MATARAM | duta.co – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) mengingatkan kembali cara beragama kita yang cenderung formalistik. Menurut Mbah Moen, keberagamaan kita sekarang ini menuntut segala sesuatunya menjadi Islami, sesuatu yang berbeda sama sekali dengan Rasulullah. Salah satunya nama.

Hal itu disampaikan Mbah Moen pada forum bahtsul masail ad-diniyah al-waqi‘iyah Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar (Munas-Konbes) NU 2017, Mataram, Jumat (24/11) pagi. Dalam ceramahnya Mbah Moen menjelaskan. kita sekarang ini belum merasa muslim dan muslimah kalau tidak bernama yang berbau Islam.

“Rasulullah saw ketika dihadiahi Maria Al-Qibtiyah, perempuan tercantik di negeri Qibti, menerima seutuhnya pemberian tersebut. Bahkan Rasulullah tidak mengganti nama Maria. Kalau para kiai, mesti sudah mengganti namanya menjadi apa? ‘Maryam,’” kata Mbah Moen disambut tawa para hadirin.

Menurut Mbah Moen, kecenderungan beragama Islam secara formal belakangan ini tampak berlebihan, sampai-sampai dalam hal nama. “Kalau Nabi Muhammad sawa saja tidak mengubah nama, kok kita para kiai berani-beraninya mengubah nama orang?”

Mbah Moen mengatakan, Rasulullah saw telah jauh lebih dahulu meletakkan dasar model kebudayaan. Penghargaan terhadap orang lain termasuk dalam hal penamaan merupakan etika yang ditunjukkan Rasulullah saw sejak awal. “Hal itu dilakukan semata karena Rasulullah menghargai orang yang memberikan hadiah,” kata Mbah Moen. nuo

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry