Sukmawati Tolak Cabut Laporan Penistaan Pancasila

BANDUNG – Kapolda Jabar Irjen Pol Anton Charliyan membuka kemungkinan meningkatkan status penyelidikan ke penyidikan dalam kasus yang menjerat Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) M Rizieq Shihab. Rizieq dilaporkan Sukmawati Soekarnoputri atas dugaan penodaan simbol negara, Pancasila.

“Kita sedang lebih melengkapi bukti-bukti lain, dan dalam waktu dekat bersangkutan akan dijadikan tersangka,” ujar Anton kepada wartawan di Mapolda Jabar, Jumat (13/1) kemarin.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan, penyidik sudah melangsungkan gelar perkara usai pemeriksaan pertama pada terlapor, Rizieq. Pentolan FPI ini diperiksa kali pertama sebagai saksi dalam kasus yang menjeratnya itu.

“Gelar perkara sudah kami lakukan kemarin malam (Rabu malam, red). Hasil dari gelar perkara, kita ternyata harus memeriksa beberapa saksi lagi dimintai keterangan untuk melengkapi,” kata Yusri di tempat sama.

Penyidik pun akan memanggil saksi ahli dan pemberi izin acara saat kegiatan dakwah Rizieq digelar di Lapang Gasibu Kota Bandung pada 2013. “Nanti akan ada gelar perkara kedua, baru nanti akan tahu hasilnya seperti apa. Kalau memenuhi tentu akan ditingkatkan ke penyidikan,” tekannya.

Sementara itu, Sukmawati kemarin mendatangi Mapolda Jabar. Dia menolak mencabut laporan penistaaan Pancasila yang diduga dilakukan Rizieq Shihab. Dia juga menolak minta maaf kepada Rizieq. Sukma mengaku datang untuk perkembangan kasus yang dilaporkannya tersebut.

“Bersilaturahmi. Karena pelaporan saya dilimpahkan ke Polda Jabar,” ujar  Sukmawati yang ditemani tim pengacaranya. Dia  menegaskan, akan meneruskan kasus tersebut. Hal itu menjawab pernyataan Rizieq yang meminta Sukmawati mencabut laporannya.

“Tidak mungkin seorang Sukmawati, putri seorang proklamator, saya putri pahlawan nasional yang kami semua hormati, untuk mencabut laporan dan meminta maaf pada suatu kelakuan yang keliru,” kata adik Megawati Soekarnoputri tersebut.

Sukmawati malah meminta Rizieq yang meminta maaf. “Saya malah justru menganjurkan dia (Rizieq) yang harus minta maaf. Bukan hanya kepada keluarga proklamator tapi juga kepada keluarga kaum nasionalis bangsa Indonesia,” tuturnya.

“Ia juga (harus minta maaf) kepada orang-orang yang sudah disakiti dengan kata-katanya yang tidak berakhlak, sangat kasar. Saya tidak pernah mendengar ada ulama yang demikian,” ungkapnya.

Sukmawati mengaku kecewa dengan ucapan Rizieq seusai pemeriksaannya sebagai saksi di Polda Jabar kemarin. Ia menonton apa yang disampaikannya di televisi. “Saya kecewa sekali. Dia bicaranya kok tidak jantan, tidak fair sebagai seorang ulama. Karena mengatakan saya harus cabut laporan dan minta maaf,” terangnya.

Ditanya tentang renzana Rizieq melaporkan balik dirinya, Sukmawati mengaku siap. “Saya siap. Seharusnya dia yang minta maaf, kalau dia laki-laki jantan dan fair,” tuturnya.

Seperti diberitakan Duta  sebelumnya, Rizieq menuding Sukmawati telah memotong dan mengedit video ceramahnya tentang sejarah Pancasila yang juga merupakan bagian dari tesisnya sebagai syarat lulus program pascasarjana di Universitas Malaya, Malaysia.

20 Anggota FPI Ditangkap

Sementara itu, Polres Bogor tengah memeriksa 20 anggota ormas FPI yang diduga telah melakukan perusakan sekretariat Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) di Kampung Tegalwaru, RT 05/03, Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Para terduga perusakan yang diamankan akan dikenai pasal berlapis terkait perusakan dan pengadangan aparat penegak hukum.

Kapolres Bogor Ajun Komisaris Besar AM Dicky dalam keterangannya di Mapolres Bogor mengatakan, saat ini 20 terduga perusakan sekretariat GMBI masih menjalani pemeriksaan secara maraton di Polres.

“Mereka masih diperiksa oleh penyidik. Para terduga tersebut bisa dikenai Pasal 460 KUHP dan/atau pasal pengadangan anggota. Karena di lapangan ada anggota polisi dan TNI yang berupaya mencegah, namun dihalang-halangi,” kata Dicky di Bogor, Jumat (13/1) kemarin.

Guna mencegah peristiwa serupa, kata kapolres, saat ini di lokasi sekretariat GMBI dan markas FPI di Ciampea disiagakan beberapa anggota polisi guna mendinginkan suasana.

“Kami pun berencana untuk mengundang kedua belah pihak ke polres untuk duduk bersama agar sepakat untuk berdamai dan mencegah agar permasalahan yang ada berlanjut,” katanya.

Ia pun mengimbau agar kedua belah pihak yang bertikai tetap berkepala dingin, tidak mudah terprovokasi, dan mempercayakan polisi menangani kasus penganiayaan anggota FPI maupun perusakan sekretariat GMBI.  

Sebelumnya, saat perjalanan pulang dari aksi mendukung Rizieq Shihab di Mapolda Jabar di Kota Bandung, Kamis (12/1) sore, mobil Innova massa FPI memang diserang hingga kacanya pecah. Ada anggota FPI yang terluka. Selain itu, sejumlah anggota FPI dipukuli anggota Ormas di halaman rumah makan Ampera, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung.  Diduga pembakaran sekretariat GMBI adalah aksi balas dendam dari penyerangan tersebut.

FPI Desak Kapolda Dicopot

Sementara itu, FPI menyoroti Kapolda Jabar Irjen Anton Charliyan yang menjadi Ketua Dewan Pembina GMBI. Ketum FPI Sobri Lubis mendesak Kapolri Jenderal Tito Karnavian mencopot Anton. “Kapolri harus pecat Kapolda Jawa Barat yang terlibat ini,” kata Ketua Umum DPP FPI Sobri Lubis di Jakarta, Jumat (13/1).

Sobri mengatakan FPI juga akan melaporkan Anton ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri. Saat ini FPI sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk melaporkan Anton. “FPI akan melaporkan pelaporan ke Propam Mabes Polri dalam waktu dekat,” kata dia.

FPI tak terima polisi terlibat Ormas karena dinilai sebagai bentuk premanisme. Sebagaimana diketahui, FPI merasa pihak GMBI telah menyerang anggotanya setelah terjadi kerusuhan di Markas Polda Jawa Barat. “Kok bisa ada polisi di Ormas itu? Ini bukti premanisme ada di kepolisian. Seharusnya dihentikan. Tidak pantas ada polisi di situ, bisa juga ormas itu buatan dia,” kata Sobri.

Anton sendiri membenarkan bahwa dia merupakan Ketua Dewan Pembina GMBI. Menurutnya, posisi itu dia jabat agar Ormas tersebut beradab. “Saya memang banyak membina. Tetapi saya membina agar mereka ini beradab. Bukan hanya satu, tapi banyak,” kata Anton menjawab pertanyaan wartawan apakah dirinya merupakan Ketua Dewan Pembina GMBI.

Anton juga membantah pelaku pengeroyokan anggota FPI di  halaman rumah makan Ampera, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Kamis (12/1), adalah anggota GMBI. Anton malah mengatakan,  keributan di rumah makan Ampera dipicu salah satu anggota Ormas dianiaya oknum anggota FPI.

“Jadi ada salah satu anggota ormas, tapi bukan GMBI, yang dipukuli dan dibacok anggota FPI. Ada dua orang korban. Lalu Ormas yang bukan GMBI itu akhirnya mencari (anggota FPI),” ucap Anton di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Jumat (13/1).

Ormas yang belum diketahui identitasnya tersebut, sambung Anton, melihat anggota FPI berada di rumah makan Ampera. “Akhirnya terjadi keributan di Ampera. Hanya gelut (berkelahi) begitu saja. Enggak ada penusukan. Tidak ada satu pun santri menjadi korban penusukan, apalagi dibunuh. Jadi ini harus diluruskan,” tutur Anton.

“Jadi tidak ada anggota GMBI yang melakukan kekerasan atau terlibat keributan dengan mereka,” ucap jenderal polisi bintang dua tersebut menegaskan. Kasus penganiayaan anggota FPI ini ditangani Polrestabes Bandung. Pihak kepolisian tengah menyelidiki siapa pelakunya.

“Korbannya empat orang, lapornya ke Polrestabes,” kata Kabidhumas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus di tempat sama.

Sebelum keributan terjadi di rumah makan Ampera, sambung Yusri, diduga anggota FPI melakukan penganiayaan terhadap anggota ormas yang sedang melintas menggunakan sepeda motor di Jalan Soekarno Hatta. Hal itu kemudian memicu balas dendam.

Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Hendro Pandowo membenarkan adanya pelaporan anggota FPI yang menjadi korban penganiayaan. Namun belum diketahui identitas korban. “Kasatserse sudah mulai lidik,” kata Hendro via pesan singkat. ful, bsc, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry