FT/naharnet

GHOUTA | duta.co – Sedikirnya, sekitar 403 orang meninggal dunia dalam serangan udara yang diluncurkan militer Presiden Bashar al Assad di Ghouta Timur. Lembaga Observasi Hak Asasi Manusia Suriah mengatakan, angka tersebut diprediksi akan terus meningkat menyesul pengepungan yang masih berlangsung di kawasan tersebut.

Dilansir Aljazirah, Jumat (23/2) serangan yang dimulai pada lima hari lalu itu juga telah menewaskan 150 anak-anak dan melukai 2120 warga lainnya. Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura mendesak untuk dilakukan gencatan senjata dalam pertemuan dewan keamanan.

“Situasi kemanusiaan di Ghouta Timur sangat mengkhawatirkan, sebabnya kita memerlukan gencatan senjata agar bombardir yang terjadi di kawasan bisa dihentikan,” kata Staffan de Mistura.

Dia menekankan, gencatan senjata perlu dilakukan untuk memberikan akses masuk bagi bantuan kemanusiaan serta proses evakuasi warga yang terluka akibat serangan tersebut. Menurut Mistura peristiwa seperti yang terjadi di Aleppo tidak bisa terulang di Ghouta.

Sementara, warga di Ghouta timur, Suriah mengatakan, menunggu giliran untuk mati di tengah serangan bom. Mereka mengaku tidak memiliki tempat untuk pergi atau bersembunyi.

“Kita menunggu giliran kita untuk mati. Ini adalah satu-satunya yang bisa saya katakan,” kata Bilal Abu Salah (22).

Jenazah penduduk sipil Suriah, termasuk bayi, terbungkus kain kafan di lantai klinik darurat setelah pemboman pemerintah Suriah di Douma, di wilayah Ghouta Timur yang terkepung di pinggiran ibukota Damaskus pada 22 Februari 2018. (FT/AFP)

Dia mengatakan saat ini hampir semua orang tinggal di tempat penampungan. Dia melanjutkan, sekitar lima atau enam keluarga tinggal dalam satu rumah. “Tidak ada makanan, tidak ada pasar,” katanya.

Warga lainnya, Rafat al-Abram terpaksa melarikan diri bersama istri dan dua putrinya untuk menyelamatkan diri. Al-Abram merupakan seorang mekanik telah kehilangan pekerjaan menyusul hancurnya tempat dia bekerja akibat dua serangan udara.

Bersama anak dan istrinya dia melarikan diri sambil membawa beberapa peralatan mekanik. Dia mengaku berusaha memperbaiki mobil disepanjang perjalanan agar dapat digunakan.

“Terkadang saya juga memberbaiki ambulan yang digunakan secara terus menerus untuk membantu warga yang terluka,” katanya. (net)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry