SEPAKAT JAGA PERSATUAN: Pemuda Ansor dan Muhammadiyah Jawa Timur sepakat untuk menjaga persatuan demi NKRI. Tampak sebuah diskusi yang diadakan duta.co dalam rangka menangkal radikalisme. (duta.co/Ridho)
Sholikhul Huda, Ketua Pusat Studi KH Mas Mansur Surabaya.

SURABAYA | duta.co –  Bukan hanya Banser dan GP Ansor yang sibuk menolak dai-dai wahabi takfiri. Pemuda Muhammadiyah juga memiliki sikap yang sama. Demi menjaga persatuan dan Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI), dai-dai takfiri, yang menanggap dirinya paling benar, suka menjelek-jelekkan kelompok lain, itu harus ditolak.

“Ini membahayakan persatuan umat, membahayakan kelangsungan NKRI. Situasi harmoni, damai, santun yang dimiliki bangsa ini harus dijaga betul. Para dai jangan hanya sibuk bicara furuiyah, menjelek-jelekkan, atau bahkan mengkafirkan kelompok lain. Kalau itu yang terjadi, umat pasti menolak,” kata Sholikhul Huda, Ketua  Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM), Jawa Timur, kepada duta.co Rabu (08/03/2017).

Ketua Pusat Studi KH Mas Mansur Surabaya yang, kini sibuk meneliti keterkaitan Kiai Mas Mansur dengan Mbah Wahab (tokoh NU) tersebut, mengatakan,  bahwa, penolakan dai-dai takfiri itu seharusnya menjadi pelajaran bagi seluruh dai kita. Dengan begitu mereka tidak sembarangan berbicara. “Dia sekarang harus berpikir maju, memiliki referensi yang benar, bukan merasa paling benar,” tambahnya.

Situs resmi Muhammadiyah, pwmu.co, menurunkan artikel tentang kerukunan umat Islam di Malang yang mendapatkan ujian ketika DR Firanda  Andirja datang ke kota ini. Salah seorang pengajar di Masjid Nabawi itu dijadwalkan berbagi ilmu di Masjid Ahmad Yani. Namun, akhirnya dibatalkan untuk sementara waktu, karena ada penolakan dari masyarakat.

“Masjid Ahmad Yani yang semula mengagendakan kajian dengan Ustadz Firanda dengan tema ‘Mensyukuri Nikmat Aman di NKRI’, pada pukul 08.30–11.15 WIB,” cerita ujar DR Zainul Mujahid kepada pwmu.co  tentang jadwal bertanggal 5 Maret 2017 itu.

Namun, kata Zainul Mujahid, karena Firanda sudah berada di Malang, maka acara dipindah ke Masjid Manarul Islam, Sawojajar. Di sini pun keberadaan Firanda masih dimonitor. “Maka kami segera merapatkannya bersama takmir, yayasan, dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sawojajar,”  ujar Zainul Mujahid.

Begitu mendengar Ustadz Firanda akan melaksanakan salat Subuh di Masjid Manarul Islam, masih kisah Zainul, takmir langsung mempersiapkan segala sesuatu dalam rangka menghormati  tamu itu. Termasuk menggeser jadwal kajian Subuh agar diserahkan kepada Ustadz Firanda.

“Akhirnya, diagendakanlah kajian Subuh oleh ustadz Firanda sebagai bentuk penghormatan pada orang alim yang bertamu. Dan, undangan pun disebar lewat media sosial,” tambah Zainul sambil menyatakan info lokasi salat Subuh Firanda ini didapat setelah Maghrib yang kemudian disebar via WhatsApp.

Namun, malam hari Sabtu atau Ahad dini hari, beberapa orang kepemudaan mendatangi takmir masjid. Mereka meminta agar acara kajian Subuh itu dibatalkan dengan alasan pengisinya adalah pembawa misi Wahabi.

Terjadilah perdebatan antara dua komponen yang ingin melanjutkan dan membatalkan acara kajian, terutama kaum mudanya. Untuk meredam adu mulut yang memanas, DR Dwi Agus Sujimat, berusaha menengahinya. Tim Ahli Majelis Ekonomi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang itu dengan lembut mengatakan bahwa hubungan antarumat Islam harus dibangun atas dasar kebaikan, bukan dengan permusuhan.

“Demi menjaga ukhuwah Islamiyah dan memohon keridlaan dari Allah SWT, maka acara ini dipending dulu,” jelas Zainul.

Karena pembatalan itu sangat mendadak, maka subuh hari Ahad itu pun, masjid dipenuhi dengan para jamaah. Baik dari dalam maupun kota Malang. Mereka berjubel di dalam masjid itu untuk mendirikan salat Subuh berjamaah plus Kajian Subuh.

Untuk menjaga situasi tetap kondusif dan ukhuwwah islamiyyah terjaga, akhirnya Ustadz Firanda yang sebenarnya sudah berada di sekitar masjid itu pun tidak jadi mengisi Kajian Subuh.

“Hikmah yang diambil dari kejadian ini, justru semalam kami bisa dialog langsung dengan para tokoh NU dan para Habaib. Kami sharing banyak hal, termasuk memberikan pemahaman pada mereka. Kami sekarang terus menjalin komunikasi dengan baik agar ada kesepahaman bersama,” lanjut Zainul tentang hikmah tersembunyi di balik penolakan itu. (mky,pwmu)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry