Tampak Gus Ali Azhar (dua dari kanan) dalam diskusi terbatas tentang pergerakan penganut khitthah nahdliyah di Cafe Museum NU. (FT/DUTA/CO)

SURABAYA | duta.co – Ketua PW Muslimat NU Jawa Timur,  Ibu Nyai Hj Dra Masruroh Wahid MSi menyuguhkan pelajaran berharga bagi penegakan Khitthah NU. Berawal dari terbitnya surat tugas bernomor 289/A/PWM-NU/III/2018 tertanggal 5 Maret 2018 yang, diteken sendiri Nyai Masruroh (tanpa sekretaris), akhirnya Selasa (13/3/2018) ia ‘diadili’ PWNU Jatim.

Mendapatkan teguran dari fungsionaris PWNU Jatim, tanpa perlawanan, Bu Nyai Masruroh langsung mengaku khilaf, dan siap disanksi. “Dan kami berjanji akan mematuhi semua arahan dan perintah PWNU Jatim dan siap menerima sanksi organisasi,” demikian Ibu Nyai Dra Hj Masruroh Wahid MSi dalam forum tersebut.

Deskripsi hasil pertemuan PWNU Jatim dan PW Muslimat NU Jatim kini menyebar luas di sejumlah grup WA. Bahkan pertemuan itu dilaporkan secara rinci. Misalnya, Ketua PWNU Jatim, KH Hasan Mutawakkil Alallah meminta kepada KH Syafruddin untuk memimpin rapat, dan rapat dibuka oleh KH Anwar Manshur.

Kedua, kesempatan pertama diberikan kepada KH Ali Masyhuri untuk melakukan klarifikasi dan arahan atas tindakan muslimat yang menggunakan organisasi untuk mendukung pasangan nomor 1 dalam Pilgub Jatim.

Gus Ali Masyhuri menegaskan bahwa jangan sampai NU maupun Banomnya dikorbankan untuk kepentingan politik, eman NU-nya. Dari awal NU melarang menggunakan simbol dan atribut NU untuk politik. Adapun dukungan bersifat pribadi bukan organisasi.

Hebatnya, masih dalam deskripsi itu, KH Anwar Iskandar menambahkan dukungan kiai-kiai NU kepada GI merupakan ijtihad yang sudah melalui serangkaian istikharah, istisuarah dan musyawarah mulai dari Ploso, Lirboyo, Sidogiri, hingga di bumi sholawat (tempat Gus Ali Masyhuri).

Artinya, kata Gus War, ada i’lalnya tidak ujag ujug atau grusah grusuh. Maka ini tentunya butuh disampaikan kepada umat, tujuannya untuk kemaslahatan ummat dan nahdliyin. Ada pembagian tugas diantara kader NU, Gus Halim tetap di DPRD, Gus Ipul di Gubernur, Bu Khafifah di Menteri , itu yang diharapkan kiai.

KH Hasan Mutawakkil, menambahkan, bahwa PWNU mendapat laporan dari PCNU-PCNU sejatim terkait Muslimat yang menggunakan atribut NU dan struktur Muslimat untuk kepentingan politik praktis, maka PWNU minta untuk segera dihentikan dan ditertibkan agar marwah organisasi tetap terjaga.

Deskripsi yang beredar liar ini menuai banyak jawaban dari nahdliyin. Salah satunya memuji sikap kstaria Muslimat NU yang mau mengakui khilaf dan siap disanksi.

“Ini luar biasa. Kita berharap seperti itu, yang melanggar sadar. Yang susah, sudah melanggar, tidak sadar, malah mengingatkan. Pernyataan Bu Nyai Masruroh itu merupakan pelajaran berharga bagi NU, termasuk PWNU agar tidak mempermainkan khitthah,” jelas Ali Azhar, SH, MHUM yang akrab disapa Gus Ali Azhar kepada duta.co, Rabu (14/3/2018).

Gus Ali juga mengkritis alibi sejumlah kiai yang getol mendukung Gus Ipul. Misalnya, kalau kepada Gus Ipul dijelaskan melalui istikharah, musyawarah dari Ploso, Lirboyo, Sidogiri, hingga di bumi sholawat Sidoarjo. Bahkan disebut ada i’lalnya tidak ujag ujug atau grusah grusuh.

Pertemuan masyayikh untuk Gus Ipul-Puti yang dihadiri pengurus PWNU dan PCNU se-Jatim di Lirboyo Kediri. (FT/JAWAPOS)

“Ini juga menjadi catatan keras nahdliyin. Kok ada alibi politik seperti itu. Apalagi kalau kemudian menafikan kader NU yang lain, sampai-sampai silaturrahim saja tidak boleh, padahal sama-sama kader NU,” jelasnya.

Ketika ditanya soal pembagian tugas diantara kader NU, seperti disampaikan KH Anwar Iskandar bahwa Gus Halim tetap di DPRD, Gus Ipul di Gubernur, Bu Khafifah di Menteri, pengusaha property ini justru mengaku aneh.

“Mulai kapan pengurus NU bagi-bagi jabatan? Kalau itu benar dan fair, apa sudah pernah memanggil Bu Khofifah, sehingga bisa mendengarkan penjelasan beliau mengapa harus maju Pilgub Jatim. Ini dibaca umat. Kalau alibi itu disampaikan kepada nahdliyin, justru ditertawakan,” jelasnya sambil mengkritisi sejumlah pelanggaran khitthah yang dilakukan pengurus NU dengan terang-terangan.

Komentar lain menanyakan kehadiran KH Mutawakkil dalam acara pengukuhan relawan Gus Ipul-Puti di Jember. Komentar ini menyertakan fotonya. Termasuk Satkornas Apel Banser di Pasuruan.

etua PWNU Jatim, KH Mutawakkil Alallah (kiri) saat pengukuhan tim relawan pemenangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur di Jember, Kamis (25/1) (FT/baromaterjatim)

“Saya yakin surat tugas Muslimat NU itu terbit karena tekanan mental, TAK TEGA IBUNYA diperlakukan seperti itu. Hebatnya Bu Nyai masih mengakui khilah dan siap disanksi, bravo Muslimat NU! ” demikian yang lain. (ud,mky)