Oleh: Dini Eka Yusvia

Mahasiswi Universitas Islam Majapahit

Jika kita mendengar kata Mojokerto, yang terlintas dalam pikiran kita pasti wisata Pacet dan Bumi Majapahit. Sebagai salah satu kota yang identik dengan Majapahit, tak mengherankan jika Mojokerto memiliki banyak situs peninggalan sejarah kerajaan besar di Indonesia itu. Namun kali ini, saya akan mengajak kalian untuk singgah di Trowulan, tepatnya untuk menengok Sleeping Budha atau Budha tidur raksasa.

Yang perlu kita ketahui adalah, sebagian besar masyarakat yang tinggal di area tersebut adalah pemeluk agama Islam. Namun, justru keberadaan Sleeping Budha itu masih tetap terjaga hingga kini.

Sleeping Budha sendiri didirikan di dalam komplek Maha Vihara Majapahit yang berlokasi di Dusun Kedung Wulan, Desa Bejijong, Trowulan Mojokerto. Bila kalian sudah memasuki halaman Maha Vihara, pastilah kalian akan disuguhkan dengan pemandangan deretan patung gagah yang berjajar menuju tempat beribadah. Rindangnya pepohonan dan teduhnya lokasi budha tidur akan membuat kalian nyaman berlama-lama di dana.

Asal muasal pengadaan patung ini digagaskan oleh Banthe Viriyanadi Mahathera, yang mulai pembangunannya di penghujung 1985. Patung Sidharta Guatama ini dibangun oleh anak didik Sekolah Tinggi Agama Budha Maha Vihara Majapahit. Setelah rampung dibangun, pada tahun 1989, Patung Budha Tidur dengan ukuran 22 meter x 8 meter diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur H. Soelarso.

Dengan material bangunan biasa, Rekor MURI pernah disabet Sleeping Budha Vihara Trowulan pada Desember 2001. Penghargaan MURI diberikan pada saat berlangsungnya acara pembukaan Mukernas Sekber PMVBI X, dan diserahkan langsung oleh Jaya Suprana (Ketua MURI) kepada Bhante Viriyanadi, yang merupakan ketua Yayasan Lumbini pada saat itu. Patung ini, mendapat penghargaan sebagai Sleeping Budha terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga se-Asia Tenggara. Memang ukurannya tidak sebesar di Thailand atau Myanmar. Namun, kita patut berbangga karena Indonesia memiliki destinasi wisata religi yang dapat dikunjungi segala usia dan agama.

Pembangunan patung ini memberikan makna besar bagi Umat Budha. Karena, patung berwarna kuning keemasan ini dibuat dengan posisi tidur yang melambangkan Sidharta Gautama pada saat wafat. Selain itu, patung ini juga mengingatkan akan jasa Sidharta Gautama yang besar bagi umat Budha dan untuk mengingat wafatnya di Nepal.

Sejak dibangun sampai saat ini, patung raksasa tersebut hanya direnovasi dua tahun sekali pada pengecatan saja. Yang menarik perhatian saya ketika mengunjungi lokasi adalah pengunjung yang memakai jilbab dan mengenakan busana muslim. Walau kenyataannya Maha Vihara dan Sleeping Budha adalah kawasan ibadah umat Budha, pengelola tidak membatasi siapapun yang ingin berkunjung ke sana, asalkan mengenakan busana yang sopan.

Seperti kawasan wisata lainnya, di sekitar Maha Vihara Majapahit kita dapat menemui sejumlah pedangang kaki lima yang menjajakan makanan ringan dan souvenir khas Trowulan. Dengan harga tiket masuk yang terjangkau, kita dapat menghabiskan seharian waktu kita untuk menikmati suasanya nyaman di sana. Tertarik untuk berkunjung? Datangi saja desa Bejijong Trowulan dan nikmati liburan kalian di Bumi Majapahit Mojokerto. (*)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry