Ilustrasi (ft/eksploria)

SURABAYA | duta.co – Sedikitnya sepuluh kiai dan ustadz Kota Depok, Selasa (3/4/2018) menggelar bahtsul masail (membahas dengan cermat) isi puisi Sukmawati Soekarnoputri yang bertajuk ‘Ibu Indonesia’. Bahtsul masail yang berlangsung di pesantren Ma’had At-Tibyan Pancoran Mas Kota Depok ini, dipimpin langsung Katib Syuriah PCNU Kota Depok, KH Dr M Yusuf Hidayat, Lc, MA, notabene pengasuh pesantren tersebut.

Dalam pengantarnya, bahtsul masail digelar semata-mata untuk menyikapi dengan benar, dan tidak ada unsur politis sama sekali. Karena yang tidak ada hubungannya dengan agama, tidak perlu dikaji. Apa yang dilakukan Kiai Yusuf Hidayat ini, menunjukkan kepedulian kepada permasalahan umat Islam (al ihtimam biumuuril muslimin) tanpa menghiraukan caci maki dari orang-orang yang picik pemikirannya dan berstandar ganda (satu sisi berslogan ingin menjauhkan agama dari politik, di sisi lain malah berpolitik total) .

Hasil bahtsul masail itu, para ustadz muda menilai, bahwa, Sukmawati telah menunjukkan kebodohan yang sangat bodoh dengan tidak mau belajar dari kebodohannya dan justru membanggakan kebodohan. Setelah mencermati dengan seksama, para ustadz Depok menilai Sukmawati memiliki faham nasionalisme sekuler yang berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara. Sukmawati meminggirkan peran ajaran agama dalam kehidupan. Suatu sikap yang sangat berbeda sekali dengan ayahnya, Presiden RI Soekarno. Berikut ini hasil lengkap bahtsul masail di atas:

HASIL BAHTSUL MASAIL ASATIDZ MUDA KOTA DEPOK BERSAMA MUALLIM YUSUF, KATIB SYURIAH PCNU KOTA DEPOK

Deskripsi masalah:
Baru-baru ini, bangsa kembali gaduh dengan puisi Sukmawati Soekarnoputri. Bagaimanakah Muallim Yusuf dan para asatidz depok menyikapi hal ini ???

Jawaban :
1. Puisi Sukmawati Soekarnoputri memproklamirkan kebodohannya dan sikap tidak mau menghilangkan kebodohannya.

2. Nasionalisme Sukmawati adalah nasionalisme yang keliru yaitu nasionalisme sekuler yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan ideologi Pancasila .

3. Puisi Sukmawati menyatakan bahwa Indonesia bisa damai tanpa syariah Islam adalah keliru.

Rujukan :
1. Al Quran QS Al Baqoroh : 204
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras”.

2. Kitab al Waafi fii Syarah al Arbain Annawawiyah halaman 33:
“Perkara baru yang menyalahi Alquran, sunnah, ijma’ atau atsar adalah bid’ah yang keliru. Perkara baru yang baik dan tidak menyalahi hal-hal di atas maka termasuk bid’ah yang terpuji”.

3. Sullamut Taufiq, halaman 5-6 :
“Banyak di zaman sekarang orang yang menggampangkan dalam ucapannya. Seperti ucapan-ucapan yang dapat menyebabkannya keluar dari Islam. Mereka tidak melihat hal itu sebagai dosa apalagi kafir. Murtad itu terbagi tiga: keyakinan, ucapan dan perbuatan”

Ma’had At-Tibyan Depok Jawa Barat, 3 April 2018 / 16 Rajab 1438 H

Musyawirin :
1. KH. Dr. M. Yusuf Hidayat, Lc, MA (Raisul Musyawaroh)
2. Ust. Ahmad Hafidz Kamil, S.Pd
3. Ust. H. Minnaturrahman, S.Pd
4. Ust Asep Kamaludin, S.Ag
5. Ust. Djulham Muslihun, S.S.I
6. Ust. Darul Qutni, S.S.I
7. Ust. M. Labib, S.Pd
8. Ust. Lukman Margianto
9. Ust. Iqbal
10. Ust. Shobari. (sumber http://prnupanmas.blogspot.co.id/2018/04/hasil-bahtsul-masail-asatidz-nahdliyyin.html?m=1)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry