Ilustrasi Cyberdakwah.com

JAKARTA | duta.co – Upaya ‘mengubur’ konsep ‘Islam Nusantara’ tak kalah serius. Ketua Koordinasi Sahabat Dakwah Indonesia (SDI) Bukhori Wahid menilai, wacana Islam Nusantara tidak tepat untuk dibahas lagi. Menurutnya, wacana Islam Nusantara masih mentah dan sulit untuk diaplikasikan.

“Kami justru ingin membawa nuansa baru yang lebih modern, maju, dan progresif. Wacana Islam nusantara masih mentah sebetulnya, kan?” ungkap Bukhori Wahid dalam Konferensi Pers Safari Dakwah Syaikh Yusuf Estes di Crown Plaza Hotel, Jakarta, Minggu (18/3).

Pimpinan SDI ini juga mengimbau agar masyarakat Indonesia dapat lebih terbuka terhadap konsep Islam dan tidak mengkotak-kotakkan. Belum jelas, seperti apa konsep Islam nuansa baru ini. Yang jelas, Bukhori menekankan pada era globalisasi.

“Dunia sudah terbuka, hari ini semua informasi dan globalisasi sudah luar biasa. Kalau kita hanya sibuk sama urusan dalam negeri kita ya sulit bagi kita untuk maju,” demikian Bukhori.

Sementara, Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin pernah memaparkan, bahwa, Islam Nusantara atau Ahlussunah wal Jamaah An-Nadliyah adalah cara berpikir, gerakan, muamalah, dan amaliyahnya.

Menurut dia, berdasarkan cara berpikir, Islam Nusantara tidak tekstualis, tidak liberalis, dan tidak radikalis. Ia mengambil contoh yang radikalis itu tidak proporsional. Contohnya istilah jihad. Jihad bagi mereka dimaknai perang, padahal dalam kata jihad, mengandung makna islah (perbaikan).

“Mereka itu memperhatikan ayat-ayat keras. Ayat damai itu tidak. Mereka tidak proporsional kapan menggunakan ayat lunak dan kapan menggunakan ayat keras,” ungkapnya.

Cara berpikir mereka (Islam radikalis, red.) adalah ketika tidak ada nashnya, maka disebut bukan Islam. Kemudian dianggap bid’ah. Bid’ahnya dlolalah. Karena bid’ahnya dlolalah tempatnya di neraka.

Kiai Ma’ruf memberikan contoh halal bihalal. Ini termasuk barang baru. Tidak ada nashnya dan tak ada di Arab. Tapi dilakukan muslim Indonesia. “Inilah Islam Nusantara,” katanya di hadapan peserta diskusi yang rata-rata anak muda NU tersebut.

Jadi, kata dia, cara berpikir Islam Nusntara adalah ketika sesuatu tidak menyimpang dari nash, bersifat baik dan maslahat, maka, boleh digunakan.  “Landasan ukurannya ada larangan tidak dalam nash? Ini cara berpikir NU.”

Dengan cara berpikir seperti itu, maka tumbuhlah kreativitas, ide dan gagasan. Serta memberi peluang terhadap pemikiran budaya untuk tumbuh, baik budaya lokal maupun global. “Syekh Nawawi Al-Bantani mengomentari haul sebagai tradisi orang Jawa itu nggak apa-apa. Tidak ditolak,” ungkapnya.

Tapi ia menyebut juga, bahwa Islam Nusantara juga tidak liberal. Islam Nusantara harus berada pada cara berpikir Aqidah Asy’ariya, berdasarkan Qanun Asasi pendiri-pendiri NU. “Ada tashwirul afkar. Perlu juga ada taswiyatul afkar (pemurnian pemikiran). Ini tugasnya Syuriyah,” lanjutnya.

Jadui, Islam Nusantara tidak radikal, tidak liberal, tapi dinamnis (tidak jumud).  Dari sisi harakahnya (gerakan), Islam Nusantara adalah gerakan perbaikan. Ini harus dijadikan dasar gerakan. Karena harakatul ulama (gerakan ulama) adalah memperbaiki umat. Gerakan NU adalah agama dan kemasyarakatan, ekonomi, politik, budaya, bukan hanya masalah keagamaan.

“Kita harus melahirkan konsep politik, budaya, kemasyarakatan dari fikrah nahdliyah itu. Ekonominya. Cara bergeraknya soft (lembut). Tidak keras, tidak kasar, kesukarelaan, tidak main paksa. Tidak ego dan fanatik,” jelasnya.

Sementara ketiga dari sisi muamalahnya. Ini adalah mengatur pergaulan sesama NU, sesama Islam, sesama warga negara dan sesama umat manusia. Dalam pergaulan tersebut, Islam Nusantara saling mengasihi dan menyayangi walaupun dengan orang berbeda agama.

Keempat, dari sisi amaliyahnya. Islam Nusantara mengamalkan shalawat, istighotsah, maulidan, tahlilan, slametan, memperingati maulid Nabi, memperingati Isra Mi’raj dan lain-lain.

“Islam Nusantara huwa (adalah, red.) Islam Ahlussunah wal Jamaah. Diganti cashingnya supaya menarik. Dan ternyata menarik. Ganti cashing saja ribut,” kata cicit Syekh Nawawi Al-Bantani ini disambut tawa hadirin. (rmol,nuo)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry