GIATKAN CINTA BACA: Aktivitas Komunitas Perpus Trotoar (KPT) di Lamongan. (duta.co/kadam mustoko)

LAMONGAN |duta.co  – Era digital saat ini bisa mengikis minat baca buku. Guna menghadapi gempuran era digital ini Komunitas Perpus Trotoar (KPT) di Lamongan mengajak anak-anak kembali cinta baca buku. Gerakan  KPT ini tidak perlu mewah, apalagi sampai berada di sebuah gedung yang sejuk. Untuk mengajak anak-anak menjadikan buku sebagai jendela dunia, mereka cukup membutuhkan buku bacaan dan memanfaatkan trotoar yang ada di dalam Kota Soto ini.

Mereka menggelar tikar di trotoar dan dengan menyajikan buku bacaan.Dengan sarana ini, mereka menyebar “virus” membaca di trotoar jalan. Mereka rutin menebar bibit-bibit membaca buku. Berkat kegigihan para aktifis ini, kini komunitas tersebut sudah memiliki banyak anggota. Bahkan, para anggota Komunitas Perpus Trotoar ini tidak tinggal di kota saja, mereka tinggal di sebuah desa di Kecamatan Babat, Lamongan.

“Awalnya ini adalah kegiatan komunitas perpus trotoar dari para pemuda di Desa Patihan dan Desa Sumurgenuk, Kecamatan Babat,” kata Rendra Hafie, salah seorang anggota Komunitas Perpus Trotoar, Rendra Hafie, Selasa (6/3).

Awalnya, kata Rendra, menceritakan, Komunitas Perpus Trotoar ini berawal dari kepedulian pemuda Desa Patihan, Kecamatan Babat yang melihat banyak warga mereka yang menjadi perantauan. Melihat hal ini, mereka tergugah untuk meningkatkan pengetahuan warga dengan mendirikan perpustakaan.

Selain itu, lanjut Rendra, mereka juga ingin mengikis dominasi budaya digital, yang kini sudah mewabah hingga ke pelosok desa. “Dari Komunitas Perpus Trotoar di Desa Patihan dan di Desa Sumurgenuk ini kemudian berkembang menjadi seperti sekarang (Komunitas Perpus Trotoar) ,” paparnya.

Dari kegiatan Komunitas desa ini, lanjutnya lagi,  akhirnya berkembang dan bersinergi dengan Komunitas Babat Peduli untuk melebarkan sayap kepedulian akan membaca.

Ke depan, KPT mencoba untuk bergerak melawan pembodohan akibat pengaruh digital yang terus mewabah.  “Pada saat adik-adik diracuni oleh tv, game dan lainya, maka kami mengajak adik-adik kami untuk cinta membaca,” ungkapnya.

Kini,  Komunitas Perpus Trotoar beranggotakan 35 orang dengan jumlah koleksi sekitar 250 judul buku. Dari 250 judul buku ini, 150 judul buku untuk anak, 100 judul buku untuk umum dan 50 judul buku untuk dewasa. “Kami mengajak untuk menggiatkan kembali budaya membaca ini ke semua segmen, tapi sementara ini kita menumbuhkan minat baca dari anak-anak dulu, kurangnya literatur atau buku untuk orang dewasa menjadi salah satu kendala kami,” ungkap Rendra.

Sesuai namanya, Komunitas Perpus Trotoar ini  menjadikan trotoar untuk menggelar lapak ‘membaca’ mereka. Dua trotoar di Babat, kata Rendra, menjadi jujugan mereka untuk menggelar lapaknya. Yaitu di depan Kantor Pos Babat dan lapangan futsal Desa Patihan, Kecamatan Babat.

“Kegiatan hari Minggu pagi di depan kantor Pos Babat, sementara untuk tempat lainnya di Lapangan Futsal Desa Patihan, Kecamatan Babat,” jelasnya.

Para aktivis ini menyadari bila gerakan ini bisa terus berahan, tanpa ditopang pendanaan. Untuk kebutuhan ini, pihaknya nyambi jualan makaroni yang dititipkan di warung-warung yang ada di sekitar anggota komunitas. “Ini murni swadaya teman-teman sendiri, dari hasil penjualan makaroni ini kemudian kami belikan buku,” jelasnya.

Ditambahkan Rendra,  pihaknya pernah mengajukan permintaan bantuan buku ke Perpusda Lamongan. Hanya saja, permohonan bantuan untuk kegiatan memerangi pengaruh digital ini ditolak. Sehingga untuk menebarkan bibit-bibit membaca, komunitas ini juga aktif di media sosial. “Kami pernah meminta bantuan buku tapi ditolak,” pungkas Rendra. dam

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry