Tampak KH Aziz Masyhuri, pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Jombang (kanan) dan KHR Ahmad Azaim Ibrahimy. (Duta.co/DOK)
Tampak KH Aziz Masyhuri, pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Jombang (kanan) dan KHR Ahmad Azaim Ibrahimy. (Duta.co/DOK)

SITUBONDO |duta.co – Halaqah ulama dalam rangka ‘Refleksi 33 Tahun Khittah NU’ di Pondok Pesantren (PP) Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (12/1/2017) memunculkan rekomendasi menarik. Yakni percepatan Munas Alim Ulama NU.  Forum ini diyakini bakal menjadi media konsolidasi internal NU, di mana pasca Muktamar ke-33 NU di Jombang — diakui atau tidak — telah terjadi perselisihan terutama menyangkut hasil pemilihan ketua umum PBNU.

KH Abdul Aziz Masyhuri,  pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Jombang menyampaikan alternatif itu sebagai jalan keluar. Alasannya, NU sebagai jamiyah para ulama harus solid, tidak terpecah belah apalagi dalam menghadapi berbagai masalah kebangsaan seperti saat ini.

“Apa yang disampai Kiai Aziz ini mendapat sambutan positif. Gus Azaim (KHR Ahmad Azaim Ibrahimy red.) juga setuju Munas Alim Ulama dipercepat, ini untuk memperkuat barisan NU sekaligus mengawal perjuangan NU sebagaimana yang dicita-cita para pendiri NU. Sekarang tinggal menunggu Kiai Ma’ruf Amin selaku Rais Aam PBNU,” tegas sumber duta.co di lokasi Halaqah.

Masih menurut sumber duta.co, konsistensi para kiai menjaga marwah NU tidak pernah padam. Meski sejumlah kiai telah menyatakan mufarakah (berpisah) dengan kepemimpinan PBNU saat ini, tetapi, mereka pantang surut dalam menjaga marwah NU.

“Intinya kiai-kiai pesantren tidak ingin NU hancur, apa pun dilakukan untuk menjaga NU. Halaqah hari ini tidak dalam rangka menerima atau menolak hasil muktamar NU di Jombang. Tetapi para kiai merasa perlu untuk merumuskan langkah-langkah konkret guna memperbaiki NU,” tegasnya.

Ditambahkan oleh kiai muda asal Jombang ini, bahwa, upaya memperbaiki NU tidaklah ringan, membutuhkan keseriusan. Karena masih ada oknum-oknum yang berusaha melemahkan NU.

“Misalnya, hari ini, ketika para kiai serius bicara rekomendasi percepatan Munas Alim Ulama, ternyata ada yang berusaha membelokkan dengan memasukkan agenda pemberdayaan ekonomi. Ini rupanya disengaja agar agenda utama kabur,” tegasnya dengan nada menyesal.

Sementara KH Mohammad Balya Firjaun Barlaman, putra KH Ahmad Shiddiq, Rais Aam Syuriah PBNU 1984-1991, mengatakan, bahwa, penyelamatan organisasi NU saat ini tidak bisa ditunda-tunda. Organisasi para ulama itu, lanjut Gus Firjon, panggilan akrabnya, semakin menjauh dari cita-cita para pendiri NU.

“NU sekarang seperti partai politik. Saya ingat pesan beliau (KH Achmad Shiddiq red.) bahwa rusaknya NU itu dari dalam NU sendiri. Ini terbukti, yang menyeret NU ke kubangan politik juga tokoh NU sendiri. Ini tidak boleh dibiarkan,” tegas Gus Firjon.

Masih menurut Gus Firjon, keinginan para kiai pesantren agar Munas Alim Ulama NU dipercepat, adalah dalam rangka penyelamatan organisasi. Tinggal sejauh mana PBNU menyikapi keinginan para masyayikh ini. (muh)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry