SALAK: Produk unggulan salak yang jadi kebanggaan warga Desa Wonosari, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan. (duta.co/abdul aziz)

PASURUAN | duta.co – Desa Wonosari, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, sejak dulu sudah terkenal memiliki buah salak. Namun belakangan ini, masyarakat mulai meninggalkan salak dan beralih ke tanaman sengon. Setelah melakukan analisa potensi desa secara partisipatif, mereka mulai menyadari bahwa salak adalah produk unggulan desa.

Bagaimanapun juga salak adalah komoditas unggulan desa yang perlu dipertahankan keberadaannya. Warga pun terus berusaha mengembangkan produk olahan salak. Upaya ini dilakukan untuk memberikan contoh pada masyarakat lain agar tetap mempertahankan pohon salak.

“Kami pingin tunjukkan kepada masyarakat bahwa salak bisa diolah dan bisa dijual dengan harga yang mahal,” papar Zamroni, salah satu pelaku wisata di Wonosari.

Rumah produksi “Putri Sultan” merupakan salah satu dari 3 rumah produksi makanan dan minuman yang ada di Desa Wonosari, Kecamatan Gondangwetan. Rumah produksi “Putri Sultan” mengolah produk unggulan berbahan baku buah salak, dan sekarang sudah mulai berkembang.

Lilik Handayani bersama suami, Zamroni menjalankan rumah produksi dengan pengalaman ilmu masing-masing. Jamroni merupakan lulusan sarjana pertanian, sedangkan Lilik Handayani lulusan bidang pendidikan. Berjalannya rumah produksi “Putri Sultan” berawal dari orang tua dulu, ketika musim panen salak melimpah. Buah salak yang busuk/kurang bagus dimanfaatkan dan diolah menjadi jenang salak.

Zamroni bersama peserta Sekolah Tani lainnya sudah melakukan inovasi terhadap olahan salak. Paling tidak ada 6 jenis olahan salak yang diproduksi. Hasil olahan salak ini sudah dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia melalui dunia maya. Namun demikian, pemasaran secara konvensional melalui pameran-pameran juga tetap dilakukan.

“Saat ini, kami sedang mengembangkan tiga rumah produksi baru dan rencananya akan menghasilkan 14 produk unggulan baru di desa dengan bahan baku salak,” jelasnya

Sementara itu, melihat potensi yang luar biasa, masyarakat bersama dengan pemerintah desa bersepakat untuk menjadikan desa Wonosari sebagai Kampung Wisata Kreatif. Gagasan ini bermula saat melakukan analisa terhadap pelbagai potensi desa.

Setelah itu didiskusikan secara intensif dengan stakeholder di desa. Peserta Sekolah Tani kini sedang bersemangat untuk membuat konsep strategis Kampung Wisata Kreatif di Desa Wonosari.  Harapannya, masyarakat terhadap Kampung Wisata Kreatif ini bisa menjadi destinasi wisata edukatif. Selain itu juga bisa menjadi magnet wisatawan agar bisa mengunjungi Desa Wonosari.

Berdirinya Kelompok Sadar Wisata Jaya Sari

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ini bertujuan untuk mempromosikan potensi desa. Kelompok Sadar Wisata Jaya Asri Desa Wonosari mengangkat potensi yang ada di desa lewat edukasi belajar mengenai kebun salak, rumah produksi olahan dan rumah batik. Kesadaran mengenai pertanian apa yang di desa dan bisa dimanfaatkan sekaligus di promosikan kepada masyarakat luas.

Modal percaya diri menjadi penting bagi Pokdarwis untuk mempromosikan desanya. Dengan mengajak pemerintah desa dan seluruh warga desa bersama-sama membangun desa lewat edukasi belajar bersama. Kebun salak, salah satu tempat yang akan dipromosikan oleh Pokdarwis, selain belajar mengenai budidaya yang dilakukan oleh warga desa akan memanfaatkan kebun menjadi taman baca dengan tujuan tempat belajar tentang salak bersama warga desa.

Berawal dari pelaksanaan progam kedua PADI (Pendidikan Agrobisnis dan Agrowisata Desa Inovatif), masyarakat merasa termotivasi dengan keunggulan yang ada di setiap desa bisa menjadi salah penyokong desa guna mengangkat perekonomian desa. Sasaran juga menjadi penting dan perlu diperhitungkan oleh pokdarwis, tamu/kelompok yang akan mengunjungi desa, bisa masyarakat umu dan kelompok-kelompok sekolah, sebisa mungkin dilayani dan dijamu dengan baik, utamanya akan diajak belajar bersama mengenai kebun salak.

Mulai dari asal-usul kebun salak yang ada di desa, nama-nama buah salak, serta bagaimana warga desa merayakan musim panen salak tiba. Ada juga pemanfaatkan kulit salak yang bisa digambar pada sebuah kanvas untuk oleh-oleh tamu. Selain itu, rumah produksi olahan buah salak menjadi jenang salak, sirup, sari buah salak.

Rumah olahan menjadi tempat unggulan yang akan dipromosikan edukasi belajar bersama mengenai proses pengolahan produk, dokumentasi yang ada di rumah produksi, selain itu bisa mencicipi produk-produk unggulan desa, sekaligus bisa dijadikan oleh-oleh tamu yang datang. Rumah batik, dengan motif daun dan buah salak menjadi ciri khas yang beda dengan desa lain. Ini yang akan dipromosikan oleh Pokdarwis, selain nanti juga praktek cara membatik dengan motif sesuai keinginan dari tamu yang datang.

Proses membangun ini kiranya perlu sosialisasi dengan semua komponen yang ada didesa. Pemerintahan desa bersama Pokdarwis, tokohmasyarakat, ulama perlu diajak diskusi dan ngobrolbersama mempromosikan potensi yang ada didesa. Dengan modal Surat Keputusan mengenai legalitas kelompok sadar wisata dari Dinas Pariwisata menjadi salah satu acuan gerak dari Pokdarwis. (dul)