SIDANG TANWIR: Sebelum dilakukan sidang tanwir Muhammadiyah menyelenggarakan seminar pra tanwir di Umsida yang dihadiri Prof Din Syamsuddin. (duta.co/AHMAD YANI)

SIDOARJO|duta.co – Kedaulatan yang telah diperjuangkan saat ini boleh dikata diambang ‘kehancuran’. Rasa  Keadilan sosial  yang menjadi salah satu cita-cita pendiri bangsa bagaikan api jauh dari panggang.

Demikian antara lain dikemukakan  mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah  yang juga  Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Din Syamsuddin. Dalam acara Seminar Pra Tanwir Muhammadiyah 2017 dengan tema “Kedaulatan dan Keadilan Sosia untuk Indonesia Berkemajuan” di Aula KH Ahmad Dahlan Umsida Sidoarjo. Tanwir itu sendiri akan dilaksanakan pekan depan di Ambon.

Din Syamsudin mengibaratkan api jauh dari panggang, masih terjadi kesenjangan antara warga Indonesia dengan warga asing dan non pribumi. Beberapa indikator kesenjangan tersebut,  diantaranya dalam bidang ekonomi. Dimana,  kepemilikan aset nasional, bukan karena hasil pembelian, namun karena pemberian negara.

“Golongan minoritas, menguasai 48 persen aset nasional,” papar

Tentang penguasaan aset nasional, lanjutnya , bukan  menjadi rahasia umum bahwa penguasaan lahan, yang mana 178 juta lahan di kuasai Aseng dan Asing, dan 148 juta lahan tersebut, berada di daratan,” jelasnya.

Karenanya, ia akan mengusulkan pada pengurus PP Muhammadiyah untuk membahas problem bangsa tersebut,  pada agenda Tanwir Muhammadiyah yang akan di selenggarakan di Ambon pekan depan.

“Jadi, keterpurukan ini sudah sangat jelas, realitas terbalik ini yang kemudian menjadikan tidak tegaknya Kedaulatan dan Keadilan sosial sehingga Indonesia Berkemajuan tidak bisa terwujud, dasar itulah menjadi alasan kenapa Muhammadiyah  terus menyuarakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar karena Muhammadiyah tidak bertujuan mencari populisme keagamaan melainkan Praksisme Keagamaan,” pungkasnya. (yan)

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry