Tampak Mensos Khofifah Indar Parawansa ‘memompa’ semangat anak-anak agar giat belajar. (FT/DUTA.CO/Kemensos)

JAKARTA | duta.co – Pimpinan Pusat Muslimat NU menggelar Halal Bihalal yang dirangkai dengan Perayaan Hari Anak Nasional di Kalibata, Jakarta, Minggu (16/7).

Acara tersebut dihadiri Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj, Ketua Perlindungan Anak Indonesia Kak Seto, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam, Ratusan anggota Muslimat NU dan anak-anak Paud.

“Muslimat NU sendiri mengelola lebih dari 6.400 PAUD, 9.800 TK dan RA, dan 15.400 lebih TPQ. Jadi, peringatan Hari Anak Nasional bagi Muslimat adalah agenda rutin tahunan,” ungkap Ketua umum PP Muslimat NU yang juga Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa.

Khofifah mengatakan, peringatan Hari Anak Nasional bagi Muslimat NU bukan sekedar acara seremonial. Lebih dari itu, Muslimat membawa misi agar anak Indonesia dapat terpenuhi seluruh hak dasarnya, bebas dari kekerasan, eksploitasi, hidup lebih bahagia dan terlindungi.

“Karena bagaimanapun, nasib bangsa ini kedepan akan kita titipkan kepada mereka. Jika sejak anak tidak kita pikirkan dan lindungi, sama dengan kita pertaruhkan bangsa ini di masa yang akan datang,” tuturnya.

Khofifah merasa miris dengan maraknya kasus kekerasan terhadap anak yang akhir-akhir banyak terjadi. Baik itu kekerasan fisik, psikis, maupun seksual.

Ironisnya, sambung Khofifah, kekerasan malah kerap terjadi di dalam rumah, sekolah, lembaga pendidikan, dan lingkungan sekitar anak. Pelakunya pun tidak lain adalah orang yang seharusnya melindungi anak seperti orangtua, paman, guru, bapak atau ibu tiri, maupun orang dewasa lainnya.

Menurut Khofifah, keluarga dan sekolah mempunyai peran penting, dalam pencegahan kekerasan terhadap anak. Fungsi pengawasan harus lebih diperketat sehingga celah untuk melakukan kekerasan fisik, psikis maupun seksual terhadap anak semakin dapat dipersempit.

Orang tua, tambah Khofifah, juga harus mengerti bagaimana cara menjadi orang tua yang baik dan mengetahui tanggung jawabnya. Mengingat seringkali kekerasan terhadap anak terjadi karena banyak orang tua yang lebih meminta pengertian dari anak ketimbang orang tua yang mengerti akan kondisi anak.

Tidak hanya itu, Khofifah juga mengingatkan akibat buruk penggunaan teknologi terutama gadget oleh anak. Derasnya arus informasi membuat anak terjerumus mengakses sejumlah konten negatif diantaranya pornografi dan kekerasan.

“Persoalan ini perlu mendapat perhatian lebih dan komitmen dari semua pihak,” tegasnya.

Lebih lanjut, Khofifah berharap kasus kekerasan terhadap anak dapat terus menurun di tahun-tahun mendatang. (hud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry