Inilah ‘penampakan’ pengajian ‘Islam Itu Indah’ Trans TV yang sering bikin ‘merinding’. (FT/YOUTUBE)

SURABAYA | duta.co – Anda menyaksikan ceramah Ustadz Syamsuddin Nur di program ‘Islam itu indah’ yang tayang di Trans TV? Isinya justru tidak begitu indah. Rekaman ceramah yang diunggah di youtube dengan durasi 56 detik  dan ditonton hampir 4 ribu kali (sampai Rabu 19/7/2017) ini menjelaskan bahwa pesta seks di surga adalah kenikmatan terbesar yang diberikan Allah swt.

“Salah satu nikmat yang ada dalam surga adalah pesta seks. Minta maaf karena inilah yang kita tahan-tahan di dunia. Dan kenikmatan terbesar yang diberikan Allah swt di surga adalah pesta seks….,” demikian Syamsuddin Nur, Sabtu (15/7/2017).

Karuan masyarakat menjadi heran, dan banyak yang menilai justru tidak mencerminkan indahnya Islam karena menerangkan ayat Alquran secara tekstual, tidak kontekstual. Dalam penjelasannya, ia hanya menyebut ada pesta seks di surga.

Akhirnya kata yang terdengar sangat negatif dan tabu di telinga umat Islam, apalagi itu disampaikan di depan jamaah perempuan. Ia pun menuai banyak kecaman masyarakat. Tak lama setelah itu,  Ustadz Syamsuddin Nur pun minta maaf.

Lalu bagaimana mendudukkan ayat yang menyebut bidadari-bidadari cantik di surga? Benarkah pesta seks itu kenikmatan terbesar yang Allah swt berikan? Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-New Zealand, Nadirsyah Hosen memberikan penjelasan secara gamblang.

Dosen senior di Monash Law School Australia yang menggeluti bidang Hukum Islam (Syariah) dan Hukum Umum ini menuliskan tanggapan panjang lewat tweet di akun twitter pribadinya, @na_dirs, Selasa (18/7).

Menurutnya, Alquran tidak boleh dipahami secara tekstual dan harfiah, melainkan harus dipahami konteks sosial ketika ayat tersebut diturunkan.

“Memahami ayat hanya dari terjemahan harfiah akan membawa kita pada pemahaman zahir akan kenikmatan surga yang dikisahkan dalam Nash,” ujar Nadirsyah Hosen dalam salah satu cuitannya.

Berikut 22 cuitan lengkap Gus Nadir (Nadirsyah Hosen):

Surga yang diributkan. Gara2 ceramah @itss_syam (Syamsuddin Nur) yg mengatakan kenikmatan terbesar di surga nanti adalah pesta seks, banyak yg heboh.

Mungkin @itss_syam lupa bhw kenikmatan terbesar di surga kelak adalah saat kita memandang wajahNya. Bukan soal bidadari dan seks.

Tapi beliau @itss_syam sudah minta maaf. Ya mari kita maafkan. Selalu ada pelajaran dibalik peristiwa. Smg kedepannya lebih hati2 lagi.

Tapi bukankah di ayat dan hadits itu ada soal seks dan bidadari di surga? Bgm memahaminya? Di sinilah perlunya memahami konteks sosial.

Memahami ayat hanya dari terjemahan harfiah akan membawa kita pada pemahaman zahir akan kenikmatan surga yg dikisahkan dalam Nash.

Saya ingin beri contoh 3 kenikmatan surga: bidadari, sungai dan kebun, serta khamr. Ketiganya jangan dipahami secara zahir semata.

Iming2 kenikmatan ketiganya adalah strategi dakwah Islam sesuai konteks sosio-historis masyarakat Arab jahiliyah saat itu.

Sebelum Islam datang, orang Arab istrinya gak terbatas. Islam dtg bawa aturan maksimal 4. Rugi dong kalau masuk Islam? Begitu tanya mrk.

Maka Islam tawarkan kalau kalian buat baik di dunia akan ada bidadari cantik menunggu di surga. Ini kompensasi sesuai konteks saat itu.

Bidadarinya jumlahnya berapa? Banyak, kata Islam. Cantik gak? Cantik, santun, montok, bergelang emas, selalu perawan, jawab Qur’an.

Jadi ini jawaban Qur’an pada konteks masyarakat yang masih jahiliyah, gila wanita dan merasa rugi kalau masuk Islam. Ini konteksnya.

Gak cuma itu, Qur’an kasih iming2 lain soal surga. Dulu itu org kaya adalah mrk yg punya kebun kurma banyak. Di surga gimana nanti? Ada!

Akan ada kebun yg indah, dimana akan mengalir air di bawahnya. Jgn lupa arab itu tandus dan gersang, maka surga yg diprojeksikan spt itu.

Kalau utk masyarakat Jawa yg subur, banyak kebun dan sungai tentu projeksi surga spt itu gak akan menarik lha wong udah ada hehehe.

Itu sebabnya memahami penggambaran surga jgn zahir saja. Rugi nanti kalau surga isinya cuma kebun doang. Pahami ayat secara sosiologis.

Orang arab tukang minum khamr. Eh diharamkan. Rugi dong masuk Islam. Maka Islam harus memberi jawaban kompensasi kelak di surga.

Maka dalam sebuah riwayat dikatakan di surga nanti ada sungai isinya khamr. Kamu minum sambil menyelam gak bakal mabuk. Puas deh.

Begitulah cara Islam berdakwah dg memprojeksikan ukuran kesenangan dan kebahagiaan masyarakat Arab pada saat itu.

Anak sekarang nanyanya:  di surga ada wifi gak? Boleh jadi kalau Qur’an masih turun skr jawabannya: “ada wifi dg kecepatan tak terbatas”.

Padahal sejatinya surga itu adalah yg tak terbayangkan oleh kata dan mata serta rasa. Beyond our imagination.

Pelajaran yg kita ambil dari kasus “surga yg diributkan” ini adalah: pahami ayat sesuai konteksnya dan pahami manhaj dakwah Qur’an.

Demikian penjelasan singkat saya. Waallahu a’lam bisshawab. (*)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry