KARYA SISWA SMK: Mobil offroad dan motor buatan siswa SMK Ma’arif Singosari, Malang, yang dipemerkan di NU Expo 201, di Gedung Jatim Expo Surabaya, Jumat (23/12).|Duta/nafisatul
KARYA SISWA SMK: Mobil offroad dan motor buatan siswa SMK Ma’arif Singosari, Malang, yang dipemerkan di NU Expo 201, di Gedung Jatim Expo Surabaya, Jumat (23/12).|Duta/nafisatul

SURABAYA | duta.co –Ajang NU Expo di Jatim Expo, Jl A Yani, Surabaya,  yang berlangsung hingga Sabtu (24/12) hari ini juga diikuti beberapa yayasan pendidikan pesantren. Salah satunya yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Plus Ma’arif Singosari Malang yang memamerkan mobil dan motor buatan siswa.

Produk tersebut adalah mobil Jeep Offroad dan sepeda motor Ativi, yang menggunakan bahan bakar bensin. “Motor ini bisa digunakan untuk membantu para petani, ini di samping ada alat untuk menyemprot hama, dan sebelahnya lagi bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran,” terang Muhamad Ikrom Mullah, salah satu siswa yang menjaga stan ini, kepada Duta, Jumat (23/12).

Untuk sepeda motor Ativi, keiritannya sama dengan motor-motor pada umumnya. Sedangkan mobil diakuinya memang lebih boros karena tenaga yang digunakan memang lebih besar.

Motor Aktiviti beroda empat mirip motor untuk kenderaan gurun. Motor ini sudah pernah diuji coba penggunaanya di Malang. Penyemprotan dilakukan pada tanaman-tanaman perkebunan seperti tomat dan cabe. Untuk di sawah penyemprotan bisa dilakukan dengan melewati pematangnya.

Sedangkan Jeep Offroad kegunaannya adalah untuk perjalanan ke pegunungan. Terutama untuk tanah atau gunung yang becek, yang mana mobil biasa akan susah melakukannya. Mobil ini menggunakan double gardan sehingga roda depan dan belakang bisa diaktifkan saat mobil melalui medan yang becek dan berlumpur.

Selama enam bulan, siswa SMK Ma’arif kelas 11 dan 12 jurusan Teknik Otomotif Sepeda Motor dan Teknik Otomotif Mobil membuat produk ini. Sedangkan pembuatan mobil butuh waktu delapan bulan. Pembuatan mobil butuh waktu lebih lama karena rancangannya yang lebih rumit dibandingkan motor.

Ide awal pembuatan mobil ini, menurut Ikrom, berasal dari seorang guru yang juga kepala jurusan otomotif, Toni Syahrul. Formulanya kemudian didiskusikan bersama guru-guru otomotif lainnya yang kemudian membuat tim.

Di hari pertama pameran NU Expo 2016, Toni Syahrul hadir mengawal siswa-siswanya memamerkan produk. Selanjutnya ia menugaskan tiga siswanya untuk menjaga stan. Dua kendaraan yang dipamerkan ini merupakan produk pertama SMK Ma’arif. Sekarang ada satu jenis lagi mobil Jeep Offroad yang masih dalam proses pembuatan.

Mobil yang masih dalam proses pembuatan sengaja dibuat dengan pengamanan yang lebih. Alasannya karena mobil tersebut nantinya akan benar-benar digunakan di lapangan beda dengan mobil yang hanya untuk pameran.

“Dua kendaraan ini, Jeep Offroad dan motor Ativi, memang sengaja dibuat untuk even-even pameran. Tetapi nanti kalau mau pesan bisa dibuatkan, dan untuk harganya nanti bisa dibicarakan dengan para guru,” terang Ikrom.

Dalam sekali produksi motor Ativi yang menggunakan mesin Yamaha Vixion ini butuh biaya kisaran Rp 10 juta. Sedangkan untuk mobil Offroad biaya produksinya sejumlah Rp 80 juta. Dan mesin yang digunakan adalah Suzuki.

Meski sampai saat ini belum ada yang melakukan pemesanan secara langsung, animo masyarakat untuk menyaksikan mobil dan motor karya siswa SMK Ma’arid ini  lumayan tinggi. Bahkan di hari pertama dibukanya NU Expo 2016, Ketua Umum PBNU KH Said Akil Siradj mencoba menaikinya. Beliau memuji karya motor dan mobil yang dicobanya itu.

Sebelum mengikuti NU Expo 2016, kata Ikrom, dua kendaraan karya siswa SMK ini telah mengikuti pameran di Jakarta. Pada pameran tersebut Wakil Presiden Indonesia KH Jusuf Kalla juga mengunjungi stan mereka. Orang nomor dua di Indonesia itu sangat mengapresiasi produk siswa ini. Jusuf Kalla menyarankan agar dua produk dari SMK Ma’arif ini bisa diproduksi secara massal.

Muhamad Ikrom Mullah berharap kehadiran produknya di NU Expo 2016 bisa menginspirasi siswa-siswa lainnya. Sebab, masih sedikit sekolah-sekolah yang berani memproduksi mobil dan motor sebagaimana sekolahnya. Di daerahnya saja hanya SMK Ma’arif.

Bakal Dikucuri Kredit

Sementara itu, kabar baik bagi para pelaku UMKM, terutama bagi kalangan nahdliyin dan santripreneur. Pasalnya, pemerintah menyiapkan dana pinjaman Rp1,5 triliun. Dana ini bertujuan untuk menstimulus pelaku UMKM.

Rencananya, dana ini akan direalisasikan pada tahun 2017. Menariknya, pemerintah menggandeng lembaga atau organisasi masyarakat untuk penyalurannya, di antaranya NU. NU salah satu yang digandeng karena banyaknya usaha perekonomian yang tumbuh di lingkungan nahdliyin dan pesantren.

Banyak pula UMKM yang tumbuh namun masih kesulitan modal. Presiden Joko Widodo menyebut pengusaha dan pelaku UMKM di lingkungan NU dengan sebutan santripreneur.

Wakil Ketua Lembaga Perekonomian NU Jaenal Effendi mengatakan, program tersebut sudah dibicarakan dengan pihak Kemenkeu. Secara teknis, terang dia, pendataan UMKM yang akan dikucuri dana pinjaman dilakukan oleh Lembaga Perekonomian NU. Begitu juga verifikasinya.

Hal yang menarik ialah terkait verifikasinya. Pemohon kredit, kata Jaenal, ditentukan berdasarkan kepercayaan. Karena itu tidak dibutuhkan jaminan untuk pengajuan dana pinjaman itu. “Berdasarkan rekomendasi kiai,” katanya di lokasi NUExpo di International JX Surabaya, Jumat (23/12).

Sasaran bantuan, di antaranya, Koperasi Pondok Pesantren (Koppontren), Koperasi Syariah, BMT, UKM, dan sejenisnya, yang jumlahnya sekira lima ribu lembaga. Selain kepercayaan, kriteria utama yang jadi acuan penerima ialah yang kesulitan dalam hal permodalan. “Dana pinjamannya antara Rp1,5 juta sampai Rp10 juta,” ujar Jaenal.

Konsultan program Kemenkeu dari Universitas Indonesia, Nining I Soesilo, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pemetaan guna memaksimalkan realisasi program tersebut. Dia mengamini sistem pengajuan penerima bantuan dipercayakan kepada lembaga ekonomi di NU dengan modal rekomendasi kiai.

Karena itu, jaminan tidak diperlukan seperti umumnya pengajuan kredit pembiayaan. Nining menyebut jaminan rekomendasi kiai itu dengan social collateral. “Semua tahu di NU itu kiai sangat dihormati,” ujarnya. Dengan begitu dimungkinkan tidak ada penyelewengan bantuan dan pengembalian kredit berjalan mulus.

Bantuan kredit tersebut tanpa bunga dan menggunakan sistem syariah. Nominal kredit juga terbilang kecil, dibatasi Rp10 juta. Itu hanya semata stimulus dan diharapkan memunculkan multiplayer efek sehingga pelaku UKM di lingkungan NU terbantukan bangkit. “Karena itu yang sudah dapat, tidak bisa memperoleh bantuan ini lagi,” ujar Nining.

Skema pinjaman bergulir itu dimantapkan dalam pertemuan antara Lembaga Perekonomian NU dengan pihak Kemenkeu di Gedung Keuangan Negara Surabaya, Kamis  (22/12). Hadir pada kesempatan itu Ketua PBNU Eman Suryaman, Wasekjen PBNU Suwadi D Pranoto, pengurus LP PBNU, Ketua LPNU Jawa Timur Arif Afandi, Direktur Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU) Kementerian Keuangan Djoko Hendratto, dan Nining Soesilo. naf, azi

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry