Tampak Kiai Abdurrahman Navis ketika didaulat untuk foto bersama. (FT/DUTA.CO/IST)

SURABAYA | duta.co – Tidak terasa, sehari penuh puluhan peserta ngaji blak-blakan ‘Daurah Aswaja Angkatan I’ yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur, dengan semangat tinggi mengikuti pemateri tim Aswaja Center PWNU Jatim. Acara yang digelar di Graha Astranawa, Ahad (30/4/2017) itu, sukses ‘memompa’ semangat mereka untuk menjadi ‘benteng hidup’ Islam ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah.

“Ini pertama kali saya temui. Sebagai dosen hukum, kajian seperti ini luar biasa, mengupas tuntas aspek hukum tentang ibadah kita sehari-hari lengkap dengan argumentasi, dasar hukum dan dasar sejarahnya. Luar biasa,” tegas H MH Riedhwan Soemartono SH, salah seorang peserta dari Kota Kediri.

H MH Riedhwan Soemartono SH, Dosen Universitas Tribakti Kediri.

Ghirah Aba Riedhwan ini, membuat iri yang muda-muda. Meski usianya sudah kepala tujuh, semangatnya masih membaja. Dosen Universitas Tribakti Kediri ini, mengaku selama ini hanya melihat alasan permukaan dari perbedaan amaliyah-amaliyah dalam Islam.

“Orang melihat kalau tahlilan dan qunut, itu orang NU. Yang tidak qunut, tidak tahlilan, itu Muhammadiyah. Amaliyah hanya sebagai lebel semata. Tetapi, setelah mengikuti ngaji blak blakan ini, saya semakin yakin, mantap dan mengetahui secara langsung landasan hukum amaliah sehari-hari,” tegas Aba Riedhwan, di mana keluarganya juga ada yang berpaham Muhammadiyah.

Karena itu, sarannya, acara seperti ini harus terus dirawat. Dengan demikian umat Islam khususnya warga nahdliyin, semakin berkualitas dalam beribadah. “Kami mohon kepada Duta agar ngaji model blak blakan seperti ini digelar lagi,” tambah Aba Riedhwan, yang juga pembaca setia Koran Duta Masyarakat di Kediri ini.

Pengakuan serupa diungkapkan  Drs H Abdul Kholiq, peserta dari Kedamean, Gresik. Menurut H Kholiq, Daurah Aswaja ini harus gencar dilakukan, ini penting untuk mengimbangi gencarnya serangan Wahabi. Harus diakui, bahwa selama ini mereka aktif menyerang, dan kita tidak boleh diam.

“Dengan ngaji blak blakan ini kita siap mengahadapi gencarnya faham Wahabi. Bekal seperti ini sangat perlu, apalagi selama ini mereka aktif berdakwah dan selalu melemahkan dan menyalahkan amaliyah kita,” tegasnya.

Untuk itu, lanjutnya, kalau methode kajian seperti ini terus digelar, maka, jamaah ahlussunnah wal-jamaah ini bisa memperdalaman materi dengan baik, peminatnya juga semakin banyak. Dan ini sekaligus akan mematikan virus-virus Wahabi. Kalau setiap angkatan ada 100 peserta, maka, memasuki Angkatan X sudah ada 1000 orang yang siap menjawab tuduhan Wahabi.

H Wahyu Adi Prakoso, peserta asal Pabean Asri, Sedati, juga merasa bersyukur bisa ikut ngaji blak blakan. “Dengan begitu kita bisa tularkan ke pengurus takmir yang lain. Saya merasa ketagihan dan kalau ada pendalaman saya ikut, apalagi untuk Angkatan I ini kita bisa berkumpul dalam WhatsApp (WA) grup, dengan demikian militansi peserta bisa terus terjaga,” tegasnya.

KH Ma’ruf Khozin dan para peserta muda Daurah Aswaja.

Sementara, Eko Pamudji, General Manager Duta Masyarakat juga merasa senang menyaksikan antusiasme peserta. Bahkan menurut Eko, yang juga Sekretaris PWI Jawa Timur ini, ke depan akan banyak hamba Allah yang ingin ikut mensukseskan acara tersebut.

“Saya sendiri baru menyaksikan kali ini, betapa dahsyat kajian keilmuannya. Kalau ini diteruskan, maka, lahirlah pejuang-pejuang Aswaja yang handal. Apalagi, menurut Kiai Navis, setelah ini bisa ditingkatkan kemampuan peserta menuju debat terbuka,” jelas Eko. (mah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry