BONITA JALAN-JALAN: Harimau Bonita terpantau berjalan-jalan di kebun sawit oleh tim patroli Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Bonita telah menerkam dua orang hingga tewas. (ist)

JAKARTA | duta.co – Konflik antara harimau Sumatera dengan warga Dusun Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, telah menewaskan dua orang. Gara-gara itu pula, siswa SD diliburkan dua bulan. Harimau liar ini sedang diburu pemerintah.

Adalah Jumiati, karyawati perusahaan sawit, yang tewas diterkam harimau pada 3 Januari 2018. Berikutnya, Yusri, buruh bangunan, juga tewas diterkam harimau, 10 Maret 2018. Keberadaan harimatu liar di lingkungan warga menjadi perhatian tersendiri pemerintah.

Sebenarnya kawasan itu sejak lama memang habitat harimau sebagai satwa liar. Namun berubah menjadi permukiman penduduk karena alih fungsi hutan. “Tidak ada cara lain karena harimaunya jalan-jalan. Maka harus ada tim patroli yang siap tembak bius,” Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya kepada wartawan di Kantor Kementerian LHK, Jakarta, Kamis (15/3).

Siti meminta tim patrol memastikan harimau itu dalam keadaan hidup. “Jadi kalau ada harimaunya ketahuan langsung tembak bius dan dirawat di konservasi,” ucap Siti. Dia menjelaskan, banyak konflik terjadi, khususnya di perkebunan yang telah menjadi habitat satwa liar seperti harimau atau orang utan.

“Sisa pekerjaan keras yang harus diselesaikan, pertama masalah gambut, kedua soal sawit, ketiga soal penegakan hukum, dan keempat soal habitat satwa liar yang sekarang sudah kelihatan mulai memberikan dampak kepada masyarakat,” jelas Siti.

Saat ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBSDA) Riau beserta beberapa lembaga terkait membentuk tim terpadu untuk menangani konflik ini. Ada dua posko yang dibentuk agar memudahkan penangkapan harimau Bonita.

Posko pertama dibangun di lokasi perkebunan dari PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) di kebun Eboni. Posko kedua di Dusun Sinar Danau. “Posko siaga ini mulai diaktifkan hari ini sampai dengan tujuh hari ke depan,” kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono.

 

Mondar-mandir di Kampung

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau membenarkan bahwa Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, merupakan habitat harimau. “Kampung ini merupakan habitat harimau, bisa dibilang kampung dalam hutan,” kata Kabid Wilayah I BBKSDA Riau Mulyo Hutomo.

Tim gabungan BKSDA Riau bersama Polri/TNI, aktivis lingkunganm dan masyarakat melihat harimau Bonita di sekitar perkebunan sawit. “Dari lokasi kebun sawit Eboni harimau Sumatera itu ternyata berjalan menuju perkampungan kembali. Kemarin (Rabu, 14/3), sejak malam hingga pagi, Bonita terlihat di perkebunan sawit,” kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, Kamis (15/3).

Kemarin, secara resmi telah terbentuk tim terpadu yang melibatkan lebih banyak lagi. Polres dan Kodim setempat telah menambah personelnya dalam upaya ‘memburu’ Bonita. Tim juga dibantu kalangan aktivis lingkungan dan warga desa setempat.

Aktivis World WideFund for Nature (WWF) Indonesia di Riau, Soemantri alias Abeng, menyatakan, ada empat kantong terbesar habitat harimau. Salah satunya tempat tewasnya Jumiati dan Yusri di Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil).

“Lokasi konflik di Pelangiran, Inhil, itu adalah bagian kantong harimau di Riau. Menurut saya, kedua warga dan harimau Bonita juga korban dari alih fungsi lahan di kawasan tersebut,” katanya.

 

Suaka Margasatwa Kerumutan

Abeng selaku aktivis yang membidangi masalah harimau Sumatera menyebutkan harimau di Pelangiran merupakan satu kawasan dengan hutan suaka margasatwa Kerumutan. Kawasan hutan Kerumutan ini terbentang dari Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu (Inhu), sampai ke Inhil.

“Jadi hutan Kerumutan itu adalah satu di antara tiga kantong terbesar harimau Sumatera yang ada di Riau. Hanya, kawasan hutan Kerumutan sudah banyak beralih fungsi,” jelas kata Abeng.

Selain kawasan hutan Kerumutan, lanjut Abeng, kantong harimau kedua ada di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Secara administrasi, wilayah TNBT ada di Kabupaten Inhu dan Inhil berbatasan dengan Jambi. Lokasi ini juga merupakan habitat harimau Sumatera.

“TNBT merupakan kantong harimau Sumatera, yang juga kondisi hutannya sudah tak ramah lagi untuk satwa buas itu,” kata Abeng.

Kantong harimau yang ketiga, kata Abeng, ada di hutan suaka margasatwa Rimbang Baling. Lokasi ini berada di Kabupaten Kampar dan Kuantan Singingi. Kawasan hutan di sana juga tak luput dari ancaman alih fungsi lahan.

Habitat harimau yang keempat, kata Abeng, adalah kawasan hutan Sinepis yang ada di kawasan Pemkot Dumai dan Rokan Hilir (Rohil). Lagi-lagi, kantong harimau ini juga terancam oleh perambahan kawasan hutan untuk perkebunan.

“Jadi ada empat kantong terbesar harimau Sumatera itu. Ada di hutan Kerumutan, hutan Senepis, hutan Rimbang Baling, dan TNBT,” kata Abeng.

Walau demikian, bukan berarti kawasan lainnya tidak memiliki harimau. Sebaran hutan yang ada di Riau juga diyakini masih ada harimau lainnya. Hanya, jumlahnya dinilai masih lebih banyak di empat kantong harimau tersebut.

“Kalau jumlah, kita belum bisa memastikan secara rinci. Tapi yang jelas, harimau Sumatera kondisinya juga terancam, baik dari segi habitat yang terus menyempit maupun akibat konflik dengan masyarakat,” tutup Abeng.

Soemantri berpendapat pembukaan lahan yang berlangsung sejak dahulu mengabaikan keberadaan harimau. Namun, karena sudah telanjur, masyarakat kini membutuhkan rumusan bagaimana hidup di kawasan harimau. “Cara menghadapi tanpa membahayakan diri dan harimau itu sendiri. Ini perlu dirumuskan,” kata Soemantri.

 

Sekolah Libur Dua Bulan

Gara-gara konflik harimau dengan warga, siswa SD di Desa Tanjung Simpang Kanan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sudah dua bulan. Ini dilakukan sejak harimau menyerang Jumiati hingga tewas. Hingga saat ini tidak ada siswa yang berani berangkat ke sekolah.

“Jadi sejak warga yang pertama dimangsa harimau, sekolah di kampung ini diliburkan. Tidak ada yang berani ke sekolah, walau sekolah itu berjarak 100 meter dari rumah warga,” kata Kepala Dusun Sinar Danau, Sarayo (41), Kamis (15/3).

SD di Desa Tanjung Simpang Kanan tersebut merupakan kelas jarak jauh dari SD negeri, yang berada di pusat desa. Siswa yang bersekolah di SD tersebut berjumlah 34 orang dari kelas I sampai kelas IV. SD tersebut diliburkan karena kekhawatiran warga akan harimau Bonita yang kerap memasuki perkampungan.

“Kadang terlihat harimau itu duduk di bangunan sekolah. Beberapa jam nanti harimaunya pergi. Jangankan anak-anak, kita orang tua saja sudah ketakutan,” ujar Sarayo.

Siswa SD tersebut diminta tetap belajar di rumah mereka selama sekolah diliburkan. Selain SD, ada sekolah madrasah sore yang diliburkan. “Biasanya kan sore hari ada belajar anak-anak mengaji juga. Jadi pengajian sore hari di tempat sekolah itu juga libur,” ungkapnya.

Sekolah yang diliburkan akibat ancaman harimau Bonita ini juga sudah disampaikan warga kepada pemerintah desa, kecamatan, hingga ke kabupaten. “Sudah kami kasih tahu semuanya kalau sekolah jarak jauh kami diliburkan gara-gara harimau,” tutur dia.

 

Warga Takut Cari Nafkah

Selain itu, warga hidup dalam ketakutan sejak Bonita menyerang Jumiati hingga tewas. “Sudah dua bulan ini warga di kampung ini tak tenang mencari nafkah. Karena harimau itu berkeliaran di kampung kami,” kata Kepala Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang Kanan, Kec Pelangiran, Kab Indragiri Hilir (Inhil) Sarayo (41), Kamis (15/3).

Sarayo menyebut ada 90 kepala keluarga (KK) dengan 300 jiwa penduduk yang tinggal di dusunnya. Umumnya masyarakat di dusun tersebut mencari nafkah sebagai pencari ikan di aliran sungai. “Harimau berkeliaran di pemukiman kami, serta tempat-tempat lainnya yang sering kami lalui untuk mencari ikan. Bagaimana bisa tenang mencari nafkah kalau harimau itu belum ditangkap,” ujarnya.

Menurut Sarayo masyarakat kini hidup dengan kesusahan akibat harimau Bonita belum juga ditangkap. “Kami tak tahu harus bagaimana lagi melihat kondisi ini. Masyarakat saya takut untuk mencari ikan, karena saat pulang dan pergi bisa saja berjumpa dengan harimau itu,” katanya dikutip dari detik.com. hud, dit, lip

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry