SURABAYA | duta.co – Debat kandidat Pilgub Jatim 2018 yang digelar KompasTV, Kamis (15/2018)  pukul 19.30 wib, bertajuk ‘Rosi dan Kandidat Pemimpin Jawa Timur’ benar-benar hidup. Tak jarang, Rosianna Silalahi pemilik nama lengkap Rosianna Magdalena Silalahi, dibuat tertegun dengan jawaban-jawaban cermat, singkat, padat para kandidat.

“Saya merasa sangat bangga dan bahagia sekali, karena hari ini Anda menjumpai kembali Rosi edisi spesial kandidat pemimpin Jawa Timur. Dan malam ini, saya juga bangga karena bisa mempertemukan dua kandidat calon pemimpin Jawa Timur dalam satu panggung,” demikian Rosi mengawali acara yang ditonton jutaan warga Jatim ini.

Debat kandidat KompasTv ini, memang mendahulu ‘hajat’ KPU Jatim. Kasil kesepakatan rakor KPU Jatim, debat publik pertama digelar Selasa 10 April 2018 dan akan disiarkan Inews TV dan Trans Media (CNN, Trans TV dan Trans7).  Debat publik kedua dilaksanakan Selasa 8 Mei 2018 disiarkan stasiun Kompas TV dan Metro TV. Debat terakhir (ketiga) dilaksanakan Sabtu 23 Juni 2018 atau menjelang akhir masa kampanye, disiarkan TV One, JTV, BBS TV, TVRI dan TV9 (relay).

Dalam debat semalam, KompasTv menyuguhkan prolog menarik. Pilgub Jatim kali ini disebut sebagai pertarungan klasik, seteru lama. Keduanya pernah bertemu pada Pilgub 2008 dan 2013. Bedanya, saat itu Gus Ipul mendampingi Pakde Karwo. Khofifah sendiri, tahun 2014 diangkat Presiden Jokowi sebagai Menteri Sosial. Dan di Pilkada 2018, mereka kembali berhadapan.

KompasTv juga mengulas, bahwa, Gus Ipul awalnya bergandengan dengan Azwar Anas, namun sepekan sebelum pendaftaran, Anas diterpa isu yang membuat dia mengundurkan diri. PDI-P kemudian menggantikan Puti Guntur Soekarno. Sementara Khofifah lebih memilih pasangan Emil Dardak, pemimpin muda yang diharapkan mampu meraih pemilih pemula yang jumlahnya 43% atau 32 juta pemilih potensial.

Berikutnya, pertanyaan Rosi mulai ‘nakal’. Kepada Gus Ipul Rosi bertanya tentang perubahan dirinya yang kelihatan lebih jaim (jaga-image). Banyak orang bilang, Gus Ipul sudah banyak berubah, berubahnya lebih jaim, tidak lagi banyak guyon seperti dulu.

Sekarang terlalu serius, jaga imeg. Rosi bertanya: Mengapa Pilkada kali ini kelihatan serius banget, apa memang stres? “Kami punya dinamikan tersendiri. Yang akhirnya saya bersama mbak Puti. Ini pun di luar dugaan kami. Kami bersyukur bisa memenuhi harapan (pemimpin perempuan red.) sebagaimana disampaikan mBak Khofifah,” jawab Gus Ipul.

“Kalau soal serius? Perasaaan orang saja. Dulu saya dibilang suka guyon, sekarang saya serius, tim saya bilang; kenapa terlalu serius. Kita harus tahu kapan serius, kapan guyon,” tambah Gus Ipul.

Kepada Puti, pertanyaan Rosi tak kalah ‘nakal’. Puti disebut datang last minute (detik-detik terakhir). Disebut juga sebagai pemain cadangan yang tidak duduk di bangku cadangan.

Sementara kepada Khofifah, Rosi bertanya soal ‘pertempurannya’ kembali dengan Gus Ipul. Kalau Gus Ipul merasakan Pilgub kali ini luar biasa, bagaimana dengan Mbak Khofifah?

“Ini sirkuitnya berbeda. Kalau dulu saya calon gubernur, Gus Ipul calon wakil gubernur, tetapi sekarang sirkuitnya sama-sama calon gubernur. Bedanya sekarang saya bawa adik saya (sambil melihat Emil red), calon milenial, Emil Dardak,” jelasnya disambut tepuk tangan penonton.

Usai debat, banyak tim sukses mengirim skor kemenangan. Tim sukses Khofifah-Emil misalnya, memberi skor 7:2 untuk Khofifah. Begitu sebaliknya, tim sukses Gus Ipul-Puti memenangkan pasangannya. Yang jelas, dalam hitungan menit, #khofifahemilnomor1 menempati urutan kelima secara nasional.

Ada beberapa catatan penting. Khofifah misalnya, tampil prima sebagaimana biasanya. Jebolan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini, sangat hafal bicara data dan angka. Apalagi peta kemiskinan di Jawa Timur. Ini membuat Gus Ipul ‘tak sabar’ untuk turun kursi mengikutinya.

Sementara, Gus Ipul yang selama ini tampil cair, terkesan ‘terjebak’ untuk selalu memuji Presiden Jokowi. Kesan itu terlihat ketika Gus Ipul dan Khofifah berdebat soal PKH (Program Keluarga Harapan) yang dinilai (Gus Ipul) kurang siginifikan mengentas kemiskinan. Ketika Rosi menyuguhkan pertanyaan yang sama, soal kemiskinan, kepada Puti, jawaban keponakan Megawati ini juga kurang greget, lebih banyak berputar-putar pada definisi keluarga.

Hebatnya, ketika Rosi memancing sebuah pertanyaan dari Aditya, mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Aditya minta dijelaskan bagaimana calon pemimpin Jatim mengantisipasi dampak digitalisasi yang bisa menggerus tenaga kerja manusia. Bisa dipastikan, tenaga kerja manusia ke depan akan diganti dengan mesin digital.

Menjawab pertanyaan ini, Gus Ipul memilih sosialisai teknologi di semua lapisan masyarakat. Baik generasi milenial maupun generasi tua harus mengerti tentang teknologi ini.

Sementara, Emil Dardak yang mewakili Khofifah menyebutkan bahwa, diperlukan industri masa depan. Jangan sampai generasi kita hanya menjadi penjual, maka, dibutuhkan industri masa depan, dibutuhkan budaya manufaktur.

Rosi juga menohok dengan pertanyaan ‘nakal’ kepada Emil. Misalnya, posisi Emil yang sekarang sebagai bupati, dianggapnya belum mampu menjadi wakil gubernur. Bupati, menurut Rosi hanya sekelas kepala dinas.

Bukan Emil kalau tidak bisa membalik pertanyaan, dia justru menyebutkan banyak gubernur hebat justru dari bupati atau walikota. Emil lalu mengupas inovasi Trenggalek yang belum dilakukan oleh Jawa Timur. Emil juga mengungkapkan hasil diskusinya dengan Gubernur Soekarwo tentang Jatim Nomic yang akan membuat pengangguran berkurang karena akan tercipta pekerjaan.

Keberadaan UMKM misalnya, kata Emil, secara otomatis menciptakan pekerjaan dan mengurangi pengangguran.”Jatim Nomic itu pemberdayaan sumber daya manusia untuk UMKM. Di sini akan tercipta banyak lapangan pekerjaan. Jika banyak masyarakat yang khawatir dengan pengangguran, maka, program ini sekaligus mengantisipasi kekhawatiran tersebut,” katanya membuat Rosi tertegun sejenak. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry