK baru menerbitkan 20 jurnal internasional, 18 diantaranya terindeks scopus. Namun FK Unair yakin dan percaya target tersebut bisa dicapai.

Untuk mencapai target tersebut, FK Unair melakukan berbagai macam langkah. Salah satunya menghadirkan professor luar negeri untuk membimbing para dosen FK untuk bisa menulis sehingga publikasi internasional bisa diperbanyak. Kali ini, program visiting professor yang dilakukan FK Unair dengan mendatangkan Profesor Cristianto B Lumenta, ahli bedah syaraf dari Jerman yang merupakan keturunan Indonesia.

Dekan FK Unair, Prof Soetojo mengungkapkan, Prof Lumenta diberikan penghargaan sebagai Honorary Profesor dalam kunjungannya ke Unair kali ini. Menurutnya, Prof Lumenta telah banyak membantu mengarahkan dosen dalam menerbitkan jurnal Internasional.

“Tahun 2004 Prof Lumenta sudah pernah mengisi juga di Unair, kemudian ditindaklanjuti dengan mengirim residen ke Jerman selama beberapa bulan. Tetapi sudah lama kerjasama tak terjalin lagi,” lanjutnya usai pemberian penghargaan Honorary Profesor di Aula FK Unair, Kamis (13/4).

Kepawaian Prof Lumenta dalam memakai Bahasa Indonesia menurutnya juga memudahkan komunikasi. Prof Lumenta dalam membimbing dan mengarahkan dosen FK Unair dalam menerbitkan publikasi internasional. “Saat ini FK baru menerbitkan 20 jurnal internasional, 18 diantaranya terindeks scopus. Padahal target tahun ini 162 publikasi,”ungkapnya.

Dengan pengarahan dari pria yang juga penguji bedah syaraf di Eropa akan memudahkan publikasi untuk diterbitkan di skala Internasional. Iapun mentarget akan adanya satu  publikasi dari satu departemen untuk mengejar target yang ada.

“Dosen kami 150 orang dan 30 persen lebih merupakan doktor yang punya kewajiban publikasi. Mahasiswa S1 dan S2 juga ditarget untuk publikasi jurnal. Jadi pembimbing lebih aktif lagi,”pungkasnya.

Prof Lumenta mengungkapkan Unair memiliki cukup banyak tenaga untuk membuat publikasi. Namun, menurutnya dosen harus lebih fokus meneliti jika memang ingin menerbitkan publikasi internasional. “Yang bisa lolos publikasi Internasional itu harus publikasi hasil eksperimen, bukan hanya data statistik. Ini (data statistik) cuma level rendahan, yang level tinggi itu hasil eksperimen yang terbaru. Apalagi kalau ada uji coba binatang, soalnya memang jarang. Jadi berdasarkan sains,” paparnya. (end)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry