NGLAMAK: Media Australia semakin nglamak (ngawur) setelah Indonesia bersikap tegas atas pelecehan lambang negara dengan menghentikan sementara kerjasama militer. Mereka dengan membabi buta menyerang Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. (ft/dok)
NGLAMAK: Media Australia semakin nglamak (ngawur) setelah Indonesia bersikap tegas atas pelecehan lambang negara dengan menghentikan sementara kerjasama militer. Mereka dengan membabi buta menyerang Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. (ft/dok)

JAKARTA | duta.co – Kesombongan Australia tak pernah luntur bahkan semakin ngawur. Meski sudah meminta maaf soal kasus penistaan lambang negara Pancasila, media-media Australia justru ‘mengompori’ dengan menyerang Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Tidak lama setelah TNI menghentikan sementara kerja sama dengan militer Australia, beberapa media Negeri Kangguru itu menuliskan beberapa pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang dianggap kontroversial. Mulai dari soal pengungsi China hingga diisukan ambisi menjadi RI 1.

Australia Broadcasting Corporation (ABC) misalnya, yang memuat artikel berjudul “Indonesia’s militay chief threatens Chinese refugess, will ‘watch them be eaten by sharks'” yang diterbitkan 6 Januari 2017.

Artikel yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia di laman australiaplus.com itu kemudian diberi judul “Panglima TNI Mengatakan Pengungsi China “Bisa Dimakan Hiu””. Artikel dibuat dari suatu footage stasiun TV berita swasta Indonesia. Dalam footage itu, Jenderal Gatot disebut seolah-olah  berbicara di suatu forum yang dihadiri oleh mahasiswa.

Salah satu pernyataan yang disorot adalah tentang pembunuhan terhadap pengungsi asal China di laut. Menurut keterangan yang didapat ABC, Jenderal Gatot pernah berbicara di depan mahasiswa mengenai kekhawatirannya akan kemungkinan adanya kekurangan pangan di China, yang akan menyebabkan jutaan warga China akan mengungsi ke kawasan Asia Tenggara.

Dalam berita itu disebutkan, Jenderal Gatot mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Malaysia memberitahu dia bahwa khawatir dengan kemungkinan tersebut, dan Menhan Malaysia tersebut mengatakan tidak akan bisa menghentikan gelombang pengungsi tersebut.

“Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak takut. Bila mereka datang ke sini, mereka akan datang lewat laut. Ketika mereka berada di tengah laut, saya akan memotong 10 sapi di tengah laut. Ini akan membuat hiu berdatangan. Setelah itu, saya akan menembaki kapal-kapal mereka, mungkin menggunakan senjata ringan, sehingga kapal mereka bocor dan mereka akan dimakan oleh hiu,” ujar Gatot sebagaimana diberitakan ABC itu.

Selain tudingan itu, ABC juga menyebut Jenderal Gatot Nurmantyo adalah jenderal yang kritis terhadap Australia yang sebelumnya mengeluarkan pernyataan bahwa Australia berusaha merekrut tentara Indonesia untuk menjadi sumber intelijen. Gatot jugalah yang memutuskan kerja sama militer dengan Australia saat ada prajurit di sana yang melapor mengenai materi pelajaran ‘ofensif’ mengenai Papua Barat yang dipasang di markas pasukan komando Australia SAS di Perth. Menurut berita ABC, Indonesia tampaknya melunakkan sikap mengenai penghentian kerjasama dengan mengatakan penghentian itu hanya untuk kursus bahasa.

Selain ABC, media Australia The Courier menuliskan kiprah Gatot dalam artikel “Why Indonesian general Gatot Nurmantyo halted military ties with Australia” edisi 5 Januari 2017. Dalam artikel itu, Gatot disebut sebagai “Indonesia’s hardline military chief Gatot Nurmantyo has little love for Australia”.

The Courier juga menyitir pernyataan Gatot pada Maret 2015 yang menyatakan bahwa usaha Timor Timur untuk memisahkan diri dari Indonesia adalah bagian perang proxy Australia untuk mengamankan ladang minyak di Celah Timor.

Media itu juga menyitir pernyataan sumber anonim dari Fairfax Media bahwa ambisi Gatot adalah menjadi presiden Indonesia. “Gatot punya ambisi menjadi presiden atau wakil presiden. Dan pada saat yang sama, banyak orang di militer tak senang dengannya. Ini adalah jalan yang baik baginya untuk memoles kepercayaan akan nasionalismenya,” jelas sumber itu.

Masih dari australiaplus.com, dikatakan, Australia berharap masalah (ketegangan) ini diselesaikan ‘secepat mungkin’. Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull hari Kamis malam mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa dia berharap masalah ini diselesaikan ‘secepat mungkin’.

“Saya menyambut baik pernyataan Presiden Joko Widodo hari Kamis berkenaan dengan hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia, dan keinginannya untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin berkenaan dengan elemen dalam kerjasama pertahanan.” katanya.

“Presiden dan saya berbagi keyakinan dan komitmen untuk terus membangun hubungan dekat antar kedua negara, berdasarkan kepentingan bersama dan rasa saling menghormati.”

“Kemitraan pertahanan kita penting bagi kedua negara, dengan kerjasama ekstensif di sejumlah besar wilayah.”

Evan Laksmana, pengamat politik dari CSIS di Jakarta mengatakan langkah berikutnya dari penyelidikan Australia mengenai masalah ini diharapkan ‘diselesaikan secepat mungkin.”

“Dan hasil penyelidikan itu kemudian didiskusikan dan dikomunikasikan dengan TNI.” katanya.

“Dalam pandangan saya, bila hasil penyelidikan itu final dan memuaskan kedua belah pihak, dengan janji bahwa di masa depan tidak akan terjadi lagi, saya kira pemulihan kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Australia akan bisa terjadi lagi.” katanya. Demikian, artikel yang diterjemahkan oleh Sastra Wijaya tersebut. (apc)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry