JAKARTA | duta.co – Semua gerai 7-Eleven atau Sevel ditutup akhir Juni 2017 ini. Kabar yang berkembang gara-garanya gerai ini terus merugi. Tapi ada juga yang menyebut karena aturan baru yang melarang berjualan minuman keras alias miras.

Namun saat dikonfirmasi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto membantah karena aturan soal miras. Menurut Airlangga, gerai tersebut tutup karena rugi, bukan disebabkan larangan penjualan minuman beralkohol di minimarket.

“Sevel kan perusahaan swasta. Sebetulnya informasi yang kami dapat a7 dalah terkait dengan persoalan internal. Pasar memang ada penurunan. Tapi mungkin proyeksinya terlalu agresif pada waktu itu,” kata Airlangga di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, Senin, 26 Juni 2017.

Airlangga menuturkan Sevel sudah beberapa kali mencoba memasuki pasar Indonesia. Pertama kali, kata dia, menemui hambatan. “Ini yang kedua kalinya dan sangat agresif. Tentu keagresifannya itu baliknya ke laba and ruginya serta itu urusan perusahaan swasta,” ujarnya.

Di tempat terpisah Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan gerai 7-Eleven atau Sevel tutup akibat bisnis model mereka tak sesuai dengan kondisi Indonesia. Ia melihat margin yang tipis dan volume penjualan yang rendah membuat Sevel tutup.

“Orang beli satu Coca Cola, tapi nongkrongnya dua sampai tiga jam. Jadi tidak sesuai model bisnisnya,” kata Rosan Roeslani dalam percakapan dengan Tempo yang menemuinya saat open house di rumah dinas Menteri Perindustrian, Kompleks Widya Chandra, Jakarta kemarin.

Penutupan gerai 7-Eleven menjadi perbincangan banyak orang. Padahal, gerai yang hadir 24 jam ini selalu penuh dengan anak muda.

Rosan menuturkan pihak 7-eleven menyewa tempat yang ruangnya luas karena memang diperuntukkan untuk tempat nongkrong meski marginnya tipis. “Ini berbeda dengan Alfamart dan Indomaret.”

Alfamart tak memiliki ruang yang luas, namun menurut Rosan, volume penjualannya tinggi dan lebih baik dari Sevel. “Di Indomaret orang masuk, beli, keluar, dan begitu terus sehingga volumenya banyak.”

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S Lukman mengatakan tutupnya gerai Sevel berimbas ke sektornya. Alasannya, Sevel memiliki banyak cabang. “Outlet penjualan berkurang, kira-kira begitu,” ucap Adhi saat ditemui di tempat yang sama.

Adhi menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan Sevel seperti sekarang ini. Faktor salah strategi pada target pasar hanya salah satunya. Ada juga dampak regulasi dari dilarangnya penjualan minuman beralkohol di ritel. “Saya harap jangan merambat ke ritel lain”. (tmp)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry