SWISS | duta.co – Lebih dari 1.170 warga tewas diserang wabah kolera di Yaman. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (20/6/2017), jumlah kasus yang dicurigai kolera mencapai 2.000 per hari di negara yang tengah dilanda perang Yaman itu.

Juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan, kehancuran akibat konflik di Yaman membuat wabah kolera semakin sulit untuk ditangani.

“Jumlah kasus yang dicurigai kolera meningkat,” kata Jasarevic kepada para reporter di Jenewa, Swiss, Selasa (20/6/2017).

“Kami berhadapan dengan hampir 2.000 kasus per hari,” imbuh Jasarevic, artinya Yaman saat ini menghadapi wabah kolera terbesar di dunia.

Masih menurut Jasarevic, sejak WHO mulai mengumpulkan data tentang kolera pada 27 April, mereka telah mencatat lebih dari 170.000 kasus yang dicurigai kolera di 20 dari 21 provinsi di Yaman.

WHO memperingatkan bahwa seperempat dari satu juta orang bisa jatuh sakit karena kolera pada akhir tahun ini di Yaman.

“Sekarang dua pertiga penduduk sudah berada di ambang kelaparan di sana,” ujarnya.

Diketahui, wabah kolera adalah infeksi bakteri dengan tingkat penularan tinggi yang menyebar melalui air atau makanan terkontaminasi. Penyakit ini bisa ditangani dengan mudah, namun sulit dilakukan di Yaman yang sedang tercabik konflik.

Dua tahun perang menghancurkan antara pasukan pemerintah yang didukung koalisi militer Arab pimpinan Arab Saudi dan pemberontak Houthi telah menewaskan 8.000 orang lebih dan melukai 45.000 lainnya.

Perang itu juga menghancurkan infrastruktur negara itu, menyebabkan lebih dari separuh fasilitas medis di negara itu tidak bisa lagi berfungsi.

“Sulit dalam situasi di mana satu negara yang sistem kesehatannya sudah runtuh,” kata Jasarevic tentang upaya penanganan wabah kolera.

Jasarevic mengatakan, WHO dan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lainnya serta organisasi-organisasi bantuan sudah berusaha meningkatkan respons mereka.

WHO sejauh ini sudah menyediakan lebih dari 220.000 kantung cairan intravena, membangun 144 pusat penanganan diare dan 206 pojok terapi rehidrasi, serta menyediakan hampir 2.000 tempat tidur untuk perawatan pasien kolera.

“Para pekerja kesehatan Yaman tidak menerima gaji selama berbulan-bulan. Karena itu WHO dan UNICEF mulai memberikan insentif kepada sejumlah dokter dan perawat untuk menghalangi mereka meminta bayaran dari pasien-pasien yang tidak mampu membayarnya,” demikian menurut warta kantor berita AFP. (ant)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry