Tampak Paus Fransiskus (kiri) dan Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed al Tayeb. (FT/IST)

KAIRO | duta.co – Gerakan ektremis berkedok agama sudah membahayakan dunia. Ini juga yang dirasakan Paus Fransiskus saat memulai kunjungannya selama dua hari di Mesir. Paus mengajak seluruh pemimpin Muslim bersatu demi menghadapai ekstremisme berkedok agama yang didengungkan kelompok-kelompok ekstremis seperti ISIS.

Kedatangan Paus ke Mesir hanya berselang tiga pekan usai aksi bom bunuh diri yang menimpa dua Gereja Koptik dan menewaskan setidaknya 45 orang. Maka itu, kunjungan Paus ke Mesir ditegaskan untuk memperbaiki hubungan Kristiani dan Muslim, dan mengecam berbagai bentuk kekerasan mengatasnamakan agama.

“Mari kita katakan sekali lagi dengan jelas, tidak, untuk setiap bentuk kekerasan, pembalasan dan kebencian yang dilakukan atas nama agama atau atas nama Tuhan,” kata Paus saat menghadiri konferensi perdamaian internasional di lembaga pendidikan Islam tertinggi Mesir, Al Azhar.

Meski dalam waktu singkat, Fransiskus turut bertemu sejumlah pemimpin agama dan politik, dan menekankan kalau ia tengah membawa pesan damai dan persatuan. Saat melakukan kunjungan di Mesir, Paus tidak ingin memakai mobil lapis baja. Ia cuma naik mobil Fiat sederhana dengan jendela terbuka melintasi jalan-jalan Kairo.

Paus Fransiskus merupakan Paus kedua yang mengunjungi Mesir, setelah John Paul II yang datang pada 2000 silam atau setahun sebelum serangan 9/11 di AS. Tragedi itu sendiri telah mengakibatkan retakan besar hubungan antara sebagian besar negara Barat dengan dunia Muslim.

“Tugas kita untuk membuka kedok para penjagat ilusi tentang kehidupan akhirat, mereka yang memberitakan kebencian demi merampok sederhananya kehidupan seseorang saat ini,” ujar Paus di pidato kedua di depan Presiden Mesir Abdel Fattah al Sisi.

Selama ini upaya Abdel Fattah untuk membawa keamanan di Mesir seakan dihancurkan oleh serangan ISIS terhadap warga Kristen di dua Gereja Koptik beberapa waktu lalu. Karenanya, kesuksesan kunjungan Paus dirasa akan membantu memperkuat citra Mesir di dunia internasional.

“Mesir berada di garis depan konfrontasi melawan terorisme, dengan negara kami yang memiliki ketabahan dan pengorbanan, bertekad untuk mengalahkan, mengakhirinya, mempertahankan kesatuan dan tidak membiarkannya memisahkan kita,” kata Abdel Fattah.

Hal yang sama disampaikan Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed al Tayeb, yang secara luas di dunia internasional dipertimbangkan sebagai ulama yang sangat moderat. Dalam sambutannya, Syeikh Tayeb mengatakan kalau kelompok ekstremisi ISIS telah sembarangan dan sangat bodoh menafsirkan teks-teks agama. Karenanya, ia menegaskan, Islam bukanlah agama yang memiliki kaitan dengan terorisme, seperti yang didengungkan kelompok-kelompok ekstrimis selama ini. “Islam bukanlah agama terorisme,” kata Syeikh Tayeb dikutip Reuters. (rep)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry