TULUNGAGUNG | duta.co – Pembangunan menara masjid agung Al Munawwar Tulungagung yang menelan anggaran sebesar Rp1,3 miliar dari APBD 2017 mendapat sorotan Lembaga Monitoring Indonesua (LMI). Pasalnya, pemborong dituding tak transparan, lantaran tidak memasang papan nama proyek.
Ketua LMI Cabang Tulungagung, Muspida Ariyadi mengatakan, pembangunan menara masjid agung Al Munawwar tanpa memasang papan nama proyek adalah bentuk ketidak patuhan rekanan/kontraktor terhadap UU No. 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Pasal 15 Huruf (d).
Lanjut Muspida, pemasangan papan proyek dianggap penting, karena merupakan sarana kontrol masyarakat terhadap kecepatan kinerja dan kualitas bangunan. “Papan proyek dipasang tujuannya agar tidak dikorupsi dan manipulasi,selain itu dipapan biasa dicantumkan nama/alamat CV, total anggaran dan batas durasi pekerjaan,” tandasnya.
Untuk itu, LMI meminta kepada Pemerintah Daerah agar dapat membantu mendidik dan mencerdaskan masyarakat dalam hal pembangunan. “Apa salahnya masyarakat mengetahui sejauh mana kecepatan kinerja proyek dari uang rakyat, toh masih banyak, bahkan puluhan titik proyek di tulungagung tanpa memasang papan nama,” ucap pria yang akrab disapa Bung Ida.
Ketua DPRD Tulungagung Supriono saat dimintai keterangan menyayangkan tidak dipasangnya papan proyek pembangunan menara madjid agung. “Aaya sendiri tidak tahu, siapa kontraktornya dan dari mana CV pemenang lelang tersebut, setahu saya bulan Mei 2017 menara itu mulai dirobohkan dan dibangun,” ujarnya.
Meski Begitu, pihaknya selalu siap untuk memfasilitasi dialog/jajak pendapat terkait tidak terpasangnya papan proyek. “Silahkan mengajukan surat untuk hearing, agar kami juga bisa memanggil beberapa pihak yang bersangkutan,” pintanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tulungagung saat dikonfirmasi terkait papan nama proyek pembangunan menara masjid agung Al Munawwar belum bisa memberikan keterangan. zfd
