Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

SURABAYA – Maraknya berita tentang adanya dugaan praktik jual beli makam fiktif di Kota Pahlawan membuat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beraksi. Orang nomor satu di jajaran Pemkot Surabaya tersebut berjanji akan menelusuri kabar tersebut, termasuk juga mengevaluasi jajarannya di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).

“Dulu memang pernah ada. Tetapi sudah kami copot. Jadi rasanya, tidak mungkin mereka berani seperti itu. Tetapi, saya akan tetap cek kabar itu,” kata Risma saat ditemui wartawan di rumah dinasnya, Jumat (3/2).

Menurut dia, bila yang disampaikan anggota Komisi D DPRD tentang makam fiktif tersebut adalah Asem Jajar dan Asem Rowo, maka hal itu salah. Hal ini dikarenakan di dua tempat tersebut, Pemkot Surabaya memang sengaja mengkapling dengan memasang beton melingkar.

Namun, lanjut dia, hal itu bukan karena ada praktik jual-beli seperti disampaikan anggota DPRD Surabaya. Risma menjelaskan, kapling beton itu dibangun agar lahan makam tersebut tidak dibangun hunian liar oleh warga.

Sebab, lanjut dia, sebelumnya ada warga dari luar Surabaya yang sengaja menetap di kawasan makam tersebut dan mendirikan rumah liar.

“Seingat saya ada dua lokasi. Masing-masing di Asemrowo dan Asem Jajar. Dulu, bekas rumah petugas makam. Tetapi setelah tidak dipakai, ternyata dimanfaatkan orang lain sebagai hunian. Sehingga kami bongkar dan pasang kapling. Tujuannya agar tidak dipakai lagi,” katanya.

Makam dengan kapling tersebut, lanjut Risma juga terjadi di beberapa lokasi, di antaranya adalah makam Ngagel, Tembok, dan Rangkah. Problemnya sama, kapling dibangun untuk mencegah penghuni liar menempati kawasan itu lagi.

Sebab, lanjut dia, di beberapa makam tersebut, banyak warga yang nekat tinggal dan mendirikan hunian. Mereka inilah yang ditertibkan oleh Pemkot Surabaya dan dipindahkan ke rumah susun sewa (Rusunawa).

“Sampai hari ini warga yang kami tertibkan dari kawasan makam di Surabaya ada 30 kepala keluarga (KK), Sebagian besar kami pindahkan ke rusun,” katanya.

Wakil Ketua Komisi D Bidang Kesra DPRD Surabaya Junaidi sebelumnya menduga ada praktik jual-beli makam di Surabaya. Dugaan tersebut disampaikan menyusul adanya laporan warga.

“Saya terima laporan warga, bahwa ada petugas jaga makam yang menjual. Ada yang sudah dikapling, bahkan sudah dipasang kijing (batu penutup makam yang menyatu dengan batu nisan, terbuat dari pualam, tegel atau semen),” katanya. tar/azi

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry