Donald Trump, presiden terpilih AS. (IST)

 

Donald Trump, presiden terpilih AS. (IST)

Washington DC| Duta.co – Presiden terpilih AS Donald Trump marah dan membantah laporan bahwa Rusia mengaku memiliki informasi pribadi dan keuangan. Sebelumnya diberitakan Rusia memiliki video Trump menonton aksi pekerja seks komersial (PSK) di kamar sebuah hotel di Moskow.

Trump juga menyebut hal itu sebagai “aib luar biasa” dalam catatan komunitas intelijen jika mereka merilis materi tersebut. Dalam konferensi pers pertamanya sejak memenangi Pemilu November 8, Trump menyebut tuduhan yang belum dikonfirmasi itu palsu.

“Saya pikir itu memalukan, memalukan bahwa badan-badan intelijen memperkenankan informasi yang ternyata begitu palsu dan keluar. Saya pikir itu memalukan, dan saya katakan bahwa… itu sesuatu yang telah dilakukan Nazi Jerman, ” kata Trump dalam konferensi pers di New York, seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (12/01/2017).

Dilansir Reuters, Kamis (12/1/2017), konferensi pers Trump diliput 250 reporter yang memenuhi lobi Trump Tower di Manhattan, New York, yang menjadi kantor sekaligus kediaman Trump saat ini. Puluhan demonstran anti-Trump berkumpul di luar Trump Tower dengan kawalan ketat polisi.

Berkas negatif tentang Tump yang muncul pada Selasa (10/01/2017), pertama kali dilaporkan oleh CNN. Lalu BuzzFeed menerbitkan dokumen itu secara lengkap. Tak heran dalam jumpa pers, Trump marah kepada wartawan televise CNN. “Saya tidak akan memberikan kesempatan pada Anda untuk bertanya,” ucap Trump kepada wartawan CNN bernama Jim Acosta.  “Kalian itu berita palsu!” imbuh Trump ke arah wartawan CNN itu.

Dalam jumpa pers itu, untuk pertama kalinya, Trump mengakui bahwa Rusia mungkin meretas Komite Nasional Demokrat dan email dari Partai Demokrat dalam pemilihan presiden 2016. “Saya pikir itu adalah Rusia,” katanya, seraya menunjukkan bahwa negara-negara lain juga meretas AS.

Pernyataan Trump tentang agen mata-mata seperti CIA cenderung untuk mengintensifkan ketegangan antara komunitas intelijen dan presiden terpilih, yang awalnya meremehkan kesimpulan bahwa peretasan Rusia dalam kampanye pemilihan presiden AS bertujuan meningkatkan pencalonannya terhadap Demokrat Hillary Clinton.

Kepala agen mata-mata AS juga menolak bahwa informasi tersebut adalah produk intelijen AS. “Saya menekankan dokumen ini bukan produk komunitas intelijen AS dan saya tidak percaya dengan kebocoran yang datang dari dalam komunitas ini,” kata Direktur Intelijen Nasional James Clapper, dikutip dari BBC, Kamis (12/1/2017).

Meski demikian, dia juga sangat kecewa atas bocornya hal tersebut. Clapper mengatakan, mereka setuju pelanggaran keamanan itu bersifat sangat korosif. Dia menambahkan, jika ada yang merusak keamanan nasional, maka komunitas intelijen siap untuk melayani pemerintahannya.

Sebelumnya pada hari Rabu (11/1/2017), Rusia juga menolak klaim dan mengatakan mereka bertujuan merusak hubungan Moskow dengan Washington. “Kremlin tidak memiliki informasi yang menodai nama baik Trump,” kata juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov kepada wartawan. Peskov menyebut tuduhan adalah total palsu dan upaya jelas untuk merusak hubungan bilateral kami. ful, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry