MINTA MAAF: Panitia Aksi 1.000 Lilin Palembang saat meminta maaf, Selasa (15/5). (vivanews)

PALEMBANG | duta.co – Video Aksi Aksi 1.000 lilin di Monumen Penderitaan Rakyat, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (12/5) malam, menjadi masalah. Seorang netizen mengunggah video aksi pada malam itu. Dalam video tampak sejumlah orang dengan lilin menyala di tangan masing-masing berseru ‘huuuu…’, ketika berkumandang azan Isya.

Aksi yang pesertanya sebagian besar etnis tertentu itu juga dinilai memicu kegaduhan. Mereka mengangkat tema NKRI namun teriak ‘Bebaskan Ahok’. Atas kejadian itu, panitia aksi 1.000 lilin  meminta maaf kepada seluruh warga dan ulama karena aksi mereka telah menimbulkan kegaduhan.

Permohonan maaf itu disampaikan langsung di hadapan beberapa perwakilan Ormas Kota Palembang, ulama, kiai, dan unsur Forkominda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) di ruang Rapat Parameswara Sekretariat Daerah Kota Palembang.

Permintaan maaf diungkapkan langsung Eka Safrudin bersama dua anggota panitia aksi 1.000 lilin. “Mewakili semua hadirin peserta aksi 1.000 lilin dan penyelenggara kegiatan kebangsaan yang diselenggarakan Jumat 12 Mei 2017 pukul 18.30 WIB sampai dengan 19.30 WIB, kemarin bertempat di Monumen Perjuangan Rakyat semula di Benteng Kuto Besak, Palembang, kami mohon maaf atas kegaduhan yang ditimbulkan,” ujarnya pada Selasa (16/5).

Eka sebagai koordinator lapangan mewakili aksi 1000 lilin berjanji tidak akan kembali menggelar aksi itu untuk menjaga ketertiban dan keamanan di Palembang.

“Menyatakan permohonan maaf dan menyesalkan tindakan dalam kegiatan tersebut yang menimbulkan kegaduhan, karenanya dengan segala kerendahan hati kami menyatakan tidak akan mengulangi lagi. Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran dan bertanggung jawab dalam semangat persaudaraan sebagai bangsa Indonesia,” ujar Eka.

Sekretaris Front Pembela Islam (FPI) Sumatera Selatan, Mahdi, mengatakan bahwa aksi 1.000 lilin itu bukan sebagai dasar mengemukakan kepentingan warga Palembang untuk NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Aksi itu, katanya, kepentingan sekelompok karena seluruh pesertanya adalah warga etnis tertentu.

“Karena aksi yang dipusatkan di Monpera itu sudah membawa nama warga Palembang, tanpa izin. Yang mereka sampaikan itu bukan soal NKRI, tetapi ada penyampaian bebaskan Ahok. Jadi apa hubungannya Ahok dengan NKRI, apalagi ada seruan seperti ledekan saat azan berkumandang. Ini dapat memicu keamanan Palembang,” ujar Mahdi seperti dikutip dari vivanews.

Dia sangat mengapresiasi Pemerintah Kota Palembang yang langsung mengambil langkah dengan pertemuan kepada pemuka adat, ulama, dan perwakilan ormas lain untuk memediasi dengan panitia aksi 1.000 lilin. hud, viv

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry