PONOROGO | duta.co-Program Keluarga berencanan ( KB) di Jawa Timur diklaim Gubernur Jatim, Soekarwo mencapai keberhasilan tinggi. Ini ditandai jumlah laju pertumbuhan penduduk yang hanya 0,610 persen perrtahn. Atau lebih rendah dibanding angka nasional yang mencapai 1,59 %.
Dan kecilnya jumlah penduduk di Jatim ini salah satunya adalah keberhasilan Ponorogo dalam menggerakkan program KB. Hal itu disampaikan oleh Gubernur Jatim Soekarwo pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas ) ke- 24 tahun 2017 BKKBN Provinsi Jawa Timur di Alun- Alun Ponorogo, kemarin, Kamis (27/7).
Dalam kesempatan itu Soekarwo yang didampingi Ketua TIM Penggrekak PKK Propinsi Jatim, Nina Soekarwo mengatakan jumlah penduduk Jawa Timur saat ini mencapai 39 juta lebih.
“Dari jumlah ini Ponorogo menyumbangkan angka paling kecil (sekitar 800 ribu jiwa). Dengan angka pertumbuhan yang sangat kecil di Jatim dengan laju pertumbuhan 0,610 persen, dibanding angka nasional sebesar 1,59%. Artinnya semakin kecil keluarga semakin bagus, kesejahteraan juga meningkat,” ujar Soekarwo dihadapan 38 kepala daerah se Propinsi Jatim, kemarin.
Soekarwo juga menjelaskan pada tahun 2004 lalu Jatim mendapat predikat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Namun setelah 13 tahun hal itu berbanding terbalik, menjadi Propinsi dengan jumlah penduduk sedikit. Namun Soekarwo tidak bersedia membeber Kanupaten atau kota mana saja yang masih memiliki jumlah penduduk yang besar di Jatim.
“ Dalam empat tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk tidak sampai 1 juta. Sebab ibu pasangan usia subur sudah bisa mengatur program keluarga berencana. Dengan keberhasil KB di Jawa Timur ini, maka ada proses kapitalisasi sehingga uangnya bisa di putar untuk usaha dan mensejahterakan mereka,” imbuhnya.
Sementara Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni mengatakan dengan jumlah penduduk kecil karena keberhasilan program KB, maka Ponorogo dapat menghemat pangan khususnya beras. Setiap tahun kabupaten Ponorogo bisa menghemat 450 ribu ton beras untuk di ekspor ke daera lain di luar Pulau Jawa.
“Program KB di Kabupaten Ponorogo cukup berhasil. Hal ini bisa terlihat dari surplus produksi beras Ponorogo. Produksi beras Ponorogo per tahunnya mencapai angka 580 ribu ton , sementara yang dikonsumsi hanya sekitar 160 ribu ton. Jadi ada sisa produksi 450 ribu ton, yang diekspor keluar daerah. Jika program KB Ponorogo tidak berhasil, maka sisa produksi 450 ribu toh hanya akan konsumsi oleh orang Ponorogo,” kata Ipong dalam sambutannya kemarin.
Peringatan Harganas yang berlangsung selama 2hari 26 dan 27 Juli di Ponorogo, juga diwarnai dengan pameran industri kecil UMKM dari 38 kabupaten/kota se Jatim dengan memamerkan prudok unggulan masing-masing daerah. (sna)