SURABAYA | duta.co – Ketua PW Muslimat NU Jatim, Nyai Hj Masruroh Wahid meluruskan resume yang dibuat secara sepihak dan sengaja disebar di grup media sosial, terkait hasil pertemuan pengurus PW Muslimat NU Jatim dengan PW Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Selasa (13/3) kemarin.

Menurut Masruroh, pertemuan itu selain silaturahim PWNU dengan Banom, sekaligus tabayun (klarifikasi) soal surat tugas yang yang dikeluarkan PW Muslimat NU Jatim tentang sosialisasi dan pemenangan Ketua Umum PP Muslimat NU Jatim, Khofifah Indar Parawansa di Pilgub Jatim 2018.

“Saya katakan dalam pertemuan kemarin, kalau itu (surat) dianggap sebuah kesalahan, maka itu kekhilafan saya pribadi. Bukan salah siapa-siapa. Bukan salah pengurus, apalagi Bu Khofifah karena beliau tak tahu menahu soal itu,” katanya saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (14/3) siang ini.

“Jadi saya enggak ujug-ujug minta maaf dan seolah-olah Muslimat NU dalam pertemuan kemarin itu sebagai pesakitan yang diadili. Bukan begitu! Sebagai ketua, saya minta maaf dan siap disanksi, kalau memang (surat) itu dianggap salah. Sekali lagi, kalau dianggap salah!” tambahnya memberi penekanan.

Ibu Nyai Masruroh bersama pengurus harian sengaja datang untuk memberi klarifikasi, agar harmonisasi NU dan Muslimat NU tetap terjaga, meski ada perbedaaan pilihan dalam Pilkada. Bagaimana pun Muslimat NU butuh NU dan NU juga butuh Muslimat.

“Muslimat NU yang kegiatannya luar biasa itu, semuanya dipersembahkan untuk kebesaran NU. Saya juga matur ke para kiai di situ, Muslimat tanpa NU juga bukan Muslimat NU,” katanya.

Selebihnya, pertemuan berlangsung sangat cair, lugas, kondusif dan penuh ukhuwah sesama warga NU. “Tapi ya itu, kemudian ada yang melintir-melintir sedemikian rupa. Tapi ya enggak apa-apa, karena sesungguhnya yang terjadi tidak seperti (resume) yang disebar itu,” tandasnya sambil tersenyum.

Bahkan, dalam pertemuan tersebut, PWNU sama sekali tidak keberatan kalau Muslimat NU mendukung ketua umumnya di Pilgub Jatim 2018. Hanya saja, dalam mendukung jangan sampai memakai simbol organisasi yang bisa mengkerdilkan NU dan merusak ukhuwah Nahdliyah.

“PWNU memaklumi kalau berbeda pilihan di Pilkada itu wajar. Gus Ali (KH Agus Ali Mashuri, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim) saja mengatakan, kalau Muslimat NU mendukung Bu Khofifah ya wajar, wong ibunya. Tentu dengan rambu-rambu tanpa atribut organisasi, itu saja sebetulnya yang didawuhkan dan ditekankan para kiai,” paparnya.

Selain itu, Masruroh juga meluruskan surat penugasan yang seolah-olah dibuat untuk seluruh pimpinan cabang (PC). “Saya amati ada pengantar yang salah dari pembawa acara dalam pertemuan kemarin, kayaknya saya ini membuat surat untuk seluruh Ancab (anak cabag/PAC) di Jatim, padahal tidak,” katanya.

Hal itu kemudian dijelaskan di hadapan para kiai, bahwa, tidak ada satu surat pun yang ditujukan ke PC terkait sosialisasi dan pemenangan Khofifah, kecuali penugasan ke fungsionaris PC Muslimat NU Kabupaten Malang karena memang ada kondisi dan pertimbangan khusus.

“Cuma memberi tugas kepada Bu Anisah Mahfud dan Musrifah Hadi agar ikut sosialisasi ke Ancab dan ranting (tingkat desa). Sebab, ada kebuntuhan di sana setelah ketua cabangnya (Khofidah) merangkap tim sukses (Gus Ipul-Puti) walaupun sekarang sudah menyatakan mundur. Jadi itu ada kekhususan yang tidak terjadi di cabang lain,” jelasnya.

Enggan Membalik Fakta

Saat ditanya, bukankah bisa berapologi kalau kiai-kiai di struktural PWNU juga mendukung Gus Ipul-Puti, Masruroh tidak mau melakukan itu dan memilih berjiwa besar agar harmonisasi dengan PWNU tetap terjaga.

“Tidak, tidak! Sudahlah, kita ingin yang baik-baik saja. Kita ingin saling menghormati, karena Muslimat itu Banomnya NU. Sudah enggak ada yang perlu dipersoalkan,” katanya.

Pun ketika didesak, bukankah Masruroh bisa membalik fakta kalau Ketua PWNU Jatim, KH Mutawakkil Allallah blak-blakan melakukan baiat untuk pemenangan Gus Ipul-Puti di Ponpes Nurul Islam Jember, 25 Januari lalu?

“Sudahlah, enggak perlu diperpanjang. Muslimat NU tetap Banom NU. Tapi kalau ada  permintaan klarifikasi dari para kiai NU, ya kita legowo. Kita berhati besar untuk itu.”

Namun Masruroh menegaskan, pasca pertemuan dengan PWNU justru dukungan Muslimat NU untuk Khofifah semakin solid, karena struktural PWNU juga tak mempermasalahkan. Hanya meminta agar memperhatikan rambu-rambu, tidak membawa siombol NU dalam memberi dukungan.

“Pasca pertemuan justru semakin bagus, karena PWNU juga tak mempermasalahkan. Selain itu dukungan kita dari ke hari juga semakin kuat. Kalau warga Muslimat NU tetap utuh. Kita terus kondisikan, Ancab juga semakin solid. Wong (Khofifah) itu ibunya, masa ibunya ditinggal, kan tidak,” tandasnya.(bmj)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry