PLN Dukung Peningkatan Ekonomi Jatim

SURABAYA – PT PLN (Persero) berkomitmen mengawal kinerja ekonomi Provinsi Jawa Timur dengan meningkatkan keandalan suplai listrik di seluruh Jatim. Peningkatan keandalan direalisasikan melalui pembangunan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 kilo volt ampere (KVA) hingga tegangan menengah 20 KVA dan tegangan rendah 220 volt ampere (VA) atau 380 VA.

Kepala Divisi Pengembangan Regional Jawa Bagian Timur dan Bali PT PLN Persero, Paranai Suhasfan mengatakan, saat ini suplai listrik untuk wilayah Jatim sangat besar. Daya mampu di Jatim mencapai 9.000 MW, sementara beban puncak di Jatim hanya di kisaran 5.263 mega watt (MW) yang terjadi pada Oktober 2016 lalu. Selain itu, listrik di Jatim juga disalurkan ke Jawa Tengah dan Jawa Barat yang mencapai sekitar 1.364 MW dan ke Bali sekitar 300 MW.

“Surplus cadangan listrik di Jatim capai sekitar 2.000 MW. Masih sangat mampu menyuplai kebutuhan listrik di Jatim dengan tingkat kenaikan mencapai 500 MW per tahun. Untuk itu, tahun depan lebih berkonsentrasi meningkatkan keandalan suplai listrik dengan membangun gardu induk dan jaringan listrik. Mulai jaringan tegangan ekstra tinggi hingga rendah,” ujar Paranai Suhasfan usai acara Multi Stakeholder Forum yang digelar oleh PT PLN Persero Regional Jawa bagian Timur dan Bali di Surabaya, Selasa (20/12).

Untuk pebangunan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 KV dari Grati Pasuruan hingga Gardu Induk Surabaya Selatan di Wonorejo Surabaya misalnya, ditargetkan selesai 2019. Proyek ini menurut pengakuannya sempat tertunda selama 18 tahun dan baru terealisasi di tahun ini.

“Gardu Induknya sudah ada, tinggal jaringan yang belum. Pembangunan jaringan tersebut lebih rumit karena melewati Bandara Juanda. Untuk itu, kami akan membangun jaringan dengan menanamnya dibawah tanah agar tidak mengganggu proyek airport,” terangnya.

Untuk itu, PLN harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Karena investasi yang dibutuhkan untuk proyek pembangunan jaringan tegangan ekstra tinggi yang ditanam di bawah tanah biayanya bisa mencapai tiga kali lipat dibanding dengan jaringan kabel yang dibentangkan di atas.

“Investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 2 triliun hingga Rp 3 triliun. Karena pembangunan jaringan bawah tanah ini memang cukup mahal. Kalau pembangunan jaringan atas, mungkin hanya sekitar satu per tiganya saja,” ujarnya.

Jika gardu induk (GI) Surabaya Selatan tersebut sudah beroperasi, maka keandalan suplai listrik di Surabaya akan semakin kuat. Karena sejauh ini, Surabaya hanya disuplai dari Gresik dan Ngimbang. “Ini akan memperkuat sistem kelistrikan Surabaya. Jika misalnya listrik Surabaya pasam, maka bisa langsung disupport dari Grati,” tegasnya.

Selain jaringan tegangan ekatra tinggi ke GI Surabaya Selatan, PLN juga tengah mengerjakan pembangunan jaringan ekstra tinggi dari Paiton ke Bali dengan membangun tower setinggi 340 meter di daerah Banyuwangi dan Bali. “Sekarang masih dalam tahap penentuan lokasi tower dan kami menargetkan akan beroperasi di tahin 2019. Sementara investasinya juga mencapai triliunan rupiah,” tambah Paranai Suhasfan.

Selain kedua proyek tersebut, PLN juga berencana membangun jaringan menengan dan rendah sepanjang 1600 kilometer di seluruh Jatim hingga tahun 2017. Wilayah Madura, dalam jangka dekat PLN menambah dua kabel bawah jembatan Suramadu kapastas 200 MW.  Nantinya, suplai listrik ke Madura mencapai 400 MW.

“Kami juga berancana membangun PLTGU di wilayah Madura bagian Selatan di daerah Sumenep dan Utara di Batu Kerbau kapasitas 50 MW,” tambahnya.

Sementara iu, GM PT PLN Distribusi Jatim, Yugo Riyatmo mengatakan, peningkatan keandalan suplai listrik menjadi faktor utama yang dibutuhkan pelanggan. Namun itu faktor paling sulit direalisasikan berkaitan banyak pihak dan masyarakat. Misalnya pembebasan lahan pembangunan GI dan kerelaan masyarakat untuk dilalui jariangan tegangan ekstra tinggi.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( Bappeda) Jatim, Fatah Yasin mengatakan bahwa PLN harus merespon tingginya kebutuhan listrik Jatim yang cukup besar, utamanya di daerah segi tiga emas yang meliputi Tuban, Bojonegoro dan Lomongan serta daerah sepanjang Pantai Utara. Karena pembangunan industri akan sangat besar di sana.

“PLN harus melihat recana tata ruang provinsi Jatim. Karena dukungan suplai listrik menjadi fakror utama dalam pertumbuhan industri dan ekonomi daerah,” kata Fatah. (end)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry