INOVASI MAHASISWA : lima mahasiswa program studi PendidikanKedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya menunjukkan alat tes golongan darah dan rhesus di Kampus UMSurabaya, Kamis (27/4). Alat ini memiliki konsep 2 in 1 dengan melakukan cek golongan darah sekaligus bisa menenentukan rhesus hanya dengan waktu 10 detik. DUTA/WIWIEK WULANDARI

SURABAYA – Pengecekan golongan darah dan rhesusnya sangat penting untuk menentukan darah yang digunakan untuk transfusi darah. Jika kesalahan transfusi terjadi pada perbedaan golongan darah, maka penggumpalan darah akan cepat terjadi pada tubuh. Hal ini pastinya akan menyebabkan kematian, sama halnya jika kesalahan transfusi berdasarkan rhesusnya. Rhesus manusia terbagi menjadi positif dan negatif, dan orang ASIA cenderung memiliki rhesus positif.

Sayangnya, pemeriksaan golongan darah dan rhesus selama ini masih dilakukan secara manual. Yaitu dengan memakai kaca sampel dan meneterkan reagen atau cairan penguji secara manual. Sehingga tidak efektif jika dilakukan pada seseorang yang embutuhkan transfusi darurat.

Untuk itu, Lima mahasiswa semester 2 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya berinovasi dengan membuat alat pengecek golongan dan rhesus darah secara cepat. Mereka yaitu, Satria Manggala Liastra (18), Aisyah Fadhilah (20), Lina Nur Hidayaturrohmah (20), M Thoriq Satria Dinata (18) dan Angga Dimas (18).

“Alat ini kami namakan Goldarhes, dengan alat ini pengecekan darah akan lebih akurat. Jadi bisa meminimalkan kematian yang disebabkan oleh kelalaian PMI. Sebab data survey tahun 2016 ada sekitar 1,4 juta orang meninggal karena kelalaian dalam transfusi,” jelas Satria Manggala yang juga ketua tim kelompok tersebut, Kamis (27/4).

Ia menjelaskan, alat ini bisa memberikan hasil tes darah dengan hanya meletakkan sampel darah pada 4 wadah yang berada dalam kotak Goldarhes. Kotak Gldarhes yang berukuran sekitar 30 x 10 sentimeter ini terdiri dari 3 ruang. Wadah peletakan sampel darah ini berada pada ruang alat yang pertama untuk kemudian ditetesi reagen pengujinya.

“Reagennya ada anti A, anti B, anti AB dan Anti D. Untuk anti A,B danAB ini untuk menentukan golongan darah dilihat dari penggumpalannya. Kemudian untuk reagen D untuk penguji jenis rhesus darah,” terangnya.

Setelah itu, sampel akan bergeser ke ruang kedua sebagai procesing. Yaitu dilakukan pengadukan dan pembacaan intensitas cahaya dari penggumpalan dengan sensor. Untuk rhesus, pembacaan dilakukan dengan intensitas cahaya gumpalan, jika gumpalan semakin banyak maka intensitas cahaya semakin tinggi dan berarti golongan darah tersebut memiliki rhesus negatif. “Saat ini kami masih meggunakan pengadukan manual. Nanti akan kami modifikasi lagi agar bisa secara otomatis mengaduk,” tambah Aisyah.

Alat ini semakin menarik karena data bisa terbaca oleh LCD yang diletakkan pada ruang ketiga alat ini. LCD ini juga disinkronkan dengan aplikasi android sehingga bisa tersimpan sebagai riwayat pengecekan darah.

Aisyah menjelaskan, karyanya bersama teman-temannya ini berhasil menjuarai Produk Inovasi Mahasiswa yang dilombakan tingkat Universitas. Sehingga mereka mendapat kesempatan untuk mengurus hak paten karyanya. sehingga tidak hanya diakui tingkat Universitas tetapi bisa dikenal masyrakat ataupun diproduksi massal. “Alat ini dibuat dengan bentk yang kecil memang agar praktis di bawa saat keadaan darurat klinis atau dsimpan dirumah,” jelasnya.

Lina menambahkan, perjuangannya bersama teman-temannya tak mudah. dengan jadwal yang padat di semester awl. ia dan teman-temannya harus pandai-pandai membagi waktu untuk membuat alat tersebut. “Ini perpaduan teknik dan medis, jadi kami juga harus belajar lagi tentang teknik dan sistem aplikasinya,”pungkasnya.(end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry