HUSNUL KHOTIMAH: H Kaimin limbung, jatuh, dan meninggal dunia saat mengumandangkan azan subuh di Musala Al-Muhajirin, Penggilingin, Cakung, Jaktim, Minggu (25/2) lalu. Inzet: H Kaimin. (screen shot video di FB)

JAKARTA | duta.co – Beberapa hari terakhir di media sosial terjadi viral video detik-detik muazin meninggal saat mengumandangkan azan subuh. Peristiwa itu terjadi di Musala Al-Muhajirin Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Siapa sang Muazain? Bagaimana peristiwanya?
“Iya betul, dia marbut di situ,” kata Lurah Penggilingan Usdiyati saat dimintai konfirmasi, Selasa (27/2). Usdiyati mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Minggu (25/2) lalu. “Kalau umur pastinya saya tidak tahu, tapi memang sudah berumur,” tambahnya.
Almarhum muazain itu bernama Haji Kaimin bin Bodong. Video yang viral di media sosial adalah rekaman CCTV musala tersebut. Di awal video, terlihat Haji Kaimin berdiri dan mengumandangkan azan subuh.
Mendadak, tubuh Haji Kaimin limbung dan jatuh ke lantai. Seorang pria yang kemudian datang tergopoh-gopoh menghampiri Haji Kaimin yang tergeletak di lantai. Jemaah lain pun ikut menghampiri.
Kabar yang disertai video dan foto-foto almarhum Haji Kaimin ini lalu dibagikan di Facebook, Instagram, dan YouTube. Salah satunya diunggah oleh pemilik akun Facebook Surotul Hidayat.
“Detik2 Saat menjelang kewafatannya Orang Tua Kita/Jema’ah kita, Muadzin berikut Marbot Musholla Al Muhajirin, Perumahan Aneka Elok Blok A, Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur saat sedang mengumangkan Adzan Subuh pada Lafadz ‘Assholaatu Khoirumminannaum’, Semoga Beliau Khusnul Khotimah, Ahad/Minggu, 25’Jumadil Awwal/Februari 1439H/2018M…,” demikian unggahan itu.
Bendahara Musala Al-Muhajirin Adeng Djumhana (66) menceritakan, saat itu Haji Kaimin mulai mengumandangkan azan Subuh namun jatuh ketika azan belum selesai.
“Belum selesai azan, dia jatuh di depan mimbar. Kebetulan sudah banyak jamaah yang sudah datang. Pas jatuh ditolongin. Saat diangkat, dari kaki sampai dada sudah dingin tapi masih bernafas,” katanya ditemui di musala tersebut, Selasa (27/2). “Terus kita gotong ramai-ramai ke pinggir. Pas digotong, sudah nggak ada (meninggal),” lanjutnya.
Haji Kaimin juga merupakan marbut di musala tersebut. Adeng mengatakan Haji Kaimin mengeluh kurang enak badan sejak dua hari sebelumnya.
“Saya waktu kejadian sudah arah ke sini (musala). Langsung nyamperin terus ikut gotong, almarhumnya dipinggirin terus kita lanjut salat. Sempat panggil dokter, cuma ke sini juga sudah nggak ada (meninggal),” ucap Adeng.
Haji Kaimin sudah sekitar 20 tahun jadi marbut di musala tersebut. Dia merupakan pensiunan Bank Indonesia dan sang istri sudah meninggal pada 2007. “Sudah lama (jadi marbut). Sebelumnya memang ada orang lain yang jadi marbut. Setelah orang itu pindah, digantiin beliau,” kisah Adeng.
 

Sederhana, Suka Membantu

Haji Kaimin dikenal sebagai sosok yang sederhana. Almarhum banyak menghabiskan waktunya di musala tempat dia meninggal. Di mata keluarga, Haji Kaimin memiliki kepribadian yang baik dan penyayang. Menurut menantunya, Novitasari (38), Haji Kaimin memang sangat rajin bersih-bersih.
“Ya dia supel, memang ringan tangan, suka bantu orang, nggak mikirin dirinya. Pokoknya semua dia dibantu. Tadinya muazin jadi sekalian (marbot), emang dia seneng beres-beres,” tutur Novi di rumah duka, Perumahan Aneka Elok, Blok A7 nomer 14, Penggilingan, Jakarta, Selasa (27/2).
Setelah pensiun dari Bank Indonesia, Haji Kaimin menghabiskan waktunya di rumah dan rajin ke musala untuk bersih-bersih sekaligus menjadi muazin. Novi menuturkan beberapa bulan sebelum kepergiannya, Haji Kaimin menjadi lebih sering ke musala daripada biasanya.
“Beberapa bulan belakangan ini emang sering rajin ke musala, dikit-dikit ke musala, emang nggak bisa ninggalin musala,” ujar Novi.
Sebelum kepergiannya, Haji Kaimin sempat meminta ingin pulang ke kampung halamannya di Citayam, Depok. Ternyata, ini merupakan pesan terakhir dari Haji Kaimin kepada keluarga. “Dia cuma ngomong-ngomong begitu aja, pengen tinggal di kampung, nggak taunya dikuburnya di kampung di Citayam, Depok, itu keinginannya” ujar Novi.
Haji Kaimin meninggal dalam usia 73 tahun. Tetangga dan pengurus Musala Al Muhajirin juga merasa kehilangan dan meninggalkan kesan baik bagi para tetangganya.
“Ya orangnya sederhana, ringan tangan, tiap malam Jumat kita kan disini yasinan, beliau yang suka bagiin makanan ringan,” ujar Adeng Djumhana, bendahara Musala Al-Muhajirin.
Menurut Adeng, Haji Kaimin sangat rajin membersihkan musala secara sukarela. Ia sering datang ke musala lebih dulu ketika solat waktu tiba. “Sebelum azan, almarhum bersih bersih dulu, karpet disapu, lantai dipel, beliau sebagai marbot juga, ya walaupun ngga mau (dibayar), tapi kita tetap kasih uang capek,” ujar Adeng. hud, dit

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry