KABUR DARI RAQQA: Leefa (kerudung hijau) dan banyak keluarga pendatang ingin meninggalkan Raqqa sejak 10 bulan lalu dan baru berhasil Senin (13/6) lalu. (afp)

DAMASKUS | duta.co – Perempuan berusia 19 tahun bernama Nur memutuskan meninggalkan Indonesia sekitar 22 bulan silam untuk hijrah ke Raqqa, Suriah, daerah yang diklaim kelompok ISIS sebagai ibu kota negara Islam. Namun, mereka merasa tertipu.

Nur mengaku pindah ke Suriah setelah kesengsem melihat foto dan video tentang negara Islam atau Daulah Islamiyah yang diunggah ISIS ke internet. Setelah hampir dua tahun berlalu, Nur bersama 15 warga Indonesia lain memutuskan meninggalkan Raqqa.

“Semua bohong … ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet,” tutur Nur kepada wartawan AFP di satu kamp di Ain Issa, sekitar 50 kilometer di utara Raqqa.

Bersama ribuan orang lainnya, Nur meninggalkan Raqqa yang kini tengah digempur Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh militer Amerika Serikat. “Ayah dan saudara laki-laki saya dimasukkan ke penjara,” ungkap Nur.

Ketika keluarga Nur tiba di Raqqa, ayah dan saudaranya diminta menjadi milisi ISIS, padahal tadinya mereka mengira akan mendapat pekerjaan dengan gaji tetap. Nur sendiri dikejar-kejar milisi ISIS yang ingin menjadikannya sebagai istri.

“Banyak milisi ISIS yang duda … mereka menikah hanya dua bulan atau dua pekan saja. Banyak laki-laki datang ke rumah dan mengatakan ke ayah saya, saya ingin anakmu,” kata Nur.

Wajahnya jelas menampakkan raut yang sangat kecewa. Ia juga menceritakan bagaimana saudara laki-lakinya sering mendapat pertanyaan apakah punya saudara perempuan yang bisa dijadikan istri. “Yang mereka bicarakan hanya soal perempuan,” tutur Nur.

 

Awalnya Ingin Berobat

Sama seperti Nur, Leefa –perempuan berusia 38 tahun– memutuskan meninggalkan Indonesia dengan harapan bisa ‘menikmati hidup yang sebenarnya sebagai Muslim sejati di bawah kekuasaan ‘Daulah Islamiyah’.

“Saya punya masalah kesehatan. Saya perlu operasi di bagian leher dan biayanya sangat mahal di Indonesia. Tapi di daerah ISIS semuanya gratis.”Saya datang ke daerah ISIS dengan tujuan menjadi Muslim yang sebenarnya dan juga demi kesehatan,” kata Leefa.

Ia mengontak anggota ISIS melalui internet, yang mengatakan ISIS akan mengganti uang tiket. Dikatakan pula Leefa akan bisa menikmati kehidupan di Raqqa. Namun ketika tiba di Raqqa, kenyataan yang dia alami tak sesuai harapan. Operasi yang harus ia jalani tidak gratis dan biayanya mahal. Dan Leefa pun tak bisa menjalani operasi.

Leefa dan Nur termasuk di antara 16 WNI yang saat ini berada di kamp pengungsi di Ain Issa. Kisah keduanya tentu tak bisa diverifikasi namun mirip dengan kisah orang-orang yang pindah ke Raqqa dengan harapan bisa hidup layak di bawah naungan Daulah Islamiyah.

Orang-orang ini hampir semuanya kecewa dengan apa yang mereka lihat di Raqqa, yang sangat berbeda dengan ‘gambaran indah’ yang banyak diunggah ke internet.

“Yang saya tahu, mereka ini ditipu,” kata Fayruz Khalil, pejabat di kamp di Ain Issa. “Mereka mendapati gambaran yang disampaikan ISIS ternyata bohong … selama 10 bulan terakhir mereka mencoba pindah, tapi baru bisa berhasil dalam beberapa hari ini,” kata Khalil.

 

Puluhan Pendatang Ingin Pergi

Kantor berita Kurdi di Suriah ANHA, seperti dipantau oleh BBC Monitoring, melaporkan bahwa ketika kekuatan yang anti-ISIS memasuki Raqqa, mereka mendapati tiga keluarga Indonesia, terdiri atas delapan perempuan, lima laki-laki, dan tiga anak yang menyerahkan diri.

Salah seorang di antaranya, perempuan bernama Nora Joko, mengatakan begitu kekhalifahan Islam diumumkan beberapa waktu lalu ia dan keluarganya memutuskan hijrah ke Suriah. Ia mengatakan masuk ke Raqqa melalui Turki.

Tapi yang ia alami adalah ‘rasa takut berkepanjangan’ dan apa yang ia saksikan ‘tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya’. Nora mengatakan puluhan keluarga pendatang ingin meninggalkan kekuasaan ISIS karena apa yang mereka lihat tak sesuai harapan.

“Kami datang ke sini demi Islam, namun ketika kami berada di sini, yang kami saksikan adalah pemenggalan, penyiksaan dan perampokan,” kata Nora.

Ia mengatakan sudah sejak lama ingin meninggalkan Raqqa dan begitu SDF, satu kekuatan anti-ISIS, masuk ke Raqqa ia dan beberapa warga WNI lain menyerahkan diri. Pemerintah Indonesia mengatakan, sekitar 500-600 WNI ada di Suriah saat ini. Sekitar 500 orang lagi mencoba masuk, tapi dideportasi sebelum tiba di kawasan yang dikuasai ISIS.

 

Sulut Waspadai ISIS dari Marawi

Kini, ISIS telah menyebar ke Asia Tenggara. Yang terbaru Kelompok Maute Filipina Selatan yang berafiliasi ke ISIS baru-baru ini menyerang Kota Islam Marawi. Namun, kelompok itu telah digempur oleh militer Filipina. Pemerintah Indonesia yang daerahnya berbatasan dengan Filipina pun waspada, selain juga mewaspadai kombatan-kombatan ISIS yang pulang dari Suriah.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto, sikap waspada diambil mengingat Sulut adalah wilayah Indonesia yang terdekat dengan Marawi. Gempuran yang dilakukan militer Filipina terhadap Maute sejak kelompok itu menduduki Marawi pada 23 Mei 2017 menimbulkan kekhawatiran kelompok menyebar ke daerah-daerah di sekitar Marawi, termasuk Sulut.

“Biasanya kalau satu tempat digempur, itu luapannya kan menyebar ke daerah lain. Nah, kita (Indonesia) kan cukup dekat ini. Kalau jarak darat itu 300 kilometer. Itu cukup dekat,” ujar Wiranto di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Jumat (16/6).

Oleh karena itu, dia melanjutkan, kewaspadaan harus ditingkatkan. “Rupa-rupanya memang para pemerintah daerah, Kapolda, Pangdam, dan tokoh-tokoh masyarakat sudah alert masalah itu. Sudah mewaspadai,” tuturnya.

Wiranto melakukan kunjungan ke Manado, Sulut, guna berkoordinasi dengan unsur pemerintah di wilayah itu pada Rabu dan Kamis, 14 dan 15 Juni 2017. Wiranto menyampaikan, kewaspadaan terlihat dari dibentuknya posko-posko bersama oleh pemerintah daerah, sehingga masyarakat bisa segera melakukan pelaporan, apabila menemukan indikasi keberadaan orang yang mencurigakan di daerahnya.

Selain itu, menurut Wiranto, TNI menambah pasukan di pulau-pulau terluar Indonesia yang berada di dekat Filipina. Wiranto juga mengatakan, TNI Angkatan Laut (AL) mengintensifkan patroli maritim di wilayah perbatasan laut Indonesia dan Filipina. “Kami sudah melakukan langkah-langkah (kewaspadaan) yang luar biasa,” ujar Wiranto.

Meski demikian, Wiranto membantah pemerintah menerapkan status siaga atas potensi kedatangan ISIS di Sulut. Status siaga mengesankan kondisi darurat yang dikhawatirkan malah membuat masyarakat beraktivitas diiringi rasa takut.  bbc, meo, viv

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry