Tampak suasana Seminar Internasional (Study Exchange) Mahasiswa Studi Agama-Agama FAI Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) dengan Mahasiswa USIM Malasyia, Rabu (12/4/2017). (FT/IST)

SURABAYA | duta.co –  Seminar Internasional (Study Exchange) Mahasiswa Studi Agama-Agama FAI Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) dengan Mahasiswa USIM Malaysia, Rabu (12/4/2017) berjalan menarik. Acara yang berlangsung di Aula UMS ini mengambil topik ‘Peta Gerakan Islam di Asia Tenggara’.

Hadir sebagai narasumber, Sholihul Huda, MFilI, Ketua Pusat Pengkajian Al Islam Ke Muhammadiyahan (PPAIK) UMS, Suherman dan Maruf (Mahasiswa Prodi SAA UMS), Moh Syafiq Ashraf  dan Moh Mahfoz Saufi (Mahasiswa USIM).

Dalam acara tersebut, Sholihul Huda membedah Peta Gerakan Islam, khususnya peta gerakan Muhammadiyah di era kontemporer. Disampaikan oleh kandidat Dokktor UIN Sunan Ampel Surabaya ini, bahwa sekarang ada fenomena pergeseran prilaku keagamaan yang terjadi di kalangan umat Islam khususnya di Muhammadiyah, terutama terkait fenomena ‘anti-Ahok’.

“Ya! Di kalangan Umat Islam terutama di Muhammadiyah telah mengalami polarisasi atau perubahan perilaku yaitu pro dan kontra yang awalnya lebih dari respon sosial politik bergeser sampai pada sikap dan perilaku keagamaaan, ini yang kita rasakan,” demikian disampaikan Sholihul Huda saat dikonfirmasi duta.co, Sabtu (15/4/2017).

Masih menurut Sholihul Huda, pergeseran sikap dan perilaku keagamaan di kalangan Muhammadiyah ini dapat diamati dari berbagai aspek. Dari aspek keagamaan, sekarang sebagian warga Muhammadiyah lebih patuh dan manut terhadap perintah atau himbuan ketua organisasi Islam seperti Habib Rizieq, Imam Besar FPI, dari pada himbuan  Pak Haedar Nashier (Ketua PP Muhammadiyah). Ini efek dari aksi-aksi atas nama bela Islam 212, 411 dan sebagainya dalam rangka penuntutan hukum bagi Ahok yang dianggap sebagai penista Agama.

“Kedua, muncul sikap beragama yang cenderung ‘mengeras’ dan reaktif terhadap perbedaan, muda melabelisasi kafir, munafiq bagi yang berbeda. Padahal itu jelas-jelas bukan karakter warga Muhammadiyah,” jelasnya.

Sholihul Huda. (FT/PWMU)

Selain itu, lanjut Sholihul Huda, dari aspek perilaku keagamaan terjadi fenomena aneh. “Ada tradisi seragamisasi putih-putih dalam pengajian. Ada juga tradisi aksi massa dalam menyikapi persoalan sosial kemasyarakatan. Ikut larut dalam politisasi jamaah salat subuh yang dikumpulkan di satu masjid. Sudah begitu, ada pekik takbir di setiap pertemuan. Ini semua barang baru di Muhammadiyah,” tegasnya.

“Tradisi-tradisi itu dahulunya tidak ada dan tidak dipraktekkan di Muhammadiyah, hanya baru-baru ini tradisi itu muncul dan mulai marak di Muhammadiyah, khususnya pasca fenomena Ahok. Padahal kita tahu tradisi dan perilaku keagamaan seperti itu sebelumnya banyak dilakukan oleh kelompok Islam transnasional seperti  HTI, FPI dan lain lain,” tambahnya.

Maka, lanjut Sholihul Huda, Muhammadiyah harus segara mengembalikan tradisi aslinya, diperlukan upaya menggalakkan kembali atau penguatan kembali ideologi asli Muhammadiyah. “Jadi, kami sekarang sedang melakukan itu,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry