RELA DONOR MATA: Kusuma Hartanto alias Sanchoz bersama rekan-rekannya membawa poster siap donor mata untuk Novel Baswedan. (detik)

SUKABUMI | duta.co – Seorang juru parkir di Jalan RE Martadinata, Kota Sukabumi, Jabar terkenal setelah curhat-nya kepada seorang teman viral di Medsos. Pria bernama Kusuma Hartanto yang akrab disapa Sanchoz itu menyatakan siap mendonorkan matanya untuk penyidik senior KPK Novel Baswedan.
Sanchoz mengaku tidak sedang mencari sensasi atas sikapnya itu. “Saya ikhlas dan bukan mencari sensasi. Saya juga kaget kenapa jadi ramai di media sosial. Niat awalnya saya hanya nanya alamat KPK dan mengungkapkan keinginan saya bertemu dengan Pak Novel untuk menyampaikan keinginan saya mendonorkan mata,” kata Sanchoz di tempa kerjanya, Jumat (23/2).
Ia mengaku niatnya mendonorkan mata saat melihat tayangan mengenai kepulangan Novel Baswedan di televisi. Saat itu salah seorang pembawa berita menyebut Novel memerlukan pendonor mata untuk kesehatan matanya.
“Saya terharu melihat penyambutan kepada beliau saat itu sedemikian meriahnya. Saya dengar mata beliau sebelah kiri bermasalah karena disiram orang tidak bertanggung jawab dengan air keras. Akhirnya saya tanya-tanya ternyata beliau jadi korban kejahatan, air mata saya mengalir dan detik itu juga saya memantapkan diri untuk mendonorkan mata saya untuk beliau,” lanjut dia.
Seperti diberitakan, warganet di Sukabumi, Jawa Barat digegerkan dengan postingan pemilik akun medsos bernama Muttaqin Ilham. Dalam postingannya, Muttaqin menceritakan curhat seorang juru parkir yang berkeinginan untuk mendonorkan matanya untuk penyidik KPK Novel Baswedan.
Sanchoz juga berharap pelaku penyiraman mata ke Novel menyerahkan diri. “Serahkan diri, karena nanti kalau kamu meninggal urusan sama Allah, repot,” katanya saat berbicara mengenai penyiraman air keras yang dialami Novel.
“Setelah menyerahkan diri, lalu bertobat dan yang tidak kalah pentingnya adalah minta maaflah sama Pak Novel Baswedan. Saya yakin, Pak Novel akan memaafkan kalau benar-benar tulus,” lanjutnya.
Sanchoz menduga aksi penyiraman tersebut dipicu keberanian Novel mengungkap sejumlah kasus besar korupsi yang melibatkan orang-orang penting di negeri ini.
“Beliau itu sosok yang berani, meskipun berhadapan dengan aksi kejahatan tapi beliau tidak gentar. Dia kembali berdiri dan siap kembali memerangi korupsi di negeri ini. Saya yakin bangsa Indonesia saat ini ada bersama Pak Novel,” ucapnya.
Niat Sanchoz untuk mendonorkan mata kirinya untuk Novel didorong kepedulian terhadap penegakan hukum melawan korupsi. “Beliau dalam keadaan apa pun pasti tidak lantas melemah untuk tetap menghadapi korupsi, saya menyuarakan ketulusan saya untuk mendukung beliau dan siap mewakafkan mata saya untuk beliau,” tandasnya.
 

Mualaf Rajin Ibadah

Jumat (23/2) kemarin, Sanchoz seperti biasa menjadi juru parkir di salah satu ruko di kawasan pusat Kota Sukabumi. Dia terlihat duduk memperhatikan keluar masuk kendaraan ke area parkir di tempat tersebut.
Sanchoz sudah 15 tahun bekerja sebagai juru parkir di Jalan RE Martadinata. Sebagai seorang mualaf dia tidak pernah meninggalkan kewajibannya untuk beribadah. Hal ini diakui oleh Eky Komaruzaman, pemilik konter ponsel tempat Sanchoz menjadi juru parkir.
“Dua puluh menit sebelum waktu salat dia sudah mengajak, hayu salat hayu salat. Kemudian dia pergi duluan untuk menjadi muadzin di Masjid Jami Al Iman Nurul Huda 300 meterlah dari tempat ini. Jadi buat anak-anak di tempat ini, mulai dari penjaga toko sampai supir angkot semua kenal dengan beliau. Dia juga paling kencang kalau ada yang macam-macam di daerah sini, beberapa kali ngusir orang yang mabuk dan ngelem di trotoar,” kata Eky.

Novel Rutin Minum Obat

Sementara itu, Novel sendiri masih fokus mengonsumsi obat untuk kesembuhan kedua matanya. “Saya fokus mengonsumsi obat, untuk mata saya,” kata Novel di depan rumahnya, Jalan Desposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (23/2).  “Saya minum obat tiga kali sehari,” tambahnya.
Novel sendiri masih dikawal dalam aktivitas kesehariannya setelah kepulangannya dari Singapura. Seperti saat salat Jumat kemarin, sepupu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu dikawal sejumlah petugas KPK dan KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda) Muhammadiyah ke Masjid Al-Ikhsan.
Sepulang dari salat subuh di masjid itu pada 11 April 2017, mata Novel disiram air keras oleh dua orang tak dikenal naik sepeda motor, di dekat kediamannya. Saat Jumatan kemarin, mengenakan peci dan baju koko putih, Novel bersama sejumlah petugas KPK keluar dari rumah, lalu berjalan menuju Masjid Al-Ikhsan.
Novel yang mengenakan batik melemparkan senyum semringah kepada awak media dan warga lainnya. Novel juga disapa warga sekitar. “Salat Jumat dulu ya Mas,” ucap Novel ketika berjalan kaki menuju masjid yang lokasinya tak jauh dari kediamannya.

Soal Keterlibatan Jenderal

Di sisi lain, penyidik Polda Metro Jaya berencana memanggil Novel Baswedan terkait kasus penyiraman air keras kepadanya. Polisi akan memeriksa Novel terkait ucapan yang menyebutkan adanya seorang jenderal dalam kasus ini.
“Ya tentu penyidik akan memanggil nanti ada beberapa pertanyaan di mana di Singapura ada beberapa pertanyaan yang belum di jawab dan akan kita tanyakan,” ujarnya di Polda Metro Jaya, Jumat (23/2). “(Soal jenderal) Kan sudah kita tanyakan dan dia menyebut seseorang maka kita perlu tanyakan apakan betul atau hanya asumsi,” sambungnya.
Menurut Argo, ucapan Novel itu bisa saja menjadi fitnah. Oleh karena itu penyidik akan menanyakan perihal tersebut. “Nanti misalnya betul melanggar hukum nanti kita kumpulkan bukti-buktinya. Kalau misalnya asumsi ya bisa menuduh orang di mana tidak boleh karena akan melanggar norma agama dan norma hukum,” tegasnya.
Terpisah, Kabiro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah mengatakan, salah satu alasan kepulangan Novel Baswedan ke Indonesia lantaran waktu kontrol Novel yang sudah tidak rutin seperti sebelumnya. Selain itu, kata Febri, juga untuk menghemat pengeluaran anggaran negara.
“Sewa apartemennya habis kemarin dan dokter juga bilang sudah bisa pulang. Karena kalau di Singapura nunggu waktu dua bulan pemeriksaan cuma satu kali atau dua kali itu tentu membebani. Nah, Novel tidak mau keberadaannya di Singapura bawa beban lebih,” tutur Febri saat dikonfirmasi, Jumat (23/2). hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry