Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Istas Pratomo (kiri) saat menjadi pembicara, Rabu (04/01). DUTA/endang
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Istas Pratomo (kiri) saat menjadi pembicara, Rabu (04/01). DUTA/endang

Unusa Target 10 Proposal PPM Dosen Raih Hibah Dikti

SURABAYA – Banyak dosen yang ternyata tidak paham pentingnya penelitian dalam kariernya. Padahal salah satu tugas dosen selain mengajar adalah melakukan penelitian. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Istas Pratomo mengatakan dosen seringkali menganggap penelitian itu sulit. Penelitian yang dilakukan hanya menyita perhatian dan waktunya.

“Padahal pebelitian itu apa yang kita lakukan sehari-hari, kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Gampang kalau kita tahu dan mengerti betapa ini sangat penting,” jelasnya di sela acara Sosialisasi dan Optimalisasi Penulisan Proposal Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) di Kafe Fastron Lantai 3 Tower Unusa, Rabu (04/01).

Sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi, para dosen Unusa harus aktif dalam  kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan hingga pengabdian masyarakat. Sayangnya, dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakat (PPM), para dosen di Unusa hanya eksis di internal kampus. Akibatnya, tidak ada satupun proposal PPM yang ikut dalam program hibat PPM Kementrian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristek Dikti).

Istas Pramono mengatakan sudah saatnya para dosen di Unusa menunjukkan pengabdian  masyarakat di tingkat nasional dan internasional. ”Selama ini proposal yang diajukan dosen kepada kampus saja. Paling dapatnya Rp 1,5 juta. Beda dengan dikti yang hibah pengabdian capai Rp 60 juta dan penelitian Rp 100 juta lebih,” kata Istas.

Bukan soal besaran hibah yang didapat, lanjut Istas, namun lebih pada eksistensi dan keberanian bersaing dalam bidang PPM. Pemikiran dan pengabdian para dosen juga lebih luas. ”Sekarang Unusa sedang menata. Saya menarget setidaknya 10 proposal PPM dosen yang bisa diterima Dikti,” jelasnya

Penataan akan dimulai dengan konsep dan pendampingan pembuatan proposal para dosen. Dimana, para dosen akan diarahkan untuk membuat proposal sembari melakukan lobi terhadap lokasi yang akan dijadikan tempat pengabdian maupun penelitian. Lembar persetujuan dari lokasi PPM itu kemudian dijadikan lampiran dalam proposal penelitian. ”Pengalaman kami, banyak proposal ditolak Dikti itu karena jadwal penelitiannya sudah dilakukan dulu. Karena belum tentu lokasi maupun judul proposal yang akan diteliti disetujui dikti,” paparnya. Selama ini, cukup banyak dosen yang mengalakukan PPM dulu dengan uang pribadi dulu. Kemudian mengirimkan proposal ke dikti dengan harapan cair belakangan. ”Yang salah ya itu (bikin proposal dulu,red),” tandasnya.

Menurut pria yang juga menjabat sebagai dosen Teknik Elektro ITS tersebut, ditolaknya judul proposal tidak lain karena penelitian itu sudah dilakukan sebelumnya. Atau memang tidak dibutuhkan oleh masyarakat.

Selain mengawal proposal yang diajukan, alumnus doktor Universite Haute Alsace, Prancis itu menambahkan, selain itu pihaknya akan mendampingi proses pengawalan pencairan anggaran. ”Banyak dosen yang belum paham untuk pencairan proposal. Biasanya, pencairan setelah revisi  proposal dilakukan,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Rektor I Unusa, Kacung Marijan menambahkan, saat ini, Unusa telah melakukan beberapa kerjasama dengan Universitas yang ada di luar negeri, Universitas yang ada di Australia dan Universitas yang ada di Filipina. ”Harapannya dengan kerjasama tersebut, dosen Unusa dapat membuat ide untuk melakukan PPM bersama dosen yang ada di universitas di Australia dan di Filipina. ”Salah satu bentuk konkret, dosen Unusa dapat kerjasama dengan La Trobe University. Kami harap tahun ini dosen Unusa dapat hibah dikti,” harap Kacung. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry