BURSA EFEK INDONESIA: Presiden Joko Widodo didampingi Menkeu Sri Mulyani di Kantor Bursa Efek Indonesia Jakarta, Selasa (4/7). (ist)

JAKARTA | duta.co – Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini melakukan kunjungan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melakukan dialog dengan pelaku pasar modal. Namun sebelum itu, Jokowi sempat menyambangi ruang kantor Direktur Utama BEI Tito Sulistio.

Tito menjelaskan, dalam pertemuannya dengan Jokowi di kantornya yang berada di lantai 6 Tower I Gedung BEI hanya membicarakan tentang kondisi pasar modal. Namun dirinya juga sempat memberikan data 52 perusahaan yang beroperasi di Indonesia namun mencatatkan sahamnya di pasar modal.

“Ada 52 perusahaan yang pendapatannya 50% dari Republik ini. Ada (sektor) perdagangan, ada properti, ada kelapa sawit. Kalau revenue atau asetnya 50% ada di Indonesia, ini kok listed-nya di luar negeri, jadi saya laporkan (ke Presiden). Saya bilang itu wajib di sini. Presiden bilang saya minta daftarnya, saya kasih beliau,” terangnya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (4/7).

Ke-52 perusahaan tersebut, kata Tito, terdiri dari perusahaan lokal maupun asing. Akan tetapi mereka semua pendapatannya sebagian besar dari Indonesia, seperti Freeport.

“Contoh Freeport, itu pendapatan-nya yang terbesar salah satunya dari Indonesia, pantes dong Freeport listed di sini. Itu yang kayak begitu ada 52 tuh, mereka listed di Malaysia, Singapura, China, Australia. Kami mau datangi mereka untuk menghimbau mereka listing di Indonesia juga,” imbuhnya.

Menurut Tito, 52 perusahaan tersebut bukan perusahaan ecek-ecek. Perusahaan tersebut memiliki nilai kapitalisasi pasar yang cukup besar bahkan totalnya hingga lebih dari Rp 400 triliun. “Market caps 52 perusahaan itu di atas Rp 400 triliun. Saya sudah datangi ada beberapa dan prinsipnya mereka setuju, Newmont sudah berbicara katanya mau listing,” tukasnya.

Selain itu, di ruangannya Tito juga memberikan data perkembangan pasar modal. Jokowi yang juga didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad dan beberapa pejabat penting lainnya.

“Dan kita semua akan menjalin kerjasama dari data informasi untuk membuat produk, itu yang kita sepakati. Dengan Menkeu, Gubernur BI dan Ketua OJK kita bagaimana caranya besarkan pasar, sehingga proyek-proyek infrastruktur tidak selalu dari APBN,” tandasnya.

Dalam dialog tersebut, Jokowi mengatakan menguatnya perekonomian Indonesia diharapkan mampu membuka kesempatan lapangan pekerjaan baru. Ia pun meminta kepada pelaku pasar modal untuk lebih fokus mengejar ketertinggalan yang ada.

“Kita masih urusan (demo) 212, masa di sini masih ke situ? Itu urusan politik. Bapak ibu fokus saja mengejar ketertinggalan yang ada. Saya ingin dengan menguatnya ekonomi kita akan terbuka banyak lapangan pekerjaan. Nilai tambah bisa kita ambil manfaatnya,” kata Jokowi.

Jokowi juga mengajak perusahaan-perusahaan bisa mencatatkan sahamnya di bursa efek. Sebab, hal tersebut dapat mendorong perekonomian Indonesia.  Secara spesifik, Jokowi meminta perusahaan-perusahaan perkebunan dan pertambangan yang telah mencatatkan sahamnya di luar negeri, untuk melantai di bursa efek Indonesia.

“List-nya saya ada, paling nanti saya panggil satu per satu. Saya ngajak, enggak maksa, saya enggak pernah maksa. Ada perusahaan pertambangan, perusahaan sawit, saya mengajak kok enggak memaksa. Jangan produksi bisnis berkebun di sini kok listed-nya di Singapura, Hong Kong, New York, enggak dong,” katanya. dit, kum

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry